Ini Pesan Istafiana untuk Gen Z yang Ingin Sukses Berbisnis

Istafiana Chandrarini, berbagi kisah di balik perjalanan bisnisnya saat talkshow EBIF 2025 di Islamic Center Kaltim. (Niaga.Asia/Lydia Apriliani)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Bagi generasi Z, bisnis sering terlihat dekat dengan gaya hidup mewah, berjualan online, viral di media sosial dan cepat menghasilkan cuan. Namun di balik narasi instan tersebut, sebenarnya ada satu hal yang kerap kali luput dari perhatian, yakni ‘keseriusan’.

Pesan ini mengemuka dalam talkshow yang digelar oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) bersama Istafiana Chandrarini, yakni Founder KAMI Idea. Acara ini rangkaian dari East Borneo Islamic Festival (EBIF) 2025 di Masjid Baitul Muttaqien Islamic Center Kaltim, Senin (29/12).

Di hadapan puluhan peserta yang didominasi perempuan muda dan pelaku UMKM pemula, Istafiana datang membawa kisah sukses yang dibungkus sangat menarik. Dia pun membuka percakapan tentang disiplin, konsistensi, dan keputusan-keputusan tidak populer yang mau tidak mau ‘harus’ diambil jika ingin bisnis bertahan lama.

Keseriusan itu tercermin dari dialog yang muncul saat sesi tanya jawab. Salah satu peserta bernama Lulu Elhasbu, mengangkat tema soal ‘kegelisahan kalangan Gen Z’ dalam mengelola keuangan bisnisnya ketika pemilik usaha tidak mungkin mengerjakan semuanya sendirian, memiliki partner, serta dihadapkan pada kebutuhan pribadi yang sering kali sulit dibedakan dari uang usaha.

“Gimana caranya tetap ngejaga keuangan, manajemen, dan tetap istiqomah, apalagi buat perempuan yang baru mulai usaha dan masih suka khilaf. Nah, gimana strateginya karena saya lihat dari awal sampai sekarang, KAMI IDEA makin besar dan solid timnya,” ujarnya.

Pertanyaan tersebut menjadi pintu masuk pembahasan tentang fondasi bisnis yang sering kali dianggap sepele. Branch Manager CIMB Niaga Syariah Wilayah Kota Samarinda, Widya Wulanjati, menegaskan bahwa langkah pertama yang wajib dilakukan pelaku usaha adalah memisahkan keuangan pribadi dan usahanya.

“Ini fundamental. Jangan sampai uang bisnis dan kebutuhan pribadi bercampur,” katanya.

Ekspresi kegelisahan Gen Z terwakili lewat pertanyaan Lulu Elhasbu dalam talkshow EBIF 2025. (Niaga.Asia/Lydia Apriliani)

Menurut Widya, pencatatan keuangan yang rapi meski sederhana menjadi alat penting untuk mengetahui kondisi riil usaha. Tanpa itu, pelaku bisnis tidak akan pernah benar-benar tahu apakah usahanya itu berkembang atau hanya berputar di tempat.

“Monitoring rutin, bisa harian atau bulanan, penting supaya keputusan yang keliru bisa cepat diperbaiki,” jelasnya.

Pengakuan jujur datang dari Istafiana sendiri. Ia menyebut, di tahun-tahun awal membangun KAMI Idea, memisahkan keuangan bisnis dan pribadi adalah tantangan besar yang baru benar-benar teratasi di tahun kedua.

“Jika mau flashback, kami di tahun pertama begitu. Memisahkan keuangan antara bisnis dan pribadi itu susah banget. Sampai akhirnya mungkin di tahun kedua tuh kita sudah mulai menetapkan gaji untuk setiap founder-nya. Jadi memang kita bertiga digaji,” bebernya.

Seiring pertumbuhan bisnisnya kata Istafiana, KAMI Idea menerapkan sistem pencatatan secara menyeluruh dan melibatkan pihak ketiga untuk dapat membantu pengelolaan keuangan hingga strategi perencanaan.

Setiap akhir tahun, tim menyusun anggaran dan rencana bisnis jauh sebelum tahun berjalan.

“Dari November kami sudah tahu tahun depan mau ngapain. Karena budgeting tahun depan itu sudah kita buat. Jadi ketika ada pengajuan kerja sama seperti minta sponsorship, ya itu anggarannya tidak ada, ya memang karena sudah diatur sebelumnya dari tahun lalu,” terangnya.

Kemudian soal menjaga keistiqomahan dan kekompakan tim, Istafiana pun menekankan pentingnya transparansi dan komunikasi yang konsisten. Seluruh data bisnis dapat diakses oleh ketiga pendiri, dan rapat rutin menjadi kebiasaan yang tidak bisa ditawar.

“Aku bisa akses, Afi bisa akses, Karim juga bisa akses. Dan, kita bertiga sangat teratur. Weekly meeting itu penting. Komunikasi jalan terus, semua tahu posisinya masing-masing. Kalau diajak main padel saat jadwal meeting, keknya enggak bisa dulu deh. Makanya waktu berkunjung ke luar kota inilah waktu liburanku. Makasih Samarinda undangannya,” tegasnya.

“Ya insyaallah semangatnya terus terjaga. Kan jalan terus komunikasinya, semua transparan dan kita saling mengerti. Misal ada keluhan-keluhan, kalau enggak diungkapin itu pasti pengaruh juga. Kuncinya komunikasi,” tambahnya.

KAMI Idea sendiri merupakan brand fashion modest lokal yang dirintis sejak 2009 oleh Istafiana Candarini, Nadya Karina, dan Afina Candarini. Berawal dari usaha kecil menjual scarf dan aksesori handmade, kini KAMI Idea berkembang menjadi brand nasional dengan puluhan butik di Indonesia, berekspansi ke Malaysia, hingga tampil di ajang internasional seperti New York Fashion Week.

Melalui talkshow ini, pesan yang sampai ke peserta khususnya Gen Z adalah, bisnis bukan sekadar hanya ikut tren atau mengejar viral. Dibutuhkan keseriusan sejak awal, terutama dalam mengelola keuangan, membangun komunikasi, dan menjaga konsistensi.

Karena pada akhirnya, sukses dalam berbisnis bukan soal seberapa cepat dimulai, melainkan seberapa lama mampu bertahan dengan cara yang benar.

Penulis: Lydia Apriliani | Editor: Intoniswan

Tag: