Irianto: Pemicu Inflasi di Kalimantan Utara, Harga Bahan Pokok dan Transportasi

aa

Wakil Presiden H Jusuf Kalla  bersama  Gubernur Kaltara, Dr. H Irianto Lambrie sebelum membuka Rakornas Pengendalian Inflasi Nasional 2019. (Foto Infopubdok Kaltara)

JAKARTA.NIAGA.ASIA- Sumber inflasi  di Kalimantan Utara (Kaltara) tahun ini, ditaksir bersumber dari volatile foods yang dipengaruhi ketergantungan terhadap pasokan dari sentra produksi di luar Kaltara dan anomali cuaca. Lalu, penyesuaian harga tarif batas atas angkutan udara dapat menjadi downside risk inflasi pada kelompon administered prices.

Demikian dikatakan Gubernur Kaltara, Dr. H Irianto Lambrie yang hari ini, Kamis (25/7/2019) mengikuti Rakornas Pengendalian Inflasi Nasional di Jakarta.  Rakornas  dibuka oleh Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla, dihadiri, Gubernur BI, Perry Warjiyo beserta anggota Dewan Gubernur BI dan Deputi Gubernur Senior BI lainnya.

baca juga:

Mei, Kaltara Alami Inflasi 0,77 Persen

Juga hadir Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Bambang Brodjonegoro, dan para kepala daerah se-Indonesia.

Dalam rangka pengendalian inflasi di Kaltara, ujar gubernur, dia telah menginstruksikan agar jajaran Pemprov Kaltara melalui TPID terus melakukan berbagai program kerja dalam rangka mengendalikan laju inflasi, khususnya pada kelompok volatile foods.

“Patut dicatat bahwa pertumbuhan ekonomi Kaltara 2019 diperkirakan mencapai i 6,90 hingga 7,30 persen, sementara inflasi diperkirakan mencapai 3,40 hingga 3,80 persen,” kata gubernur. Komponen pembentuk dan pemicu inflasi di Kaltara, masih sama dengan tahun-tahun sebelum, harga bahan pokok dan biaya transportasi, khususnya angkutan udara.

Mengutip laporan Bank Indonesia  (BI), Irianto mengatakan, secara umum ekonomi Kaltara pada tahun ini diperkirakan tumbuh positif lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Akselerasi kinerja lapangan usaha pertambangan dan konstruksi menjadi pendorong utama peningkatan pertumbuhan ekonomi tersebut.

“Peningkatan lapangan usaha konstruksi sejalan dengan terus berlanjutnya percepatan pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN) dan infrastruktur strategis lainnya seperti jalan perbatasan dan rumah sakit,” ungkapnya.

Disamping itu, BI memproyeksi membaiknya harga komoditas pertambangan sejak awal 2019 turut berimbas positif terhadap kinerja lapangan usaha pertambangan di Kaltara.  Dari sisi pengeluaran, ekspor luar negeri diperkirakan tetap tumbuh didukung masih tingginya harga komoditas utama pertambangan meningkatnya permintaan dari negara mitra dagang utama, India yang telah terjadi sejak triwulan I 2019 karena masih tertahannya produksi domestik Indonesia.

Kredit untuk peremajaan sawit rakyat

Menurut gubernur, dalam Rakornas dirinya minta BI mempertimbangkan mendukung pertumbuhan ekonomi dapat dikaji dan direalisasikan lebih jauh. Pertimbangan itu, yakni perlunya dilakukan replanting melalui pemberian bantuan bibit unggul kelapa sawit kepada petani perkebunan rakyat guna mengatasi tantangan belum optimalnya produksi TBS perkebunan rakyat.

Sedangkan  Pemprov Kaltara dan Pemkab se-kaltara memperkuat kompetensi SDM di sektor pertanian, khususnya perkebunan rakayat. Upaya itu dapat berbentuk memberikan pelatihan maupun bimbingan teknis, serta perlu mempercepat pembangunan infrastruktur fisik untuk mendukung konektivitas antar wilayah khususnya jalan-jalan strategis, seperti jalan antar kabupaten maupun akses jalan menuju pelabuhan.

“Hal lain yang tak kalah penting, mendorong kelanjutan pembangunan PLTA Sei Kayan, KIPI Tana Kuning-Mangkupadi, dan KBM Tanjung Selor dalam rangka percepatan industrialisasi di wilayah Kaltara,” kata gubernur. (001)