Italia Justru Impor Lebih Banyak Minyak Rusia

Kapal tanker minyak San Sebastian ditambatkan di dermaga kilang ISAB di Priolo-Gargallo dekat Syracuse, Sisilia, Selasa, 31 Mei 2022. (Foto : AP Photo/Gaetano Adriano Pulvirenti)

MILAN.NIAGA.ASIA — Uni Eropa memutuskan untuk mengurangi impor minyak mentah Rusia hingga 90% pada akhir tahun. Italia sebaliknya, menjadi satu-satunya negara di Eropa yang justru meningkatkannya. Itu sebuah konsekuensi yang tidak diinginkan dari sanksi Uni Eropa terhadap Rusia.

Dimaksudkan untuk menghukum Rusia karena menginvasi Ukraina, embargo minyak UE sekarang membahayakan salah satu kilang terbesar Italia, yang terletak di Sisilia, yang akan memberikan pukulan ekonomi bagi ekonomi kawasan yang sedang tertekan.

Italia setuju dengan mitra UE-nya untuk memotong impor minyak mentah Rusia pada tahun 2023, sebuah langkah di manaoleh Perdana Menteri Mario Draghi disebut “sukses total”, yang “hanya beberapa hari yang lalu tidak akan dapat dipercaya.”

Namun Roma juga harus berhadapan dengan nasib kilang di Sisilia, Lukoil milik Rusia. Sebagai akibat dari sanksi sebelumnya terhadap Rusia, pabrik penyulingan ISAB Srl secara paradoks berubah dari memproses 15% minyak mentah Rusia menjadi 100%.

Itu karena bank telah menolak untuk mengambil risiko memberikan kredit ke ISAB yang dikendalikan Rusia yang akan memungkinkannya membeli minyak dari sumber non-Rusia, bahkan jika tidak secara khusus dilarang melakukannya, kata Matteo Villa, seorang analis energi di Milan, dikutip niaga.asia dari AP

Kapal terus tiba di kilang sisi pelabuhan dengan minyak mentah dari perusahaan induk Rusia.

Italia pada bulan Mei menerima sekitar 400.000 barel minyak Rusia per hari pada bulan Mei, empat kali lipat dari tingkat sebelum invasi, menurut perusahaan data komoditas Kpler. Dari total itu, ISAB menerima 220.000 barel per hari dari Rusia.

“Italia adalah satu-satunya negara di Eropa yang meningkatkan impor minyak,” kata Villa, di mana Italia menjasi pengimpor minyak Rusia terbesar keenam menjadi yang terbesar dalam tiga bulan sejak invasi.

Pabrik tersebut mempekerjakan 3.500 orang di tiga lokasi produksi, termasuk pabrik penyulingan, gasifikasi dan pembangkit listrik kogenerasi, di provinsi Syracuse, Sisilia, dan berisiko ditutup jika solusi tidak ditemukan sebelum embargo dimulai. Pabrik dan kegiatan terkait menghasilkan setengah dari produk domestik bruto provinsi dan 8% dari kegiatan ekonomi kawasan, memproses seperlima dari impor minyak mentah Italia.

Masa depan kilang sudah berisiko dalam jangka panjang, karena transisi energi Italia ke sumber yang lebih berkelanjutan. Embargo hanya meningkatkan rasa urgensi untuk menemukan solusi.

“Suasana hari ini bahkan lebih buruk dari kemarin,” kata Fiorenzo Amato, sekretaris jenderal serikat Filctem Cgil di Syracuse.

“Pusat industri mempekerjakan banyak orang, memberi keluarga kesempatan untuk hidup,” sebut Fiorenzo menambahkan.

Sejak mengetahui embargo, pekerja kilang semakin khawatir tentang masa depan mereka.

“Ini akan menjadi bencana,” kata seorang pekerja kilang, Marco Candelergiu.

“Kami berharap mereka menemukan solusi. Anda tidak dapat menghancurkan sebuah provinsi. Pilihan itu dibuat sejak lama untuk mendasarkan ekonomi secara umum pada kilang,” sebut Marco.

Villa mengatakan salah satu solusinya adalah Italia untuk sementara menasionalisasi kilang, sebuah langkah yang diizinkan untuk keadaan darurat energi di bawah Konstitusi Italia, tetapi diskusi selama seminggu tidak menghasilkan kesepakatan.

Sebagai kilang milik Italia, ISAB akan bisa mendapatkan pembiayaan yang diperlukan untuk membeli minyak mentah dari sumber lain dan tetap beroperasi, sementara solusi jangka panjang sedang dicari.

“Ini penting untuk pekerjaan di Sisilia, untuk penyediaan bensin dan solar ke Italia dan untuk penyelamatan politik kita sendiri di Eropa,” kata Villa.

Sumber : Associated Press | Editor : Saud Rosadi

Tag: