Jaga Stabilitas Keamanan Asia Pasifik

aa
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menyampaikan sambutan saat membuka Seminar Indonesia International Defense Science Seminar (IIDSS) 2019. (MI/RAMDANI)

JAKARTA.NIAGA.ASIA-Negara-negara di Asia Pasifik diharapkan terus meningkatkan komunikasi dan dialog interaktif yang produktif guna mengatasi berbagai persoalan yang berpotensi mengganggu stabilitas dan keamanan di kawasan. Menurut Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu, saat ini negara-negara di kawasan tengah menghadapi tiga potensi ancaman besar, yaitu terorisme, siber, dan bencana alam.

“Untuk mengatasi itu tidak bisa sendiri-sendiri. Harus bersatu,” kata Ryamizard di sela-sela Indonesia International Defense Science Seminar (IIDSS) 2019 yang diikuti perwakilan dari 14 negara di Jakarta, Senin (8/7/2019).

Ia menjelaskan kawasan Indo Pasifik terus berevolusi menjadi parameter terbentuknya tatanan peradaban dunia yang baru. Hal itu dapat juga dimaknai sebagai peradaban yang mulia, seperti terwujudnya masyarakat kawasan yang aman, makmur, dan sejahtera. “Namun, bisa juga sebaliknya, peradaban menjadi mundur ke belakang dan kontraproduktif,” ujarnya.

Menurut Ryamizard, setiap negara pasti mempunyai kepentingan strategis. Namun, pada dasarnya kepentingan strategis setiap negara memiliki tujuan sama, yakni menyejahterakan rakyatnya dan menciptakan rasa aman, serta terus melakukan pembangunan demi kemajuan bangsa dan negara.

“Kesamaan ini merupakan peluang seluruh negara mengambil manfaat dari kekuatan Indo Pasifik dengan membangun suatu tatanan dunia baru yang lebih mengarah pada pembentukan kesejahteraan dan keamanan dunia,” paparnya.

Ryamizard menyebutkan, saat ini ada tiga dimensi ancaman utama yang harus dihadapi secara bersama-sama. Pertama, ancaman belum nyata atau ancaman tradisi-onal yang kecil kemungkinannya terjadi. “Walaupun demikian, ancaman tersebut harus segera diselesaikan dengan membesarkan persamaan dan memperkecil perbedaan.”

Ancaman kedua ialah ancaman nyata yang tediri atas terorisme dan radikalisme, separatisme dan pemberontakan bersenjata, bencana alam dan lingkungan, dan pelanggaran wilayah perbatasan. Namun, imbuhnya, ancaman yang paling berbahaya ialah ancaman mindset seperti perebutan pengaruh yang lebih bersifat ideologis. “Ancaman mindset ini terus berupaya secara sistematis, terstruktur, dan masif untuk memengaruhi komunitas masyarakat di kawasan,” paparnya.

Bencana alam

Rektor Universitas Pertahanan Letjen Tri Legionosuko mengungkapkan saat ini ancaman nyata yang paling menonjol yang dibahas dalam forum tersebut ialah terkait dengan bencana alam.

“Kita memang negara yang potensi sumber daya alamnya banyak. Namun, kita berada di daerah yang rawan bencana alam. Nah, kita berharap kita semakin paham bagaimana menghadapi itu,” jelasnya.

Tri membeberkan, dari forum itu diharapkan muncul pandangan dan saran dari perwakilan negara-negara terkait dengan upaya mengurangi risiko bencana dan mengurangi banyak korban.

“Demikian juga masalah terorisme dan siber. Ini dua hal yang tidak terpisahkan dan terus digunakan untuk melemahkan kita. Supaya apa? Supaya cerai berai seperti dulu. Sementara itu, kita ingin tetap menjadi bangsa yang benar-benar satu,” tandas Tri.

Sumber: Media Indonesia