Kecewa, Mahasiswa Minta Manajer PT PLN Cabang Nunukan Mundur

demo
Aliansi Masyarakat Pembela Rakyat (Ampera) Kabupaten Nunukan sambil membawa replika keranda jenazah ketika melakukan unjuk rasa meminta Manajer PT PLN Cabang Nunukan, Fajar Setiadi mengundurkan diri. (Foto: Budi Anshori)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA-Mahasiswa Kabupaten Nunukan yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Pembela Rakyat (Ampera) Kabupaten Nunukan yang kecewa dengan penyediaan dan layanan listrik  di Kabupaten Nunukan meminta Manajer PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Cabang Nunukan, Fajar Setiadi mengundurkan diri sebagai manajer.

Tuntutan itu disampaikan mahasiswa saat menggelar aksi unjuk rasa di depan Tugu Dwikora Nunukan, Sabtu (23/6/2018). Koordinator unjuk rasa, Acok yang juga anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Nunukan mengatakan, masyarakat pelanggan listrik PLN sudah muak dengan layanan listrik yang tak kunjung membaik dalam 3 tahun terakhir, listrik masih padam bergilir. “Kami dan seluruh pelanggan listrik menilai kinerja manajer PT PLN Cabang Nunukan buruk,” kata Acok dalam orasinya.

Buruknya penyediaan listrik,  membuat listrik  di Nunukan bertahun-tahun tak pernah bisa konstan menyala 24 jam. Saking seringnya listrik mati, PLN pun tak sempat membuat pengumuman listrik akan mati. “Sudah  bertahun- tahun persoalan listrik tak kunjung selesai diatasi PLN,” kata Acok. Mahasiswa menyebut Fajar Setiadi  tidak mampu bekerja dengan baik dan sewaktu bertugas di  PLN Tarakan juga bermasalah.

Selain meminta  Fajar Setiadi selaku manejer PT PLN Cabang Nunukan  mengundurkan diri, mahasiswa juga mendesak DPRD Nunukan membentuk Panitia Khusus (Pansus) mengkaji pembangunan kelistrikan dan kemampuan PLTMG mesuplai listrik. PT Bugak sebagai pemilik pembangkit harus menjelaskan kondisi pembangkitnya ke publik melalui DPRD Nunukan.

Sementara itu Perwakilan HMI Tarakan, Muhamaad Syafar yang ikut bergabung dalam unjuk rasa menduga ada masalah yang ditutupi  PLN Nunukan mengenai listrik. PLN melakukan kebohongan berulang kali tentang kapasitas terpasang pembangkit yang ada. “Akhir tahun 2017 PLN Nunukan kedatangan 6 unit PLTD dengan daya terpasang 6 MW, sehingga Nunukan surplus listrik. Tapi kenyataannya sebaliknya,” kata Syafar.

Paska kedatangan 6 mesin diesel,  PLN logikanya bisa mengatasi krisis listrik, namun  nyatanya permasalahan tidak selesai. Malah dalam kurun 2 bulan terakhir semakin parah paska kerusakan pada mesin PLTMG Sebaung.

“PLN Nunukan  tidak pernah belajar dari pengalaman masa lalu, problem kerusakan di pembangkit seharus menjadi pelajaran kedepan, bukan sebaliknya berdiam diri pasrah membiarkan pengelolaan mesin PLTMG oleh PT Bugak semakin kacau,” kata Syafar lagi.

Tanggapan PLN

                Menanggapi permintaan mahasiswa, Fajar Setiadi  dan staf PLN Wilayah Berau yang membawahkan Nunukan datang ke lokasi unjuk rasa dengan pengawalan polisi menyampaikan permohonan maaf atas kondisi pelayanan listrik yang belum maksimal. “Saya minta maaf atas ketidak nyamanan pelayanan listrik,” ucapnya.

Fajar mengungkapkan, PLN  ingin listrik normal dan layanan  terbaik, tapi mustahil bisa sempurna. Persoalan lsitrik di Nunukan tidak hanya pada  kemampuan pembangkit diesel dan gas, tapi ada banyak kendala yang datang tiba-tiba diluar perhitungan, misalnya terjadi kerusakan pada kabel tegangan tinggi karena tertimpa  pohon tumbang saat  hujan lebat.

Kemudian, lanjut Fajar,  jaringan listrik dari PLTMG Sebaung hingga ke pusat operator di PLN Nunukan sangat panjang berupa  kabel-kabel di bawah laut dan  darat sering kali mengalami gangguan. “Sebetulnya dengan kapasitas listrik yang ada di Nunukan, dalam 2 tahun ini sudah dipasang 2.000 sambungan baru ke masyarakat. Saat ini beban puncak pemakaian listrik mencapai 13 MW,” tutupnya. (002)