Kenaikan Harga BBM Nonsubsidi Tidak Berdampak Signifikan di Nunukan

Penjualan BBM di salah satu SPBU Nunukan siang hari hanya melayani BBM non subsidi (foto Budi Anshori/Niaga.Asia)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA – Kebijakan pemerintah pusat menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex (BBM nonsubsidi)  tidak berdampak signifikan terhadap masyarakat di Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara sebab, mayoritas masyarakat adalah pengguna BBM subsidi, yakni Pertalite dan Solar subsidi.

“Biasanya per bulan penggunaan BBM nonsubsidi jenis Pertamax antara 5 sampai 10 ton saja, selebihnya BBM subsidi Pertalite dan Solar,” kata Pengelola SPBU PT Rapti Indah, Haris Arlek pada Niaga.Asia, Selasa (12/07/2022).

Untuk diketahui sejak tanggal 10 Juli 2022, Pertamina menaikkan harga BBM nonsubsidi. Di wilayah Kalimantan misalnya, di Kalimantan Timur (Kaltim) harga Pertamax Turbo Rp 16.550;  Dexlite Rp 15.350; Pertamina Dex Rp 16.850. Kemudian untuk Kalimantan Utara (Kaltara) harga  Pertamax Turbo Rp 16.550;  Dexlite Rp 15.350; dan Pertamina Dex Rp 16.850.

Sedangkan di Kalimantan Barat (Kalbar) menetapkan harga Pertamax Turbo Rp 16.550; Dexlite Rp 15.350; Pertamina Dex Rp 16.850. Di Kalimantan Tengah  (Kalteng) harga Pertamax Turbo Rp 16.550;  Dexlite Rp 15.350;  Pertamina Dex Rp 16.850. Di Kalimantan Selatan (Kalsel) harga Pertamax Turbo Rp 16.550;  Dexlite Rp 15.350;  Pertamina Dex Rp 16.850.

Menurut Haris, kalau harga BBM subsidi  yang naik, pasti berdampak besar bagi masyarakat, karena akan memicu naiknya biaya transportasi dan ongkos angkut logistik. Konsumsi BBM subsidi per bulan jenis Pertalite di SPBU PT Rapti Indah sekitar 125 ton dan Solar 45 ton.

“Harga Pertalite tetap Rp 7.650 per liter dan Solar Rp 5.150 per liter,” kata Haris.

Agar penyaluran BBM subsidi yang kuotanya terbatas bisa merata dinikmati masyarakat, SPBU Nunukan menerapkan pembatasan waktu penjualan dari pagi pukul 07:00 Wita hingga siang pukul 12:30 Wita.

“Kalau tidak dibatasi waktunya BBM subsidi untuk 7 hari bisa habis 4 hari, makanya kami terapkan pembatasan jam pembelian,” tuturnya.

Selain BBM untuk kendaraan, SPBU PT Rapti Indah mendistribusikan BBM laut atau biasanya disebut SPBU terapung yang khusus bagi nelayan dengan kuota Pertalite 105 ton per bulan dan 40 ton BBM jenis Solar.

Kuota BBM laut yang diberikan PT Pertamina untuk Nunukan belum mampu memenuhi kebutuhan maksimal nelayan, karena itu sering ditemukan dirigen-dirigen milik nelayan membeli BBM di SPBU darat.

“Nelayan beli di SPBU darat tetap kita layani selama mereka datang membawa jerigen BBM kapal atau isi jerigen sudah bercampur oli,” ucapnya.

Rata-rata nelayan pengguna perahu mesin dompeng membutuhkan BBM sekitar 180 liter tiap kali turun melaut, sedangkan nelayan pancing mesin ketinting pengguna BBM pertalite sekitar 60 liter tiap kali kerja laut.

Untuk mengawasi BBM laut tersalur tepat sasaran, SPBU terapung dan darat meminta pembeli memperlihatkan bukti surat nelayan yang dikeluarkan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Nunukan.

“Stok BBM laut di SPBU terapung paling 3 hari habis, kalau sudah kosong disana nelayan naik ke darat cari BBM yang sebenarnya jatah kendaraan,” tuturnya.

Penulis : Budi Anshori | Editor : Rachmat Rolau

Tag: