Kaltim Mulai Defisit Oksigen

Ilustrasi tabung oksigen (Foto : tribratanews)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Pemprov Kalimantan Timur mengalami defisit pasokan oksigen di tengah penanganan Covid-19. Bahkan stok oksigen hampir 45 RS di Kalimantan Timur bakal segera habis.

Dalam Rakor Harian Oksigen secara virtual Pemprov Kalimantan Timur dan jajaran bersama Kemenkes RI, Selasa (27/7) lalu terungkap, belum semua provinsi di Indonesia memiliki Satgas Oksigen.

“Berdasarkan paparan Kemenkes, Satgas dipimpin oleh Sekda atau Asisten Sekda yang membawahi bidang ekonomi dan pembangunan,” kata Asisten Pemerintahan dan Kesra Sekretariat Provinsi Kalimantan Timur Jauhar Effendi, kepada Niaga Asia, Kamis (29/7).

Diterangkan, data yang masuk melalui Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS), dari 58 RS di Kalimantan Timur, ada 43 RS yang sudah melaporkan pemakaian, ketersediaan dan estimasi stok oksigen akan segera habis.

“Secara keseluruhan, untuk jenis oksigen cair diperkirakan stok akan habis dalam 2 hari ke depan seperti tabung kecil ukuran 1 meter kubik dan tabung sedang ukuran 2 meter kubik. Bahkan tabung besar ukuran 6 meter kubik hanya bertahan sampai 1 hari kedepan,” ujar Jauhar.

Kepada Kemenkes, Jauhar juga menyampaikan sederetan permasalahan yang dihadapi Kalimantan Timur. Pertama, seluruh keperluan oksigen RS memang dipasok PT Samator. “Tapi karena peningkatan yang tajam terkait permintaan oksigen, terjadi defisit pasokan,” sebut Jauhar.

Soal lainnya kekurangan jumlah tabung oksigen. Untuk itu Pemprov Kalimantan Timur meminta ke pemerintah pusat, menambah peralatan penghasil oksigen konsentrator. Terutama untuk RS yang berada di kabupaten Kutai Barat dan Mahakam Ulu.

“Karena kalau pakai tabung oksigen waktunya terlalu lama. Kami juga minta peminjaman tabung oksigen dari perusahaan-perusahaan besar, sekaligus meminta perusahaan, terutama BUMN yang bisa memproduksi oksigen untuk membantu keperluan rumah sakit di Kaltim,” ungkap Jauhar.

Disampaikan Direktur Industri Kimia Hulu, Pemda di Kaltim agar membuat surat permintaan oksigen kepada pimpinan BUMN setempat yang memproduksi oksigen. “Kalau pimpinan perusahaan tidak bersedia, diminta laporkan ke Direktur Industri Kimia Hulu,” demikian Jauhar.

Penulis : Saud Rosadi | Editor : Saud Rosadi

Tag: