Intoniswan, Penerima Penghargaan Tokoh Pers Kaltim 2018

into
Intoniswan

INTONISWAN, dinobatkan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur menjadi penerima penghargaan sebagai Tokoh Pers Tahun 2018. Penghargaan diserahkan Gubernur Kaltim, H Awang Faroek Ishak dalam Rapat Paripurna Istimewa DPRD Kaltim, tanggal 8 Januari 2018 dalam rangka memperingati HUT Ke-61 Provinsi Kaltim.

Intoniswan diusulkan organisasinya selama ini bernaung, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Kaltim dan diseleksi lagi oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Kaltim. PWI mengusulkan Intoniswan karena sudah memenuhi sejumlah kriteria yang dipersyaratkan, antara lain sudah menekuni profesi wartawan 28 tahun atau lebih dari 25 tahun dan selama menjadi wartawan tidak melakukan perbuatan tercela dan melakukan perbuatan melanggar kode etik jurnalistik, pernah aktif lebih dari 10 tahun menjadi pengurus PWI Kaltim, juga aktif disejumlah organisasi sosial, organisasi kemasyarakatan, dan lainnya.

“Sebetulnya Bung Intoniswan minta namanya diusulkan menjadi penerima penghargaan tahun 2019, atau bertepatan dengan 30 tahun dia menjadi wartawan, tapi tidak bisa lagi ditunda. Tidak masalah tahun 2018 diusulkan, lebih cepat 1 tahun dari yang diinginkannya,” kata Ketua PWI Provinsi Kaltim, Endro S Efendi.

Dalam dunia wartawan di Kaltim, Intoniswan adalah generasi kedua yang bekerja di surat kabar harian pertama di Kaltim yakni Surat Kabar Harian “ManuntunG” yang kini dikenal dengan sebutan Surat Kabar Harian “Kaltim Post”. Ia bergabung dengan “ManuntunG” tahun 1989 atau 1 tahun setelah menjadi surat kabar harian di Kaltim.

Sebelum menjadi wartawan di “ManuntunG”, Intoniswan yang sedang menempuh jenjang kuliah di Fisipol Untag 1945 Samarinda adalah penulis tetap artikel di koran yang sama. Saat silaturrahmi antara penulis artikel dengan redaksi “ManuntunG” itulah dia mengenal Aan R Gustam yang saat itu adalah Redaktur Pelaksana di “ManuntunG” bersama HM Rizal Effendi. Saat itu honorarium untuk 1 artikel yang dimuat Rp3.500 dan dikirim leat pos wesel.

Menurut Intoniswan, ia bergabung dengan “ManuntunG” setelah mendapatkan tawaran dari Aan R Gustam dengan catatan mau ditempatkan di Tanjung Selor, Bulungan. Sebelum memberikan jawaban, dia berpikir sekitar 2 minggu karena saat itu sedang bekerja sebagai pegawai honorer di Kanwil Transmigrasi Kaltim dan juga kuliah di Untag Samarinda di Semester V. Saking keranjingan bekerja di media, akhirnya baru menyelesaikan kuliah strata-1 Ilmu Politik 13 tahun kemudian.

“Saya memutuskan menerima tawaran Pak Aan, karena saat itu di Kantor Kanwil Transmigrasi juga mengharuskan kalau mau melanjutkan pekerjaan harus mau dipindah ke lokasi unit permukiman transmigrasi, padahal tahun 1989 itu penyakit malaria sedang menjadi-jadi. Jadi sebetulnya saya jadi wartawan  karena sedang menghindari penyakit malaria,” ungkap Intoniswan sambil tersenyum. “Sekitar bulan September 1989 saya ke Bulungan, naik kapal dari Balikpapan tujuan Tarakan, menginap semalam di Tarakan, esok harinya naik kapal lagi ke Tanjung Selor,” paparnya.

Menantang dan sederhana

mar
Intoniswan bersama Ketua PWI Pusat, H Margiono.

                Bagi Intoniswan yang lahir di Desa Ekor Parit, Kenagarian Limbanang, Kecamatan Suliki, Kabupaten 50 Kota, Sumatera Barat, 3 Nopember 1963, dunia jurnalistik atau memilih profesi sebagai wartawan karena menantang dan sederhana. Ia juga mengaku sudah punya bekal yang cukup sebab, sewaktu masih di bangku SMPN 1 Limbanang dan SMAN 2 Payakumbuh sudah aktif mengisi majalah dinding. “Saya juga di SMA di Jurusan Bahasa Indonesia,” katanya.

Kemudian saat kuliah juga sudah menjadi penulis artikel dan aktif di IPM (Ikatan Pers Mahasiswa) Kaltim bersama Herdianto Wahyu Kustiadi yang saat itu kuliah di IKIP Unmul Jurusan Biologi. Aktif juga di DPC GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia) Samarinda, serta gemar membaca buku-buku berbau sosialisme dan pemikiran kritis tokoh nasional maupun dunia. “Saya paling senang membaca buku karangan Soedjatmoko. Jalan pemikirannya mempengaruhi jalan pemikiran saya,” kata Intoniswan.

Kembali ke profesi sebagai wartawan, Intoniswan menyebut yang menantang dari profesi wartawan adalah selalu dituntut konsisten bersikap netral atas suatu fakta, walaupun fakta itu kalau dijadikan berita memukul orang-orang yang sudah dikenal dan atau penguasa, atau kelompok masyarakat tertentu. Ujian akan tantangan itu, lanjut Intoniswan, hingga kini bisa dilewatinya dan tidak menimbulkan masalah. “Kunci saya adalah terbuka, membuka fakta-fakta yang saya ketahui kepada nara sumber sebelum dia memberikan klarifikasi. Kita tidak boleh menyembunyikan fakta saat mau mengklarifikasinya ke pihak yang bertanggung jawab atas suatu kejadian,” ungkapnya.

Faktor sederhana yang dimaksud Intoniswan membuatnya tertarik menjadi wartawan adalah, tugas pokok atau kewajiban utama wartawan, melalui tulisannya membuat terang suatu kejadian atau peristiwa yang sebelumnya samar-samar, atau membuat jelas duduk suatu peristiwa yang sebelum tidak jelas. “Sangat sederhana, bahkan sangat simpel kewajiban wartawan tersebut,” ujarnya.

Ia juga melihat dengan memilih profesi wartawan, banyak yang bisa dilakukan untuk menyuarakan kepentingan masyarakat, keadilan, kebenaran, menambah wawasan atau mencerdaskan masyarakat, serta bisa pula menghibur masyarakat. “Saya sebetulnya, selain bisa menulis berita,  juga suka menulis puisi,” kata Intoniswan.

Pekerjaan wartawan yang menantang, tapi sederhana itu, lanjut Intoniswan, menjadi sangat unik karena gajinya “kecil”. Gaji pertamanya bekerja sebagai wartawan adalah Rp35.000 per bulan dan itu dikirim lewat wesel, bahkan kadang-kadang dikirim sekaligus untuk 6 bulan, karena setelah bekerja 6 bulan, perusahaan baru punya uang membayar gaji.

Tidak ada yang perlu ditakutkan

                Intoniswan setelah menjalani tugas dari 1989-1991 di Tanjung Selor, kemudian ditarik oleh Aan R Gustam ke Samarinda untuk beberapa bulan, kemudian dipindah lagi ke Tenggarong, dan tahun berikutnya kembali lagi ke Samarinda 1992. Pada tahun 1993 diangkat menjadi Redaktur Daerah di “ManuntunG” di Balikpapan hingga tahun 1994 mengundurkan diri di SKH “ManuntunG”.

Karier wartawannya kemudian menjadi koresponden sejumlah media di luar daerah sepanjang tahun 1995-2000. Tahun 2001-2007 Intoniswan mendirikan Tabloid Ekonomi dan Bisnis Dwi Mingguan “NIAGA” yang kemudian sejak Pebruari 2018 dihidupkannya kembali menjadi media online NIAGA.ASIA.

Tahun 2008 bersama Charles Siahaan, Intoniswan juga mendirikan Majalah Dwi Mingguan “BONGKAR”. Menurutnya Majalah “BONGKAR” itu diterbitkan dengan tujuan khusus yaitu mengungkapkan kasus-kasus korupsi di Kaltim dan memaparkannya lewat pemberitaan untuk diketahui publik.

“Bahkan dalam kasus korupsi di Kukar, BONGKAR menyajikan fakta-fakta, bahwa Bupati Kukar (saat itu), H Syaukani HR seb etulnya bisa dihukum, karena saat  itu publik menilai tidak ada yang bisa menjerat Syaukani atas penyimpangan di Kukar, bahkan media besar juga tak yakin, tapi kami yakin bisa,” ujarnya. Sejak tahun 2011 hingga sekarang, Intoniswan bergabung sebagai Redaktur di SKH “Kalpost” yang dikelola anak-anak muda dari pecahan wartawan SKH “Pos Kota Kaltim”.

tim
Intoniswan, anggota Tim Penguji di Sekolah Jurnalistik Indonesia PWI Kaltim.

Menurut Intoniswan, anak dari pasangan Dahnialis, pensiunan TNI-AD dan Rosmayulis, seorang pejahit pakaian wanita ini, dari profesi wartawan sebetulnya tidak ada yang perlu ditakutkan sepanjang saat menjalankan pekerjaan ditujukan untuk kebaikan, berserah diri pada Allah SWT, berpegang teguh pada fakta, melaksanakan klarifikasi dan konfirmasi.

“Sepanjang wartawan tidak mengutak-atik fakta, artinya tidak menambah-nambahi atau mengurangi, sulit bagi orang untuk marah dengan wartawan. Orang paling merasa tidak nyaman hanya sebentar, kemudian akan berupaya mengoreksi kesalahannya agar tak terulang lagi seperti kita beritakan,” kata Intoniswan.

Menurut Intoniswan, saat bertugas di Bulungan, dia menghadapi 2 bupati yang sama-sama berasal dari ABRI, yakni Kolonel Soelarsono dan kemudian Kolonel Jusuf Dali. Bahkan Ketua DPRD Bulungan (saat itu) juga dari ABRI, yakni Letkol HM Kasim Palanju.

“Ketika jalan roda pemerintahan dan pembangunan lambat tetap saya beritakan bahkan dalam tekanan keras, bupatinya senyum-senyum saja. Meski sesekali keduanya pernah marah. Setelah saya sampaikan berita itu ditulis berdasarkan fakta bla….bla, keduanya bisa menerima, bahkan mengucapkan terima kasih sudah diberi masukan,” kata Intoniswan.

Catatan lengkap pekerjaan Intoniswan adalah Pegawai Honorer di Kanwil Transmigrasi Kaltim, 1985-1989. Wartawan di Surat Kabar Harian Kaltim Post, 1989-1994. Wartawan Freelance, 1995-2001. Pemimpin Redaksi Tabloid Dwi Mingguan Ekonomi “NIAGA”, 2001-2007. Redaktur dan Pendiri Majalah Berita Mingguan “BONGKAR’, 2008-2011. Redaktur di Surat Kabar Harian “KALPOST”, 2011-sekarang. Pemimpin Redaksi Media Online NIAGA.ASIA.

temu
Berbicara di Pertemuan Redaktur Budaya Nasional.

Pekerjaan lain yang sifatnya part time adalah Pengajar dan Penguji di Sekolah Jurnalisme Indonesia Persatuan Wartawan Indonesia Cabang Kaltim. Anggota Tim Penilai Adipura Tingkat Nasional di Kaltim , 2012/13-2013/14. Anggota Tim Penilai Adipura Tingkat Kecamatan di Samarinda, 2014-2015. Pengajar di MDC (Madrasah Development Centre) Kalimantan Timur 2013. Sekretaris Panitia Peningkatan dan Pembangunan Masjid An-Nuur Jalan AM Sangaji 2004-2009.

Kemudian Intoniswan juga gemar berorganisasi, tercatat organisasi yang pernah menjadi persinggahannya adalah Ketua Komisariat GMNI Fisispol Untag Samarinda, 1986-1988. Anggota Koorda GMNI Kalimantan, 1988-1989. Pengurus DPD I KNPI Kaltim, 1992-1995. Pendiri dan Ketua Yayasan Informasi Pembangunan dan Advokasi Sosial Kaltim, 1995-sekarang.

Anggota Persatuan Wartawan Indonesia Cabang Kaltim, 2000-sekarang. Wakil Ketua Persatuan Wartawan Indonesia Cabang Kaltim Bidang Kesejahteraan, 2005-2009. Sekretaris Persatuan Wartawan Indonesia Cabang Kaltim, 2009-2014. Ketua Panitia Penyiapan Lahan dan Pembangunan Perumahan Wartawan PWI Kaltim 2008-sekarang. Sekretaris I Pengprov PODSI Kalimantan Timur, 2010-2014.

Koordinator Bidang Ideologi dan Politik MPW Pemuda Pancasila Kaltim 2012-2017. Anggota Penasihat PWI Provinsi Kaltim 2014-2019. Ketua Bidang Organisasi Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat Kota Samarinda 2015-2019. Anggota Badan Pendiri/Penasihat LSM Gerakan Memungut Sehelai Sampah Sungai Karang Mumus (GMSSSKM) Kota Samarinda 2016-2021.(SL Pohan)