Jokowi: Pengangguran Turun Jadi 5,13%, Gini Rasio Turun Jadi 0,389

aa
Presiden Jokowi membungkukkan badan memberi hormat kepada hadir sebelum menyampaikan pidato pada Sidang Tahunan MPR-RI Tahun 2018, di Gedung Nusantara, Jakarta, Kamis (16/8) pagi. (Foto: OJI/Humas)

JAKARTA.NIAGA.ASIA-Pada bagian lain pidatonya pada Sidang Tahunan MPR-RI Tahun 2018, Kamis (16/8) pagi, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengemukakan, sudah hampir empat tahun ini, pemerintah berjuang memulihkan kepercayaan rakyat melalui kerja nyata membangun negeri, dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote, secara merata dan berkeadilan.

“Kita ingin rakyat di perbatasan, di pulau-pulau terluar, di kawasan tertinggal merasakan kehadiran Negara Republik Indonesia,” tegas Presiden. Presiden menjelaskan, mulai tahun pertama, pemerintah membangun fondasi yang kokoh untuk menuju Indonesia yang lebih maju. Untuk itu, lanjut Presiden, pemerintah fokus pada percepatan pembangunan infrastruktur serta peningkatan produktivitas dan daya saing bangsa.

Ia menegaskan, percepatan pembangunan infrastruktur bukan hanya dimaksud untuk mengejar ketertinggalan Indonesia dalam pembangunan infrastruktur dibanding dengan negara lain, melainkan juga menumbuhkan sentra-sentra ekonomi baru yang mampu memberikan nilai tambah bagi daerah-daerah di seluruh penjuru tanah air.  “Itulah sebabnya infrastruktur tidak hanya dibangun di Jawa, tapi di Pulau Sumatera, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Kepulauan Maluku dan Nusa Tenggara, sampai Tanah Papua,” ujar Presiden.

Namun Presiden Jokowi menegaskan, bahwa fokus perhatian pemerintah dalam empat tahun terakhir bukan hanya pembangunan infrastruktur. Sebagai negara dengan jumlah penduduk hampir 260 juta jiwa, pemerintah mempersiapkan  manusia Indonesia menjadi manusia yang unggul, sejak dalam masa kandungan sampai tumbuh secara mandiri.

Pemerintah, lanjut Presiden, bekerja memastikan bahwa setiap anak Indonesia dapat lahir dengan sehat, dapat tumbuh dengan gizi yang cukup, bebas dari stunting atau tumbuh kerdil. Ketika mereka memasuki usia sekolah, tidak boleh lagi anak-anak, termasuk anak-anak yatim piatu, yang terpaksa putus sekolah karena alasan biaya pendidikan yang tidak terjangkau.

“Komitmen ini kita wujudkan melalui pembagian Kartu Indonesia Pintar yang pada tahun 2017 sudah mencapai lebih dari 20 juta peserta didik, serta perluasan penyaluran program beasiswa Bidik Misi bagi mahasiswa,” ungkap Presiden Jokowi.

Sedangkan untuk aspek perlindungan sosial bagi warga yang tidak mampu, Presiden mengemukakan, Pemerintah meningkatkan secara bertahap Penerima Bantuan Iuran JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) dari 86,4 juta jiwa di tahun 2014 menjadi 92,4 juta jiwa pada Mei 2018.

Presiden bersyukur, apa yang kita kerjakan membuahkan hasil. Kualitas kehidupan manusia Indonesia dalam empat tahun terakhir terus membaik. “Indeks Pembangunan Manusia meningkat dari 68,90 di tahun 2014 menjadi 70,81 di tahun 2017. Dengan hasil itu, Negara kita sudah masuk ke kategori High Human Development,” kata Prresiden.

Rakyat Harus Sejahtera

Presiden Jokowi menegaskan, bahwa pemerintah tidak berhenti bekerja. Pemerintah ingin rakyat Indonesia harus sejahtera. Karena itu, pendidikan adalah tangga penting bagi manusia Indonesia untuk meraih kesejahteraan yang lebih baik.

Karena itu, Presiden menjelaskan, bahwa dalam empat tahun ini, pemerintah fokus untuk memperkuat pendidikan serta pelatihan vokasional untuk melahirkan sumber daya manusia terampil, yang siap memasuki dunia kerja.

Selain itu, Pemerintah terus mendorong pendidikan tinggi untuk melakukan terobosan-terobosan, sehingga lulusan perguruan tinggi bisa lebih adaptif di era revolusi industri 4.0, serta mampu menumbuhkan lebih banyak lagi wirausahawan-wirausahawan muda yang kreatif dan inovatif.

Diakui Presiden Jokowi, tumbuh cepatnya generasi produktif mengharuskan pemerintah bekerja lebih keras lagi untuk menciptakan dan membuka lapangan kerja baru melalui peningkatan daya saing investasi dan ekspor.

Ia menyebutkan dalam empat tahun terakhir, pemerintah melakukan perombakan besar-besaran terhadap iklim kemudahan berusaha di negara kita. Tujuan utamanya adalah membuat perekonomian kita bisa lebih produktif dan kompetitif, sambil terus meningkatkan kemandirian bangsa, sehingga bisa memberikan nilai tambah, terutama pembukaan lapangan kerja baru dan menyerap pengangguran. “Alhamdulillah, dengan kerja Bersama, tingkat pengangguran terbuka semakin menurun dari 5,70 persen menjadi 5,13 persen,” ungkap Presiden Jokowi.

Sementara untuk mencapai kesejahteraan, Presiden menegaskan, pemerintah tidak hanya memperhatikan usaha yang besar-besar saja, tapi juga fokus pada UMKM dan 40 persen lapisan masyarakat terbawah. Untuk menyasar 40 persen lapisan masyarakat terbawah, kata Presiden, pemerintah tengah menjalankan program Reforma Agraria dan perhutanan sosial, serta peningkatan akses permodalan bagi usaha ultra mikro, usaha mikro, dan usaha kecil.

Sementara untuk mendorong perkembangan usaha UMKM, Pemerintah menurunkan tarif pajak final UMKM menjadi 0,5 persen, serta penajaman KUR yang bisa dinikmati 12,3 juta UMKM.

Selain itu, untuk memberikan jaminan perlindungan sosial, Pemerintahmenyalurkan Program Keluarga Harapan kepada 10 juta keluarga penerima manfaat, serta mereformasi sistem bantuan pangan agar lebih tepat sasaran menjadi program bantuan non-tunai, yang cakupannya akan ditingkatkan menjadi 15,6 juta penerima manfaat pada tahun 2019.

“Dengan kerja nyata, rasio gini sebagai indikator ketimpangan pendapatan terus kita turunkan, yang saat ini berhasil kita turunkan dari 0,406 menjadi 0,389,” ungkap Presiden Jokowi. Sebagai bangsa yang besar, dengan modal sosial yang kuat, Presiden Jokowi meyakini, pemerintah akan mampu menghadapi semua tantangan, seberat apapun.

Dari Ranah Minang, kita bersama-sama belajar: ‘Barek samo dipikua, ringan samo dijinjiang’. Berat sama-sama kita pikul, ringan sama-sama kita jinjing. Dari Tartar Pasundan, kita bersama-sama belajar: ‘Sacangreud pageuh, sagolek pangkek’. Kita harus bekerja bersama, dengan komitmen dan konsistensi. Dari Bumi Anging Mamiri, kita bersama-sama belajar: ‘Reso temma-ngingi, nama-lomo, nale-tei, pammase dewata’. Kita harus kerja keras bersama, ikhlas, dan berdo’a agar tujuan kita tercapai. Dari Bumi Gora, kita bersama-sama belajar: ‘Bareng bejukung, bareng bebose’. Kita kerja bersama, kita nikmati bersama-sama jerih payah kita. Dari Banua Banjar kita bersama-sama belajar: ‘Waja sampai kaputing’. Kita kerja bersama dengan penuh semangat, tidak patah di tengah jalan, tidak pernah menyerah,” kata Presiden Jokowi mengakhiri pidatonya.

Sidang Tahunan MPR-RI Tahun 2018 itu selain dihadiri oleh Ibu Negara Iriana Joko Widodo, Wakil Presiden Jusuf Kalla, Ibu Mufidah Jusuf Kalla, pimpinan dan anggota MPR-RI, juga dihadiri oleh para Ketua dan Wakil Ketua Lembaga Negara, para menteri Kabinet Kerja dan pimpinan lembaga pemerintah non kementerian, Presiden ketiga RI BJ. Habibie, Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri,  dan Wakil Presiden keenam RI Try Sutrisno serta Wakil Presiden ke-11 RI Boediono. (sekkab)