Kaltim Miliki Kekayaan Seni Tiga Pilar Budaya

Mahasiswa peserta Program Pertukaran Mahasiswa dari 17 Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta yang akan tinggal lima bulan di Kaltim. (Foto Istimewa)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Kalimantan Timur tidak hanya memiliki sumber daya alam (SDA) yang melimpah, namun juga memiliki kekayaan seni budaya di tiga pilar kesenian kebudayaan yang patut dilestarikan dan dikembangkan.

Demikian budayawan Kaltim Hamdani dalam  diskusi bedah buku Khazanah Seni Tradisi Kalimantan Timur di hadapan 18 mahasiswa dari 17 perguruan negeri dan swasta seluruh Indonesia, di Kampus Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur (UMKT), Samarinda, Sabtu (22/10/2022).

Diuraikan Hamdani dalam buku yang diterbitkan Dewan Kesenian Daerah Kalimantan Timur tahun 2020 lalu itu, ragam kesenian Kaltim di tiga pilar budaya (pesisir, keraton dan pedalaman) meliputi semua cabang seni; tari, teater, sastra, rupa dan musik.

“Di buku itu terangkum dengan lengkap dan detail khazanah seni tradisi Kaltim dari tiga pilar budaya itu,” ungkap Hamdani yang juga salah satu penulis di buku itu.

Buku Khazanah Seni Tradisi Kalimantan Timur yang dibedah dalam diskusi 18 mahasiswa dari 17 PTN dan PTS. (Dok Niaga.Asia)

Kepada para mahasiswa yang menjadi peserta Modul Nusantara Pertukaran Mahasiswa Merdeka Dalam Negeri tahun 2022 itu, Hamdani menggambarkan, seni tradisi yang ada di tiga Pilar itu hingga tumbuh dan berkembang di Kaltim.

Sebagai contoh sebutnya tari Jepen dan musik tingkilan sebagai seni pesisir berkembang sedemikian rupa di Kaltim.

“Tari Jepen dan Tingkilan sebagai musik pengiring sudah dikreasikan menjadi tontonan yang menarik dan estetik. Demikian juga tari pedalaman, tari Enggang misalnya,” tambahnya.

Dalam diskusi yang dipandu Dosen Pembimbing Kelompok 2 Modul Nusantara UMKT Nur Fithriyanti Imamah, MBA., Ph.D., mengungkapkan, seni yang berasal dari pilar budaya keraton Kutai Kartanegara Ing Martadipura memiliki keunikan tersendiri.

“Ada tarian dari keraton Kutai Kartanegara Ing Martadipura, tari Dewa Memanah, tari Topeng dan tari Ganjar Ganjur. Ketiga tarian itu mempunyai keunikan, musik pengiring dan gerak tarinya mirip dengan tarian dan musik yang ada di Jawa. Kalau saya mencermati, ihwal itu mungkin terjadi lantaran adanya pertukaran budaya dia orang putra raja pertama Kutai Kartanegara Aji Batara Agung Dewa Sakti, Maharaja Sakti dan Maharaja Sultan belajar budaya, politik dan ekonomi di kerajaan Majapahit di abad 13,” urainya.

Sementara itu, menjawab pertanyaan salah satu peserta Muhammad Hafiduddin dari Universitas Alma Ata Yogyakarta tentang local wisdom pada kesenian Kaltim, Hamdani yang juga ketua harian DKD Kaltim ini menyebut, semua seni budaya Kaltim memilikinya.

“Misalnya ritual dan tarian Hudoq yang digelar saat menanam padi atau tumbuhan. Itu mengandung pesan bahwa kehidupan manusia dan alam harus menyatu. Demikian juga seni budaya lainnya,” jawabnya.

Ternyata timpal mahasiswi Universitas Airlangga Surabaya Netri Alia Rahmi, Kaltim memiliki seni budaya yang benar-benar kaya. Menarik untuk dipelajari lebih jauh,” tandasnya.

Program pertukaran mahasiswa itu sendiri diikuti oleh para mahasiswa semester V dari Universitas Bandar Lampung  Universitas Muhammadiyah Bengkulu, ST KIP PGRI Pacitan, Universitas Surya Kencana.

Selanjutnya, Universitas Muhammadiyah Sumbar, STIK Ngusik Husada Madura, Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas PGRI Madiun, Universitas Alma Ata Yogyakarta, Universitas Ponorogo, IKIP Budi Utomo Surabaya, Universitas Airlangga Surabaya, Universitas Muhammadiyah Semarang, Universitas Muhammadiyah Sorong, Universitas Prima Indonesia dan Universitas Negeri Manado.

Selama lima bulan di Kaltim, para mahasiswa itu, di samping mengikuti perkuliahan seperti biasa di UMKT, mereka juga menggelar diskusi keagamaan, tukar budaya daerah, mengenal budaya Kaltim, menyaksikan Erau, menikmati kuliner khas Kaltim dan rencananya berkunjung ke Museum Mulawarman Tenggarong dan Desa Budaya Kedang Ipul di Kota Bangun.

Penulis: Intoniswan | Editor: Intoniswan

Tag: