Kabut Asap Akibat Karhutla Mulai Selimuti Nunukan

Kabut asap kiriman mulai selimuti Nunukan di Kalimantan Utara (foto : Niaga Asia)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA – Sebagian wilayah besar Kalimantan terindikasi ada peningkatan titik hot spot (titik panas) disertai sebaran asap kiriman dari beberapa daerah, terutama di wilayah Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. Bahkan, sebaran asap kiriman sampai ke Kalimantan Utara.

“Kami menghimbau agar masyarakat beraktivitas di luar rumah, melengkapi diri dengan masker (penutup hidung),” kata Prakirawan Cuaca Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Nunukan, Kalimantan Utara, Taufik Rahman, Kamis (8/8).

Meski dikatakan udara terpantau sebagai sebaran asap, satelit BMKG Nunukan pada pantauan terbaru siang hari, tidak terpantau ada titik panas yang membahayakan di Kabupaten Nunukan. Meski cuaca masih terlihat cerah, pada pada pagi hari muncul kabut asap tipis.

Sebaran asap tipis di Kaltara lebih terpantau berada di daerah Malinau dan Tarakan. Bahkan di negara tetangga Malaysia, juga terdeteksi titik panas yang lokasinya berada di sebelah utara, yang berbatasan dengan Nunukan.

“Kecuali Nunukan ya, Malinau dan Tarakan hingga Malaysia sebelah utara berbatasan dengan Nunukan mulai terlihat partikel udara kelihatan kabur karena asap kiriman,” sebutnya.

Terkait itu, BMKG Nunukan mengingatkan kepada seluruh masyarakat untuk menjaga kesehatan saat beraktivitas. Terlebih lagi kondisi udara saat ini tercemar sebaran asap, yang berisiko bagi kesehatan, utamanya anak-anak.

Diketahui, partikel asap bisa menyebabkan infeksi saluran pernafasan. Selain itu, dampak kabut asap juga bisa mengurangi jarak. “Jika asap semakin tebal, anak-anak sekolah dihimbau menggunakan masker dan kurangi kegiatan di luar ruang atau di jalan,” terang Taufik.

Sehubungan dengan kondisi itu, BMKG Nunukan juga meminta masyarakat agar jeli dalam memilah informasi cuara. Akan lebih baik jika berpatokan pada sumber yang jelas. Begitu juga terhadap informasi terkait kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Sebab, beberapa daerah provinsi dinyatakan darurat status siaga Karhutla.

“Kepada media, kami meminta kegiatan peliputan dan memberitaan dilakukan secara profesional, sesuai kejadian sebenarnya. Tidak terlalu berlebihan dan mengada-ada. Jangan memanfaatkan sutuasi dan kondisi tertentu. Akan lebih baik mensosialisasikan pencegahan Karhutla,” terang Taufik.

“Media juga punya andil untuk mensosialisasikan ke masyarakat. Jangan memanfaatkan situasi dan kondisi, untuk kepentingan tertentu terkait karhutla ataupun asap,” bebernya.

Hal lainnya yang juga perlu diwaspadai saat ini adalah ombak laut yang mencapai 1,25 sampai 2,5 meter. Keadaaan yang tidak baik ini menjadi cacatan informasi tambahan bagi masyarakat yang beraktiviats di laut. Khususnya nelayan dan petani rumput laut. “Tetap berhati-hati dan waspada ombak laut. Utamakan keselamatan selama beraktivitas di laut. Jika ombak terlihat semakin besar, sebaiknya tunda kegiatan,” demikian Taufik. (002)