Kedai Wedang Ronde Mbah Sumirah: Wadah Ngobrol Asyik soal Ekonomi hingga Politik

Wedang Ronde Mbah Sumirah Jalan Letjen Soeprapto Samarinda (Foto Istimewa)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Selama dua tahun ini aktivitas masyarakat tersekat, bukan hanya Samarinda, bukan hanya Kaltim, bukan hanya Indonesia, tapi hampir seluruh penduduk bumi mulai kutub Utara hingga kutub Selatan akibat pandemi COVID-19 yang membayangi.

Dua tahun dikelilingi pandemi COVID-19 jelas membuat banyak orang stres. Mau berwisata masih dibatasi, mau ke luar kota tapi kantong tipis, apalagi ke luar negeri. Jadinya serba bingung mau berbuat apa karena takut terpapar virus Corona.

Di tengah kebingungan ini, lantas ada Mbah Sumirah yang punya banyak resep minuman tradisi keluarga. Bahannya murah, mudah didapat dan sudah dibuktikan puluhan tahun khasiatnya.

“Kemudian kami merayu keluarga Mbah Sumirah agar bersedia membongkar resep ramuannya. Harapan kami tentu supaya semua orang bisa merasakan nikmat dan manfaat dari ramuan yang selama ini disembunyikan,” ujar Dedi Nala, pengelola Kedai Wedang Ronde Mbah Sumirah.

Setelah dirayu, katanya, keluarga Mbah Sumirah setuju, tapi harus dibagikan juga ke orang banyak, biar semua sama-sama sehat dan bahagia.

Kemudian Dedi Nala dan rekan sepakat memilih jualan wedang ronde. Produk dari resep ramuan Mbah Sumirah dijual bebas, tapi syaratnya adalah tidak boleh mahal, harus bisa dijangkau hingga “orang kecil”.

Ia melanjutkan, syarat lainnya yang diajukan Mbah Sumirah adalah ketika berbisnis tidak boleh meninggikan diri sendiri, jangan merendahkan orang lain, jangan jauh-jauh dari pencipta, jangan bikin susah sesama dan bikin minuman harus enak seolah itu untuk diminum sendiri.

Wedang Ronde Mbah Sumirah Jalan Letjen Soeprapto Samarinda, racikan khas Jawa. (Foto Istimewa)

Dedi melanjutkan, Mbah Sumirah berasal dari Jawa. Orangnya pendiam, tidak suka banyak bicara, tidak suka jalan-jalan. Sukanya malah “ngemong” cucu-cucu dan cicitnya. Sesekali juga memberi wejangan kepada siapa saja yang membutuhkan.

“Mbah Sumirah kalau ngasih wejangan, adem. Gak rumit juga memahami nasehat beliau. Mbah Sumirah paling sering ngasih nasehat soal bagaimana seharusnya melayani,” katanya.

“Ya melayani siapa saja, ndak dibeda-bedakan kepada siapa. Lelaki, perempuan, anak-anak, orang tua, orang kecil, orang besar, orang jauh, orang dekat, orang hutan, orang laut, orang timur, orang barat, siapa saja pokoknya. Termasuk melayani diri sendiri,” katanya lagi.

Menurutnya, Mbah Sumirah juga pernah mengatakan, cantik itu perlu, sehat juga perlu. Pelayanan yang ramah juga perlu karena nantinya orang akan senang jika dilayani dengan penuh kelembutan.

Dari segala kebijaksanaan dan resep ramuan tradisinya itulah, katanya, sehingga Mbah Sumirah berhasil melewati amukan COVID-19. Dari petuah-petuah bijak itulah, kemudian lahir resep-resep ramuan tradisi keluarga Mbah Sumirah.

“Resep Mbah Sumirah itu kemudian kami persembahkan kepada masyarakat luas untuk dibagikan sebagai kegembiraan bersama mengenai kesehatan dan keharmonisan sesama makhluk Tuhan,” katanya.

Didampingi pengelola lainnya, Kris, Zulham, dan Plantika, Dedi melanjutkan bahwa konsep dasar Kedai Wedang Ronde Mbah Sumirah adalah “angkringan”. Sama dengan angkringan yang banyak bertebaran saat ini di Samarinda.

Celah bedanya hanya ada pada ruang “jagongan”. Istilah jagongan tenar di Jawa sebagai suatu ruang bersama (common room) untuk ngobrol santai, seenaknya, tak perlu tema berat dan tidak perlu pakai tata cara yang formal atau resmi-resmian.

Dalam jagongan ini juga bisa ngobrol sesuka konsumen, mulai ngobrol soal ekonomi mikro, kecil, menengah, lokal, regional, nasional, hingga ekonomi global. Bahkan yang suka dengan perkembangan politik juga dipersilahkan “njagong” di kedai ini.

Dalam obrolan bebas dan suka-suka ini, lanjutnya, biasanya memang disertai dengan minuman dan makanan tradisional sebagai pelengkap dan penghangat suasana yang disajikan oleh yang punya hajat.

“Nah, kedai wedang dengan konsep jagongan ini kami pikir cocok dengan iklim sosial budaya kota urban sekelas Samarinda, sehingga kami hadirkan di sini yang secara resmi buka pada Sabtu, 5 Januari 2022,” kata Dedi.

Menurutnya, ruang ngobrol dengan menu kopi lokal telah menjadi trend di kalangan anak muda. Kopi impor juga disenangi oleh kalangan dewasa. Tapi ngobrol di warung kopi impor nggak selalu bisa leluasa.

“Maka kami siapkan alternatif ruang ngobrol yang lebih membumi, lebih menusantara. Lalu menunya kami ganti yang lebih menyehatkan, yaitu wedang-wedangan. Jadi kami melayani saja, menyediakan pilihan lain buat orang Kaltim, khususnya warga Samarinda,” katanya.

Instagram: @mbahsumirah_smd , kemudian di Facebook: Wedang Ronde Mbahsumirah Smd. (Foto Istimewa)

Wedang Ronde Mbah Sumirah, lanjut dia, merupakan usaha kolaborasi yang sekaligus dikelola secara bersama-sama oleh 4 wirausahawan muda dari Kota Tenggarong, yaitu Kris, Dedi Nala, Zulham dan Plantika.

Kris dan Plantika adalah owner  produk makanan Martabak Keraton. Zulham adalah generasi ketiga yang mengelola usaha kuliner legendaris Coto Makasar Daeng Ismail. Dedi Nala dikenal sebagai Direktur usaha kapal wisata Queen Orca Houseboat.

Wedang Ronde Mbah Sumirah yang mengangkat slogan “Rahasia Sehat Keluarga” ini beralamat di kawasan Voofo, Jalan R.Soeprapto Nonor 7 (Seberang Jalan Anggur) Kota Samarinda.

Sedangkan menu favorit yang disiapkan adalah Wedang Ronde dan Wedang Jahe Rempah untuk menu lainnya adalah Wedang Jahe Original, Wedang Jahe Madu, Wedang Jahe Susu, Wedang STMJ, Nasi Kucing, dan sate-satean.

Masyarakat juga bisa memantau dan mengorek informasi lebih lanjut mengenai Wedang Ronde Mbah Sumirah melalui sosial media, yakni

Instagram: @mbahsumirah_smd , kemudian di Facebook: Wedang Ronde Mbahsumirah Smd. (gh)

Tag: