Juliana Ningkede, Penyandang Disabilitas Tinggal di Gubuk Berdindingkan Spanduk

Juliana Ningkeda duduk di kursi kayu menunggu  suami pulang bekerja sebagai tukang kebun. (foto Budi Anshori/Niaga.Asia)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA-Menempati gubuk kecil berukuran 2,5 x 5 meter dipinggiraan jalan lingkar, Kecamatan Nunukan, Juliana Ningkeda (55) hanya bisa berdiam diri dalam gubuknya sambil menahan keinginan untuk pulang kampung, Larantuka, Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur, karena belum punya uang cukup.

“Saya tidak bisa kemana-mana lagi  karena sudah menjadi penyandang disabilitas,  paska bagian dari kaki kanan diamputasi di RSUD Nunukan tahun 2018 karena tumor tulang,” ungkap Juliana pada Niaga.Asia, Senin (08/02/2021).

Menurut Juliana, awal dari masalah yang dihadapinya ketika kakinya  tertusuk duri pakis hutan saat panen jagung di kebun,  tapi dibiarkannya,  lama-lama infeksi  dan saat berobat diketahui pula dia mengidap tumor tulang.

Juliana dan suaminya Petrus Teti (60) sejak Desember 2021 menempati gubuk kecil bekas warung yang ditinggalkan pemiliknya dan hanya berdinding bekas spanduk dan karung-karung plastik bekas.

Pada bagian dinding lainnya, terlihat drum bekas aspal yang telah diratakan untuk menutup bagian dinding, beruntung mereka mendapatkan bantuan air bersih dan listrik dari tetangganya.

“Kalau air ada disana minta tetangga, listrik juga dikasih satu sambungan bola lampu,” sebutnya.

Juliana menceritakan, sejak divonis tumor tulang, kebutuhan hidup sehari-hari praktis mengandalkan pendapatan suaminya sebagai tukang kebun, jumahnya tidak seberapa.

“Sebelum kaki saya diamputasi, saya ikut membantu mencari nafkah,” ungkapnya.

Juliana menceritakan, suaminya Petrus  adalah Pekerja Migran Indonesia (PMI)  di Sabah, Malaysia selama 10 tahun, kemudian dideportasi ke Nunukan tahun 2018.

Setelah tidak lagi bekerja di Malaysia, Petrus memanggil  Juliana  untuk datang ke Nunukan bekerja di kebun jagung. Tapi takdir berkata lain.

“Saya ingin pulang ke kampungnya. Saat ini saya berusaha kumpul-kumpul uang buat ongkos  sambil menunggu bantuan kaki palsu dari Dinsos,” ungkap Juliana.

Sementara itu, Sekretaris Dinsos Nunukan Yaksi Belaning Pratiwi mengatakan, Juliana sudah masuk daftar penyandang disabilitas yang diusulkan dapat bantuan kaki palsu dan saat ini dalam proses. Tidak hanya itu, karena nama Juliana tidak ada dalam data lansia dan penyandang disabilitas, belum mendapat bantuan uang tunai untuk lansia.

“ Dinsos Nunukan tahun 2021 tidak memiliki anggaran untuk biaya makan penyandang disabilitas terlantar diluar Rumah Perlindungan Trauma Centre (RPTS) yang disiapkan pemerintah daerah,” kata Yaksi.

Terhentinya pengalokasian anggaran untuk  makan dan minum disabilitas baik dalam RPTS ataupun diluar RPTS sejak terbitnya Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) terbaru tahun 2021 terkait anggaran kebutuhan hidup.

“Tahun lalu masih ada anggaran makan disabilitas, mulai tahun ini dihilangkan, itulah kenapa kita kesulitan memperhatikan warga miskin dan terlantar,” pungkasnya.

Menurut Yaksi, kehidupan Juliana dan Petrus mendapat perhatian masyarakat dan Dinas Sosial (Dinsos) Nunukan, melalui program bantuan Dinsos Nunukan tahun 2019. Dinsos memberikan alat bantu berjalan berupa pro ketiak.

Tidak sampai disitu, Dinsos Nunukan tahun 2020 mengusulkan Juliana mendapatkan bantuan dari Dinsos Provinsi Kaltara, berupa kaki palsu, namun sampai sekarang usulan belum terealisasi. (002)

Tag: