JK : Indonesia Butuh Pembangkit 5000 MW Per Tahun

AA
ANTARA FOTO/INASGOC/Puspa Perwitasari

JAKARTA.NIAGA.ASIA-Wakil  Presiden Jusuf Kalla mengatakan pertumbuhan konsumi listrik Tanah Air sangat baik dan menjanjikan. Hingga tahun 2045, kebutuhahn listrik Indonesia diperkirakan 100 ribu MW sehingga perlu membangun pembangkit 5000 MW dan renewable energi 2000 MW per tahun.

“Kebutuhan listrik kita 100 ribu MW sampai 2045 artinya kebutuhan listrik harus dibangun minimum 5000 MW per tahun dan renewable energinya dibangun 2000 MW per tahun,” terang pria yang akrab disapa JK itu dalam sambutan pembukaan Power Gen Asia yang di Inisiasi oleh Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI) untuk memperingati hari ketenagalistrikan ke-73 melalui video conference, di Tangerang Selatan, Banten, Selasa (18/9).

Menurut JK, kebutuhan listrik semakin tinggi seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Peningkatan konsumsi listrik disebabkan oleh kebutuhan konsumsi masyarakat maupun industri.  Maka dengan konsumsi tersebut, kata dia, negara perlu mengantisipasi supaya kebutuhan listrik bisa terpenuhi. Berdasarkan kalkuasi, pada 2045 kebutuhan listrik mencapai 100 ribu MW sehingga pembangunan pembangkit setiap tahunnya harus mencapai 5000 MW. “Itu dibarengi pembangkit energi baru terbarukan 2000 MW untuk memenuhi target bauran energi 23%,” pungkasnya.

Harga Listrik Kita Murah

JK  juga mengatakan harga listrik nasional lebih murah ketimbang negara lain meskipun masih ada negara yang mematok harga lebih murah lagi. Kemudian ke depan kehidupan manusia akan sangat membutuhkan listrik termasuk untuk menggerakan kendaraan. “Harga listrik kita tidak mahal dan tidak murah ditengah-tengah. Kan yang paling makal Filipina. Listrik yang distribusinya baik dan efisien dapat kita lakukan,” ungkapnya

Menurut dia, rasio kelistrikan harus terus ditingkatkan supaya lebih merata. Dengan begitu, pertumbuhan ekonomi masyarakat dapat segera merata. “Karena aktivitas harian pakai listrik dan 10 tahun yang akan datang mobil akan menggunakan listrik. Dengan begitu berapa yang dibutuhkannya dan tentu akan mengubah sistem industri,” terangnya. Kebutuhan listrik semakin tinggi seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Peningkatan konsumsi listrik disebabkan oleh kebutuhan konsumsi masyarakat maupun industri.

7,5 Juta Belum Nikmati Listrik

                Sementara itu dalam kesempatan yang sama Menteri  Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, mengatakan sebanyak 3% atau 7,5 juta masyarakat Indonesia belum menikmati listrik. Oleh sebab itu, negara akan berupaya memenuhi hak mereka yang ditargetkan rampung akhir 2019. “Ada 3% saja masyarakat Indonesia yang belum menikmati lsitrik sampai hari ini itu jumlahnya 7,5 juta. Artinya masih ada 7,5 juta sampai hari ini itu yang harus cepat kita selesaikan,” terangnya.

Pemerintah menargetkan memberikan layanan listrik untuk 7,5 masyarakat selesai akhir 2019. Dengan begitu ratio elektrifikasi Indonesia bisa mencapai 99,9%. Langkanya, kata dia, sudah berjalan salah satunya melalui subsidi biaya penyambungan listrik. Tahun ini program itu telah dinikmati 100 ribu orang dengan daya 450VA. “Tahun 2019 akan mengusulkan tambahan 2,4 juta pelanggan baru yang sambungannya gratis supaya bisa menikmati listrik. Mestinya dengan ini PLN berterimakasih la wong dicarikan pelanggan baru, gak pakai modal,” katanya.

Menurut dia sangat menyedihkan jika membiarkan 3% masyarakat tidak mendapatkan energi listrik dengan kapasitas pembangkit listrik yang surplus. Ditambah lagi 8,5 GW sudah masuk tahap operasional atau Commercial Operational Date (COD) tahun ini. “Nah di tahun ke depan 2019-2020 yang kaan COD lagi 10 GW-15 GW,” pungkasnya.

Sumber: Media Indonesia