Jokowi Perintahkan Menteri PUPR Beli Karet untuk ‘Ngaspal’ Jalan

AA
Presiden mencoba ambil hasil karet saat silaturahmi dengan Petani Karet Se-Provinsi Sumatra Selatan, di Pusat Penelitian Karet, Balai Pusat Penelitian Sembawa, Kabupaten Banyuasin, Sabtu (9/3). [Foto: Humas/Oji]
BANYUASIN.NIAGA.ASIA-Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan bahwa keadaan ekonomi dunia saat ini sedang turun dan banyak negara yang tidak kuat menanggung serta berada pada posisi minus baik itu di Amerika Latin maupun Eropa.

“Kita alhamdulillah, meskipun juga menanggung beban tekanan ekonomi dunia yang tidak gampang, kita masih bisa mempertahankan ekonomi kita di atas 5 persen. Ini patut kita syukuri,” ujar Presiden saat bersilaturahmi dengan Para Petani Karet Se-Provinsi Sumatra Selatan, di Pusat Penelitian Karet, Balai Pusat Penelitian Sembawa, Kabupaten Banyuasin, Sabtu (9/3).

Karena ekonomi yang turun tersebut, lanjut Presiden, permintaan untuk kelapa sawit, misalnya, kelapa sawit juga ikut turun sehingga harga otomatis juga ikut turun. “Batubara permintaan turun, harga juga ikut turun. Termasuk karet, juga sama. Inilah problem besar kita karena ekonomi dunia belum normal, belum normal,” ujarnya.

Khusus untuk karet, menurut Presiden, Pemerintah sudah berupaya beberapa tahun ini, meski memang tidak mudah, mengendalikan ini karena karet produsen terbesarnya ada di Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Ia menambahkan bahwa pemerintah sudah berhubungan dengan Malaysia dan Thailand. “Untuk apa? Untuk mengendalikan agar suplai ke pasar itu bisa diturunkan. Barangnya kurang, berarti harganya bisa kedongkrak naik,” jelasnya.

Meski negosiasi dengan negara lain itu tidak mudah, menurut Presiden, alhamdulillah tiga minggu yang lalu pemerintah Indonesia berhasil berbicara dan sudah mendekati agak final Malaysia dan Thailand. “Sehingga dua minggu ini mulai harga karet terdongkrak naik. Bapak-Ibu merasakan ndak? Merasakan ndak? Ya, kita harus ngomong apa adanya,” tambah Presiden ke-7 Republik Indonesia.

Kepala Negara mengaku berbisik dengan peserta acara Ali sambil bertanya bagaimana harga karet sekarang dan katanya makin membaik. “Pak Ali, gimana harganya sekarang?” “Ya Pak, ini dalam dua minggu ini lumayan Pak.” “Dulunya berapa?” “Dulunya kurang lebih Rp5.000-6.000, Pak, sekarang Rp8.300-9.000,” cerita Presiden.

Hal ini, menurut Presiden, patut disyukuri karena keadaan ekonomi dunia itu masih pada posisi yang belum baik tetapi akan menuju pada normal kembali. “Enggak mungkinlah keadaan normal ini terus-menerus, sudah 7 tahun kok tidak normal, pasti nanti akan menuju ke posisi yang normal kembali,” tambahnya.

Kalau keadaan sudah normal, sambung Presiden, inilah nanti harga akan juga kembali ke posisi yang normal. Tetapi dalam posisi yang belum normal seperti ini, lanjut Presiden, pemerintah betul-betul berupaya agar harga ini terdongkrak.

Lebih lanjut, Presiden menyampaikan telah memerintahkan Menteri PUPR untuk membeli hasil karet masyarakat. “Pak Menteri sekarang ngaspal jalan itu jangan pakai hanya aspal, campur dengan karet, dicoba dulu.” Sudah dicoba, sudah dicoba di Sumsel, di Riau, dan Jambi. Sudah dicoba hasilnya bagus. “Tapi Pak harganya lebih mahal sedikit.” “Enggak apa-apa, beli,” ujarnya. Sudah dicoba bagus, sambung Presiden, harganya agak mahal sedikit enggak apa-apa harga jalan jadi mahal sedikit tapi kualitas lebih baik.

Sekarang, tambah Presiden, bukan hanya di tiga provinsi ini, perintahkan kepada seluruh provinsi, seluruh kabupaten, seluruh kota di seluruh Indonesia kalau ngaspal jalan pakai karet, sudah. “Sehingga kita jangan tergantung hanya kepada pasar-pasar luar negeri, pasar-pasar ekspor, Singapura dan Jepang, China, enggak. Boleh ke sana kirim tapi jangan terlalu ketergantungan,” tutur Presiden Pada kesempatan itu, Presiden menyampaikan bahwa sebagian mesti digunakan sendiri sehingga suplainya ke dunia berkurang, harga akan terdongkrak naik.

Turut hadir dalam acara tersebut, Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Seskab Pramono Anung, Koordinator Staf Khusus Presiden Teten Masduki, dan Gubernur Sumsel Herman Deru.

Sumber; Sekretariat Kabinet