Kisah Dokter Mata di Nunukan yang Terpapar Covid-19, Sempat Dihujat dan Dijauhi

Dokter spesialias mata RSUD Nunukan, dr.Irnawati Sp.M (foto Istimewa/Niaga.Asia)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA-Sempat terkonfirmasi positif Covid-19 dan menjalani perawatan, dokter spesialis mata, Irnawati yang sehari-hari bekerja RSUD Nunukan, akhirnya mendapatkan kesembuhan sebagaimana pemeriksaan swab yang menunjukan hasil negatif. Irnawati tertular setelah melakukan perjalanan dari luar daerah Nunukan.

Kesembuhan tentunya sebuah kebahagian bagi pasien Corona, begitu pula yang dirasakan Irnawati  karena kembali berkumpul dengan keluarga sejak tanggal 19 Agustus 2020, terutama dengan tiga anaknya yang setiap hari terbayang dalam benaknya.

“Kata pertama yang terucap saat menerima kabar kesembuhan adalah alhamudlilah ya Allah, saya rindu anak-anak,” kata Irnawati pada Niaga.Asia, Minggu (23/08).

Sejak menjalani perawatan di ruang isolasi RSUD Nunukan (04/8/2020), Irnawati mengaku sama sekali tidak memiliki gejala yang mengarah ke Covid-19, bahkan anak pertamanya  berusia 18 tahun sempat berpikir apakah ini sebuah konpirasi.

Pikiran negatif ini sangat wajar dimiliki keluarganya, sebab sebelumnya tak merasakan  memiliki gejala mengarah ke COVID, meski saat itu diagnosa Rapid Test tanggal 24 Juli 2020 menunjukan hasil reaktif dan disusul hasil swab positif 04 Agustus 2020.

“Karena tidak ada gejala, keluarga saya jadinya macam tidak percaya, karena itu pula saya tidak isolasi di rumah,” tutur Irnawati.

Dokter spesialias mata RSUD Nunukan, dr.Irnawati Sp.M mengaku lega dan bersyukur semua orang yang kontak dengannya tak ada yang tertular Covid-19. (foto Istimewa/Niaga.Asia)

Dibalik kesembuhannya, Irmawati berkenan membagikan sedikit kisah suka duka sejak dinyatakan tertular dan menjalani pengobatan. Menurutnya, hal utama dalam penyembuhan virus corona adalah perbaikan imun dan iman kepada Allah SWT.

Namun dibalik upaya perbaikan imun dan iman, hal paling sulit dirasakan adakah melawan  hinaan dan stigma negatif masyarakat terhadap dirinya, dan tentunya itu menjadi beban mental dan moral sebagai seorang Nakes.

“Selain perbaikan imun, kita harus juga diperkuat iman, kalau iman kurang baik bisa stress kita, makanya banyak pasien Covid-19 butuh dokter psikolog untuk memperbaiki jiwanya,” ungkapnya.

Cacian netizen di media sosial yang mengarah padanya sempat membuat mentalnya terpukul. Ia  sangat menyesalkan adanya pandangan negatif berlebihan, bahkan perawat bagian poli yang setiap hari bersamanya juga dijauhi dan dilarang sementara ke rumah sakit.

Padahal, lanjut dia, semua perawat yang dekat dengannya tidak satupun tertular, terbukti kontak erat langsung tiga anak-anaknya dirumah tidak tertular, tapi mereka tetap mendapat perlakuan kurang baik dari masyarakat.

“Tiap saya periksa pasien pakai Alat Pelindung Diri (APD), tapikan sulit kita menyakinkan masyarakat kalau saya tidak menularkan penyakit ke orang lain,” kata Irnawati.

Tanggapan negatif menularkan virus corona kepada pasien dan nakes rumah sakit terbukti dengan tidak satupun hasil swab mereka positif.  Ia hanya berdoa kepada Allah agar diberikan kesabaran dan keikhlasan menerima cobaan ini.

Jujur kata Irawati, bukan kesembuhan yang membuatnya lega dan gembira, tapi kebahagian mendengar hasil swab untuk 8 orang kontak erat yang dinyatakan negatif, disitulah dirinya bersujud syukur dan mengucapkan terima kasih ya Allah.

“Ada 8 orang kontak erat saya yakni, tiga orang anak saya, suaminya, asisten rumah tangga, perawat dan 2 dokter Intrinsip, swab mereka negatif, tapi sempat juga mereka dijauhi orang dekat,” ungkapnya.

Selama menjalani isolasi di RSUD dan isolasi mandiri, Irnawati mengaku sangat mengkhawatirkan anak bungsunya  bernama Ainiyah (3). “Ainiyah datang ke rumah sakit menengok dari balik kaca dan bertanya mama kemana saja, kenapa mana lama tidak pulang,” kata Irnawati menirukan ucapan putrinya.

Dalam benaknya, lanjut dokter mata ini, ia memiliki keyakinan bahwa pasien ataupun orang-orang di rumah sakit tidak tertular, sebaliknya  dia malah mengkhawatirkan anak-anak dirumah, karena setiap hari biasa berkumpul dan tidur bersama tanpa alat pelindung.

“Hari ke tiga Ainiyah lihat saya ke rumah sakit, saya kangen dia dan dia tanya kenapa mama lama tidak pulang. Anak saya bahagia tapi saya menangis melihat dia,” tuturnya.

Irnawati menyebutkan, penyakit Covid-19 dapat disembuhkan selama  memiliki keyakinan dan menjaga imun. Virus asal China ini tidak akan berbahaya selama pasien tidak memiliki Komorbid atau penyakit penyerta dalam tubuhnya.

Karena itulah, para pasien Covid-19 tetaplah bersemangat dan yakin mendapat kesembuhan, berdoalah kepada Allah, karena semua penyakit datang dan hilang atas izin  Allah yang Maha Kuasa.

“Jangan menjauhi orang kena Covid-19. Selama imun kita kuat dan menjaga jarak serta pertolongan Allah, insaalah penyakit ini bisa sembuh, pungkasnya. (002)

Tag: