Insiden Bendera Setengah Tiang, RSUD Tarakan Minta Maaf

Bendera merah putih berkibar setengah tiang di halaman RSUD Tarakan pasca meninggalnya nakes Marisi E Sinaga (Foto : istimewa/Niaga Asia)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA – Manajemen RSUD Tarakan di Kalimantan Utara menyampaikan permintaan maaf atas berkibarnya bendera merah putih setengah tiang pascsla meninggalnya seorang tenaga medis bagian laboratorium.

“Minta maaf ini spontan dari rekan-rekan medis yang merasakan kesedihan, ini murni sebuah kekhilafan dari kami,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Direktur RSUD Tarakan dr Franky Sientoro dikonfirmasi, Senin (26/7).

Pengibaran bendera berawal dari meninggalnya tenaga kesehatan (Nakes) bernama Marisi E Sinaga pada 23 Juli 2021. Almarhum merupakan seorang analis di Laboratorium Mikrobiologi RSUD Tarakan yang telah mengabdi selama 8 tahun.

Marisi menjadi nakes pertama di Kalimantan Utara meninggal dunia. Atas meninggalnya Marisi, karena kecintaan berlebihan, para nakes terbawa perasaan mengibarkan bendera setengah tiang sebagai ungkapan duka mendalam rekan sejawatnya.

“Saya sudah kumpulkan nakes semua, terus terang anak-anak sangat solidaritas, mohon maaf kami lupa diri malah kibarkan bendera seperti pahlawan,” ujar Franky.

Franky mengakui bahwa lambang negara, lagu Indonesia Raya, bendera Indonesia dan burung Garuda tidak boleh dilakukan sekendak hati. Karena itu, pemasangan bendera setengah tiang tidak boleh dikibarkan sesuka hati.

Menurutnya, kecintaan berlebihan tidak harus mengibarkan bendera setengah tiang Melainkan pemasangan bendera harus atas indikasi yang besar dan instruksi dari pusat sesuai tatanan peringatan.

“Terima kasih sudah diingatkan kepada kami, terus terang saya sedang fokus menangani kasus Covid-19 meningkat,” tuturnya.

Penyampaian permintaan maaf dan klarifikasi ini disampaikan Franky melalui media dan masyarakat yang menanyakan alasan pengibaran bendera setengah tiang. Kesalahan itu murni atas semangat mencintai teman.

Almarhum meninggal di usia 39 tahun. Dimana semasa hidup dia kerap membantu pegawai – pegawai RSUD Tarakan mendapatkan data general check-up dan yang bersangkutan memiliki hubungan erat dengan para nakes.

“Anaknya sangat terbuka, memiliki sifat pengasih sesama nakes. Makanya banyak nakes berduka kehilangan,” terangnya.

Saat ini, kata Franky, dia bersama nakes RSUD Tarakan benar-benar sedang fokus terhadap perkembangan Covid-19 dengan ketersedian oksigen yang tidak sebanding dengan jumlah peningkatan kasus.

“Kami berjuang fokus mencari kebutuhan oksigen yang sangat kurang di RSUD Tarakan untuk penanganan kasus Covid,” jelasnya.

Perjuangan nakes menghadapi kasus Covid-19 tidak hanya terhadap peningkatan jumlah kasus positif, namun juga varian virus yang menyebar sekarang ikut meningkat. “Kebutuhan oksigen kami sangat kurang, sedangkan jumlah kasus terjadi peningkatan yang butuh penanganan cepat,” pungkasnya.

Penulis : Budi Anshori | Editor : Rachmat Rolau

Tag: