Kala Ijtima Jamaah Tabligh di Gowa Menjadi Cluster COVID-19

Para peserta Ijtima Jamaah Tabligh se-Asia sudah berdatangan di di Gowa, Sulawesi Selatan. (Hak atas foto Dokumen Ijtima Jamaah Tabligh Image caption/BBC News Indonesia)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA-Kabupaten Gowa berada dalam wilayah Provinsi Sulawesi Selatan dengan ibu kota Sungguminasa. Luas Kabupaten Gowa1.883,32 km² dan berpenduduk sebanyak ± 652.941 jiwa. Kabupaten Gowa ini mempunyai sejarah panjang dan merupakan eks dari wilayah Kerajaan Gowa yang sangat terkenal.

Dalam khasanah sejarah nasional, nama Gowa sudah tidak asing lagi. Mulai abad ke-15, Kerajaan Gowa merupakan kerajaan maritim yang besar pengaruhnya di perairan Nusantara. Bahkan dari kerajaan ini juga muncul nama pahlawan nasional yang bergelar Ayam Jantan dari Timur, Sultan Hasanuddin, Raja Gowa XVI yang berani melawan VOC Belanda pada tahun-tahun awal kolonialisasinya di Indonesia.

Kota Makassar lebih dikenal khalayak dibandingkan dengan Kabupaten Gowa. Padahal kenyataannya sampai sekarang Kabupaten Gowa ibaratnya masih menjadi ibu bagi kota ini. Kabupaten yang hanya berjarak tempuh sekitar 10 menit dari Kota Makassar ini memasok sebagian besar kebutuhan dasar kehidupan kota. Mulai dari bahan material untuk pembangunan fisik, bahan pangan, terutama sayur mayur, sampai aliran air bersih dari Waduk Bili-bili.

Kemampuan Kabupaten Gowa menyuplai kebutuhan bagi daerah sekitarnya dikarenakan keadaan alamnya. Kabupaten seluas 1.883,32 kilometer persegi ini memiliki enam gunung, di mana yang tertinggi adalah Gunung Bawakaraeng. Daerah ini juga dilalui Sungai Jeneberang yang di daerah pertemuannya dengan Sungai Jenelata dibangun Waduk Bili-bili. Keuntungan alam ini menjadikan tanah Gowa kaya akan bahan galian, di samping tanahnya subur.

Secara geografis, Kabupaten Gowa terletak pada 5°33′ – 5°34′ Lintang Selatan dan 120°38′ – 120°33′ Bujur Timur. Kabupaten Gowa terdiri dari wilayah dataran rendah dan wilayah dataran tinggi dengan ketinggian anatar 10-2800 meter diatas permukaan air laut. Namun demikian wilayah Kabupaten Gowa sebagian besar merupakan dataran tinggi yaitu sekitar 72,26% terutama di bagian timur hingga selatan karena merupakan Pegunungan Tinggimoncong, Pegunungan Bawakaraeng-Lompobattang dan Pegunungan Batureppe-Cindako.

Dari total luas Kabupaten Gowa 35,30% mempunyai kemiringan tanah di atas 40 derajat, yaitu pada wilayah Kecamatan Parangloe, Tinggimoncong, Bungaya  dan Tompobulu. Kabupaten Gowa dilalui oleh banyak sungai yang cukup besar yaitu ada 15 sungai. Sungai dengan luas daerah aliran yang terbesar adalah Sungai Jenberang  yaitu seluas 881 km² dengan panjang sungai utama 90 Km.

Gowa sebelah utara berbatasan dengan Kota Makassar, Kabupaten Maros dan Kabupaten Bone. Ke sebelah Timur, Gowa bertetangga dengan Kabupaten Sinjai, Bantaeng, dan Kabupaten Jeneponto. Sedangkan di sebelah selatan Gowa berbatasan dengan Kabupaten Takalar dan Jeneponto. Ke barat, Gowa bersebelahan dengan Kota Makassar dan Takalar.

Sejak minggu pertama April 2020, kabupaten yang diapit satu kota dan enam kabupaten ini terkenal dengan sebutan cluster Gowa. Cluster awalnya populer untuk penamaan blok dalam kawasan permukiman atau kawasan pusat perdagangan menangah atas, tapi sebutan cluster juga dipakai dalam penamaan kawasan pertama dalam satu wilayah terpapar virus Corona (COVID-19).

Lokasi pertama kali terpapar COVID-19 disebut dengan Cluster Kemang, yang sebetulnya merujuk pada sebuah restoran di jalan Kemang, Jakarta Selatan tempat bertemunya pasien positif Corona 01 dan 02 dari Depok, Jawa Barat. Pasien tersebut terpapar COVID-19 dari murid baletnya yang warga negara Jepang, tapi bermukim di Malaysia.

Setelah itu populer Cluster Gowa. Sebutan Cluster Gowa meluas dalam kancah COVID-19 setelah ribuan umat Muslim Dunia Zona Asia atau  Ijtima Jamaah Tabligh se-Asia di Gowa antara tanggal 19-22 Maret 2020. Pertemuan di tengah pandemi virus Corona itu tepatnya dilaksanakan di Desa Pakkatto, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.

Dalam tanyangan BBC News Indonesia, Kamis (19/3/2020), Panitia pertemuan umat Muslim Dunia Zona Asia, Mustari Burhanuddin, mengklaim sekitar 10.000 orang telah hadir untuk mengikuti acara, yang sebelumnya dijadwalkan akan berlangsung pada 19-22 Maret 2020 itu.

Mustari mengatakan peserta itu datang dari kota-kota di Kalimantan, Surabaya, hingga Jakarta.

Ada sekitar 400 peserta WNA, yang telah datang dari Pakistan, Bangladesh, Thailand, India, Malaysia, hingga Arab Saudi, ujar Mustari.

Gubernur Sulawesi Selatan, Nurdin Abdullah, sebelumnya mengatakan acara itu sudah dibatalkan terkait dengan kekhawatiran menyebarnya virus Corona, yang telah menewaskan setidaknya 19 orang di Indonesia.

Foto ilustrasi doa bersama. (Hak atas foto Antara/ADENG BUSTOMI Image caption)

Melalui pesan dalam akun Instagram, Nurdin menyebut “telah meminta pihak Kepolisian untuk mengisolasi atau membatasi ruang gerak para peserta agar tidak melakukan kontak dengan warga, selanjutnya kita akan mengantar mereka pulang ke pelabuhan dan bandara dengan pengamanan yang dibutuhkan.”

Mengapa acara Ijtima tidak langsung dibatalkan?

Panitia pertemuan umat Muslim Dunia Zona Asia, Mustari Burhanuddin, mengatakan pemerintah daerah seminggu sebelumnya telah memberitahukan pelarangan acara dengan penekanan pada kedatangan peserta dari luar negeri, bukan peserta WNI.

Awalnya, panitia mengestimasi sekitar 1.000 peserta dari luar negeri. Namun, sejumlah negara, kata Mustari, menerapkan lockdown, sehingga WNA yang datang ‘hanya 400 orang’,” ujar Mustari.

Mereka, kata Mustari, telah datang 10 hari sebelum tanggal acara.

“Kalau sakit itu logikanya sudah sakit. Dan kami izinkan medis masuk, tidak ada kami tutupi,” ujarnya.

Mustari mengatakan, saat itu pihaknya masih bernegosiasi tentang jalannya acara dengan pemerintah setempat.

“(Kami) masih nego-nego, orang sudah pada datang, sudah kumpul, dengan jadwal kapal mereka yang sudah beli tiketnya,” ujarnya.

Ia mengatakan pihaknya akan mengikuti arahan pemerintah agar mereka tidak melanjutkan acara. “Kita siap pulang, bukan kami tidak mengindahkan arahan pemerintah… Kalau ada pemerintah siapkan kapal, kan mereka akan langsung pulang ke daerah masing-masing,” ujarnya.

“Kami terjebak dalam bencana. Jangan dikesankan kami tidak mengindahkan (arahan pemerintah). Nanti masyarakat benci kami. Kami ini dai-dai,” ujarnya.

Berapa WNA yang menjadi peserta?

Kepala Kantor Imigrasi Kelas I Makassar, Andi Pallawarukka, menyebutkan bahwa jumlah warga negara asing (WNA) yang ada sampai saat ini sebanyak 474 orang.  Mereka terdiri dari 12 negara, yaitu Arab Saudi 14 orang; Bangladesh 24 orang; Brunei 1 orang; Filipina 2 orang; India 32 orang; Malaysia 84 orang; Pakistan 73 orang; Singapura 1 orang; Thailand 217 orang; Timor Leste 24 orang; Belanda dan Inggris masing-masing 1 orang.

“Mayoritas WNA masuk melalui jalur udara Bandara Soekarno Hatta kemudian menmpuh jalur laut masuk ke Makassar. Hanya dari Malaysia dan Thailand yang masuk lewat Bandara Sultan Hasanuddin,” kata Andi Pallawarukka kepada wartawan di Makassar, Didit Hariyadi, yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, Kamis (19/03).

Foto ilustrasi doa bersama (Hak atas foto Getty Images)

Menurut Mustari, pemulangan para peserta tidak bisa langsung dilakukan. “Sekarang bagaimana…problem-nya memulangkan. Pemulangan ini yang sulit karena faktor tiket, mereka kan banyak yang dari provinsi lain,” ujar Mustari pada wartawan BBC News Indonesia Callistasia Wijaya.

Para peserta yang terlanjur datang masih berkumpul di lapangan pada Kamis (19/03) sambil menunggu pemulangan.  “Pada hari ini acara jalan di lapangan, salat berjamaah, bersifat ceramah saja, sambil menunggu (pemulangan).”

Mustari mengatakan acara itu sudah mendapat izin dua bulan sebelumnya, sebelum pemerintah gencar melakukan pelarangan perkumpulan masyarakat. “Kami sudah keluarkan biaya miliaran untuk pemasangan tenda… itu semua kan pakai material,” ujarnya.

Pemulangan WNA

                Kepala Kantor Imigrasi Kelas I Makassar, Andi Pallawarukka, waktu itu  menyatakan para peserta ini harus dipulangkan mulai besok, namun yang menjadi kendala adalah tiket penerbangannya.

“Pemulangannya bertahap, kemungkinan mulai besok. Kita prioritaskan pemulangan WNA dulu,” tutur Andi.

Secara terpisah, Gubernur Sulawesi Selatan, Nurdin Abdullah, mengatakan pemerintah yang akan menjembatani kepulangan para WNA dengan berkomunikasi dengan maskapai-maskapai penerbangan.

“Tiket pesawat atau kapal kita sesuaikan bagi peserta yang memang sudah memiliki, bagi yang tak punya tiket kita upayakan,” ucap Nurdin kepada wartawan di Makassar, Didit Hariyadi, yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, Kamis (19/03). Pemerintah Provinsi Sulsel, menurutnya, juga telah membicarakan dengan Kepolisian dan TNI untuk menyiapkan bus.

Melalui video yang dikirimkan ke BBC News Indonesia, Bupati Gowa, Adnan Purichta Ichsan, telah meminta pihak panitia agar tidak membolehkan para peserta keluar dari lokasi ijtima.

“Jangan ada yang keluar. Biar mereka di dalam. Nanti kami yang siapkan kendaraan, kalau misalnya mereka mau pulang sesuai dengan tiket kepulangan masing-masing,” kata Adnan kepada salah seorang panitia.

“Saat ini sekitar 10 ribuan orang ditempatkan di Tenda Foreign Ijtima Dunia Zona Asia 2020 Kompleks Pesantren Darul Ulum, Desa Niranuang,” ujarnya.

Rombongan eks peserta Ijtima di Gowa Sulawesi Selatan usai menuruni kapal, Sabtu (28/3) dini hari. (Foto : Mansyur/Niaga Asia)

Selama para WNA menunggu kepulangan, Kepala Kantor Imigrasi Kelas I Makassar, Andi Pallawarukka, mengatakan para WNA sudah diisolasi di lokasi sehingga tak ada yang keluar.

Panitia pertemuan umat Muslim Dunia Zona Asia, Mustari Burhanuddin, mengatakan saat ini WNA tengah diisolasi di tempat khusus yang telah disiapkan panitia pelaksana sehingga terpisah dengan masyarakat Indonesia.

“Pengawasan pun dilakukan oleh tenaga medis untuk memantau kesehatan mereka. Meskipun jemaah asing yang ada datang sudah ada di Indonesia sejak dua atau tiga bulan yang lalu,” ucap Mustari.

Gubernur Sulsel, Nurdin Abdullah, mengatakan pihaknya telah menyiapkan beberapa lokasi untuk peserta ijtima tersebut.  Di antaranya sejumlah hotel di Makassar untuk warga asing. Adapun untuk menampung warga di luar Sulawesi Selatan, pemda akan mendirikan tenda di Asrama Haji dan menyiapkan toilet umum.

“Kita juga koordinasi dengan pemerintah setempat untuk isolasi peserta selama 14 hari,” kata dia.

Menurutnya, tim kesehatan telah diturunkan untuk melakukan pemeriksaan kepada semua peserta. Jika ada peserta yang suspect terjangkit corona, kata Nurdin, maka yang bersangkutan langsung diisolasi. Hingga kini terdapat satu orang asal Nusa Tenggara Timur yang dirujuk ke Rumah Sakit Haji Makassar.

Nurdin memaparkan, peserta dari provinsi lain yang paling banyak datang ke Gowa adalah dari Kalimantan Timur sebanyak 1.322 orang. “Kami sudah sampaikan kepada mereka kondisi sangat genting, dan kami bersama punya niat bagaimana mereda virus corona ini dengan cepat,” tambahnya.

Sebelum di Gowa, acara serupa digelar di Masjid Jamek Sri Petaling, Malaysia, pada 27 Februari hingga 1 Maret. Dihadiri sekitar 16.000 orang, termasuk 1.500 warga negara asing, acara tersebut belakangan menjadi wahana penularan virus corona.

Sebanyak 513 kasus positif Covid-19 diketahui muncul dari acara keagamaan itu. Sebanyak 12 di antara mereka merupakan warga negara Indonesia, menurut Kementerian Luar Negeri RI. Ke-12 WNI itu kini dirawat di rumah sakit di Malaysia.

Berdasarkan keterangan resmi Gugus Tugas Percepatan Penangangan COVID-19 Provinsi Kalimantan Timur maupun Kalimantan Utara, pasien COVID-19 disumbang Cluster Gowa. Dari jejak peserta pertemuan Gowa, setelah dari Gowa ada yang berkunjung kesejempula kabupaten di Sulawesi Selatan, setelah itu baru pulang ke Kaltim dan Kaltara.

Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Nunukan dan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid 19 Kabupaten Nunukan memeriksa 6 jamaah tabligh asal Malaysia yang baru tiba di PLBL Nunukan,Selasa (24/3/2020)  setelah melakukan perjalanan ke beberapa kabupaten di Sulawesi Selatan. (foto Budi Anshori/Niaga.Asia)

Peserta Ijtima dari wilayah Samarinda setelah ditracing Gugus Tugas Percepatan COVID-19 Kota Samarinda tercatat 269 orang, yang dipastikan berangkat ke Gowa sebanyak 265 orang, karena 4 orang batal berangkat. Rombongan dari Samarinda dikepalai ustadz F, sebagian ada yang berangkat dan pulang naik pesawat terbang, sebagian lagi lewat kapal penumpang.

Pekerjaan yang tidak ringan me-tracing orang yang hadir dalam pertemuan di Gowa tersebut. Misalnya di Samarinda, apabila 1 orang sudah kontak dengan 10 orang, maka yang perlu ditracing, dan sewajarnya di rapid test  (265 x 10 = 2.650 orang). Kalau apa yang dikatakan Nurdin Abdullah benar, peserta dari Kaltim 1.322 orang maka yang perlu di-tracing menjadi 26.500 orang.

Kala Ijtima Jamaah Tabligh di Gowa menjadi cluster COVID-19, ibaratnya sama dengan nasi telah menjadi bubur. (001/wikipedia)

 

Tag: