
SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Wakil Ketua DPRD Provinsi Kalimantan Timur, Yenni Eviliana, menyoroti tantangan nyata yang dihadapi perempuan dalam dunia politik, terutama soal ketimpangan representasi dan peran ganda yang dijalani oleh perempuan dalam kehidupan sosial, keluarga, dan jabatan publik.
Legislator dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini menyampaikan bahwa hingga kini isu kesetaraan gender di dunia politik masih jauh dari ideal. Ia mencatat, dari 55 anggota DPRD Kaltim saat ini, hanya tujuh di antaranya adalah perempuan.
“Saya kalau ngomongin gender ini agak sulit ya. Karena kita perempuan memang dari awal banyak dituntut berbeda dibanding laki-laki. Ketimpangan itu terjadi juga karena lingkungan sosial kita turut membentuknya,” ungkap Yenni saat di temui di gedung E DPRD Kaltim, Senin (27/5/2025).
Ia menjelaskan, kehadiran perempuan dalam politik bukan hanya soal kuota atau angka statistik, tapi juga soal bagaimana perempuan diberi ruang dan dukungan untuk menjalankan peran politik tanpa harus meninggalkan kewajiban domestik sebagai istri dan ibu.
“Saya ini merasakan betul, bagaimana harus membagi diri. Sebagai istri, sebagai ibu rumah tangga, dan sebagai pimpinan DPRD. Semua harus dapat porsi yang adil, dan itu sangat menantang. Saya bisa ada di sini juga karena suami dan keluarga mendukung penuh,” ujarnya.
Yenni menyoroti bahwa meskipun zaman telah berubah, perempuan tetap menghadapi batasan-batasan sosial yang kerap tidak dialami oleh laki-laki. Salah satunya adalah ekspektasi bahwa perempuan harus tetap bergantung atau tidak terlalu mandiri.
“Saya walaupun sudah di posisi ini, tetap saja tidak bisa berdiri sendiri. Saya butuh dukungan dari suami dan anak-anak. Itu realitasnya. Perempuan tetap butuh rumahnya sebagai tempat bertumbuh, bukan hanya panggung politik,” ujarnya.
Ia juga mengkritisi bahwa dunia kerja dan media pun masih memperlihatkan ketimpangan representasi gender.
“Tanya deh, dari 100 wartawan, berapa perempuan? Itu menunjukkan bahwa di banyak sektor, kita belum benar-benar setara,” tutur Yenni.
Sebagai wakil rakyat yang berasal dari latar belakang aktivisme sosial, Yenni menegaskan komitmennya untuk terus mengawal isu-isu yang berkaitan dengan pendidikan, kesehatan, dan perlindungan sosial.
“Saya ini memang dari awal basic-nya sosial. Saya terjun ke politik karena lama bergelut di yayasan dan kegiatan sosial. Dari periode pertama, saya selalu bilang: jangan jauhkan saya dari urusan pendidikan, sosial, dan kesehatan. Karena saya ada di sini karena itu,” katanya.
Yenni meyakini bahwa seseorang akan lebih maksimal bekerja di bidang yang memang disukai dan dicintai. Oleh karena itu, ia berharap para pengambil kebijakan memberikan ruang bagi perempuan untuk terlibat secara aktif dalam hal-hal yang sesuai dengan passion dan keahlian mereka.
“Kita akan bekerja lebih baik kalau kita suka dan cinta terhadap apa yang kita kerjakan. Politik itu bukan hanya soal jabatan, tapi panggilan hati. Harus mengalir, bukan karena keterpaksaan,” ucapnya.
Meskipun jumlah legislator perempuan di DPRD Kaltim masih minim, Yenni optimistis bahwa mereka bisa menjadi agen perubahan yang kuat.
Ia menyebut tujuh legislator perempuan saat ini telah mampu menunjukkan eksistensinya dalam memperjuangkan isu-isu masyarakat.
“Kami ini memang sedikit jumlahnya, tapi kami tunjukkan taring kami. Kami berjuang keras menyentuh langsung masyarakat bawah,” pungkasnya.
Penulis : Nai | Editor : Intoniswan | ADV DPRD Kaltim
Tag: Kesetaraan Gender