Isran Noor: Inflasi Bisa Dikendalikan, Tapi Tidak Harus Nol Persen

aa
Gubernur Kaltim, Dr. H Isran Noor  bersama Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kaltim, Tutuk CH Cahyaono, dan kepala Biro Perekonomian Setwilprov Kaltim, H Nazrin memimpin Rapat TPID Kaltim di Kantor Gubernuran Kaltim, Selasa (15/10/2019). (Foto Intoniswan/Niaga.Asia)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA-Inflasi bisa dikendalikan, tapi tidak harus nol, karena inflasi efek dari adanya dinamika pasar, apa lagi komoditi pembentuk inflasi berasal dari luar daerah, misalnya cabei dan bawang. Khusus untuk ayam potong, sebetulnya stoknya ada di dalam daerah, Cuma di pasar ayam potong ada oligopoli.

“Bukti kita bisa mengendalikan inflasi tahun 2018, Kaltim menjadi terbaik, dan tim pengendali inflasi daerah (TPID) Kota Samarinda bekerjasama dengan  Bank Indonesia bisa menjadi yang terbaik se-Indonesia,” kata Gubernur Kaltim, Dr. H Isran Noor saat memberikan pengarahan dalam Rapat TPID Kaltim di Kantor Gubernuran Kaltim, Selasa (15/10/2019).

Rapat TPID Kaltim dihadiri Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kaltim, Tutuk CH Cahyono, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan, Bimo Epyanto, Wali Kota Samarinda, H Syaharie Jaang, Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi, Kepala Disperindagkop Kaltim, Fuad Asaddin, Kepala Bandara APT Pranoto, Dodi Dharma Cahyadi, Kepala Biro Perekonomian Setwilprov Kaltim, H Nazrin, Kepala Biro Humas dan Protokol, H Syafranuddin, Asssisten Sekda Mahulu Bidang Ekonomi dan Pembangunan, Chen Tek Hen Yohanes, dan pejabat yang mewakili Pemkab/Pemkot se-Kaltim.

Menurut gubernur, kalau memperhatikan inflasi tahunan Kaltim yang dikisaran 3,2% lebih tapi dibawah angka inflasi nasional 3,5% lebih, sudah bagus. Komoditi pembentuk inflasi selama ini bahan pangan berupa ayam potong, cabei dan bawang. Lainnya adalah harga tiket angkutan udara.

“Untuk mengendalikan harga ayam potong, cabei dan bawang-bawangan termasuk baik, sehingga kita dapat penghargaan,” kata Isran.

Inflasi di Kaltim, juga tidak berkepanjangan dan angkanya naik, tapi berubah-ubah. Bulan Agustus inflasi, tapi bulan September kemarin, malahan deflasi -0,27%. Bahkan tahun 2016 secara kumulatif ekonomi Kaltim deflasi. “Itu bukti adanya dinamika dalam perdagangan dan ekonomi Kaltim,” ujarnya.

Gubernur dalam arahannya menegaskan, karena yang menjadi dasar menghitung inflasi di Kaltim diambil dari harga-harga di Kota Samarinda dan Balikpapan, maka Pak Wali Kota Samarinda dan Balikpapan yang harus lebih aktif mengendalikan dengan kelembagaan yang sudah ada, ditambah dengan terobosan-terobosan baru, misalnya berbicara dengan pengusaha peternak ayam potong, atau dibangun kerja sama antar daerah di Kaltim.

“Balikpapan dan Samarinda barometer mengukur inflasi,” kata Isran. Dari itu koordinasi dengan instansi terkait seperti Dinas Peternakan, Pertanian, dan lain-lain harus diintesifkan.

Untuk harga tiket angkutan udara yang juga penyumbang inflasi, gubernur mengatakan, bila ada kenaikan harga tiket pesawat, itu memicu inflasi di daerah. Masalahnya pemerintah daerah tidak bisa mengendalikan karena yang mengatur tarif batas atas dan bawah tiket Kementerian Perhubungan.

“Ya kita upayakan terus inflasi terkendali, apa lagi setelah mendapat penghargaan terbaik dalam pengendalian inflasi tahun 2018 dari bank Indonesia, banyak daerah lain mau belajar ke Kaltim. Besok Jawa Tengah dengan wakil gubernurnya datang ke Kaltim belajar mengendalikan inflasi. Prestasi baik di tahun 2018, tentu harus kita pertahankan,” kata gubernur.

aa
Harga cabei  merah keriting di Kota Bontang di minggu kedua Oktober 2019 naik Rp5000 per kilogram. (Foto Ismail/Niaga.Asia)

Cabei sumber masalah

Berdasarkan pantauan Niaga.Asia di Kota Bontang di minggu pertama, harga bahan pangan sangat stabil, tapi di minggu kedua, cabei kembali jadi sumber masalah. Misalnya, Senin (14/10/2019), hanya cabei keriting merah yang naik hingga Rp5000 per kilogram, sehingga harganya menjadi Rp55.000 per kilogram. Sedangkan ayam potong hanya naik antara Rp1000 sampai Rp2000 per kilogram, sehingga harganya menjadi Rp31.000 sampai Rp32.000 per kilogram.

Berdasarkan survei harga yang dilakukan Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan dan Pertanian (DKP3) Kota Bontang di pasar-pasar tradisional,  harga bahan pokok stabil, misalnya Beras Premium Rp12.500 per kologram, Beras Medium Rp 11.000, Beras biasa Rp10.000, Gula Curah Rp12500, Ayam Ras Rp31.000, Telur Ayam Rp29.000, Daging Sapi Murni Rp135.000, dan Minyak Goreng  Curah Rp14.000 per liter.

Sedangkan bahan pangan lainnya, Jagung Pipilan Rp7000 per kilogram, Kedelai Biji Kering Rp12.000, 13. Tepung Terigu Curah Rp 7000, Ubi Kayu Rp3000,  Ubi Jalar Rp.9000, dan  Kacang Tanah Rp27.000 per kilogram.

Kemudian, bumbu memasak untuk Cabe Merah Keriting Rp55.000 per kilogram,  Bawang Merah Rp18.000, Cabai Rawit Merah Rp60.000, Cabai Hijau Besar Rp28.000,Bawang Putih Rp28.000, dan Cabe Merah Besar Rp50.000 per kilogram.

Inflasi Fluktuatif

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim,  inflasi bulan Agustus 2019 di Kaltim dipengaruhi oleh peningkatan indeks harga pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga dengan inflasi sebesar 1,96 persen diikuti oleh kelompok kesehatan sebesar 0,62 persen.

Kemudian,  kelompok sandang sebesar 0,60 persen kemudian kelompok bahan makanan sebesar 0,37 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,21 persen dan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,05 persen. Sementara itu kelompok transportasi dan komunikasi mengalami deflasi sebesar -0,07 persen.

Pada bulan September 2019 BPS kaltim mencatat terjadi deflasi -0,46 persen di Kota Samarinda dan deflasi sebesar -0,03 persen di Kota Balikpapan. Deflasi di Kaltim dipengaruhi oleh penurunan indeks harga pada kelompok bahan makanan yang mengalami deflasi sebesar -2,01 persen dan kelompok kesehatan dengan deflasi sebesar -0,08 persen. (adv)

Tag: