Kisah Guru Nanang Dampingi Belajar Siswa yang Tak Punya Akses Internet

Guru kelas V SDN 021 Marang Kayu Nanang Nuryanto sedang bersama siswinya. (Foto : HO/Tanoto)

KUTAI KARTANEGARA.NIAGA.ASIA – Belajar dari rumah dengan daring (dalam jaringan) atau online, bagi sebagian siswa menjadi pilihan sulit. Seperti mereka yang tidak memiliki fasilitas internet. Lalu, bagaimana membuat anak-anak tetap bisa belajar?

Nanang Nuryanto, seorang guru kelas V SDN 021 Marang Kayu merupakan sosok yang sering dinanti para siswa di saluran YouTube-nya.

“Pak Nanang, ada Bu hari ini?” begitu komentar-komentar para siswa yang bergabung di YouTube Kukar Cerdas, seperti dikutip dari keterangan tertulis Tanoto Foundation, Kamis (30/4).

Pembawaannya yang ramah dan riang, membuat Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) secara daring selalu menyenangkan. Namun demikian, ada yang membuat Nanang gelisah. Ada 10 dari 22 siswanya tidak dapat mengikuti PJJ, karena tidak mampu membeli paket data internet.

“Sebagian besar penduduk sini bermata pencaharian petani pakis. Mereka hanya tahu besok makan apa,” katanya.

Nanang menghadapi dilema. Di satu sisi, Nanang memahami, bahwa pemerintah setempat memberlakukan pembatasan sosial. Tetapi di sisi lain, hampir 50% siswanya tidak dapat berpartisipasi dalam PJJ.

Tidak habis akal, setelah mengisi siaran langsung Kukar Cerdas, Nanang mengunjungi para siswanya secara bergantian. Pertemuan ini, dilakukan tiga kali dalam seminggu.

“Terkadang seharian penuh saya berkeliling mendampingi pembelajaran. Hari-hari berikutnya mengoreksi pekerjaan siswa. Terkadang, ada telepon dari salah satu orang tua, saya pun datang walaupun di luar jadwal kunjungan,” kata Nanang.

Contohnya, Juwita dan Nabila Sesa, yang kesulitan memahami materi tentang pengelolaan data. Nanang membuat materi pelajaran dalam bentuk modul per tema pembelajaran. Materi itu dirancang, sama seperti materi yang Nanang sampaikan di Kukar Cerdas.

“Alhamdulillah, untuk sepuluh anak ini sudah berhasil menyelesaikan tema 8 dan 9. Sama dengan siswa yang ikut pembelajaran daring,” cerita Nanang.

Inisiatif Nanang yang berkunjung ke rumah siswa, menurut Makinuddin Samin, Spesialis Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah Tanoto Foundation, merupakan kepedulian guru untuk memberikan pendampingan pembelajaran kepada siswa.

Hanya saja, untuk di daerah pandemi yang masuk zona merah, kunjungan ke rumah siswa sebaiknya dihindari.

Modul belajar (Tanoto Foundation)

“Guru jangan berkunjung langsung ke rumah siswa karena itu berpotensi membuat terjadinya penularan virus di masa pandemi ini,” kata Makin.

Untuk siswa yang tidak bisa mengakses internet, guru bisa memanfaatkan program pembelajaran di TVRI. Tinggal guru mengkomunikasikan kepada orangtua dan siswa terkait penugasan belajar lewat TVRI, dan hasilnya diberikan umpan balik.

Untuk mengkomunikasikan penugasan dan memberi umpan balik kepada siswa dan orangtua, Makin memberikan tiga solusi.

Pertama, penjadwalan ambil tugas di sekolah. Kepala sekolah bisa mengatur penjadwalan pengambilan tugas di sekolah dari guru untuk siswa. Kelas dan Rombongan Belajar (Rombel) diatur terpisah, baik waktu dan jarak saat pengambilan tugas.

Waktunya diatur per hari, per tiga hari, atau mingguan. Tugas dari guru kepada para siswa diambil oleh orangtua siswa, agar lebih mudah pengaturan jarak antar orang.

“Pilihan ini bisa dilakukan dengan asumsi bahwa sekolah cukup dekat dengan rumah para siswa, berada dalam satu desa,” kata Makin.

Kedua, membuat kotak penugasan di kantor desa atau kelurahan. Jika sekolah berada di luar desa, apalagi berada di kota kecamatan, sekolah bisa bekerja sama dengan pemerintahan desa dan kelurahan, untuk membuka kotak penugasan di kantor desa/kelurahan.

Ketiga, memanfaatkan jasa pengantaran Pos
Sekolah-sekolah, yang letaknya lebih jauh dari rumah siswa. Misalnya lintas kecamatan, bisa bekerjasama dengan PT Pos Indonesia kantor kecamatan. PT Pos dan Dinas Pendidikan, bisa memfasilitasi bentuk kerja samanya. Secara teknis distribusi penugasan tak berbeda dengan model kotak penugasan di kantor desa/kelurahan.

Yang harus diperhatikan menurut Makin, guru, orangtua, dan siswa harus menjalankan protokol pencegahan yang disarankan pemerintah. Misalnya, menghindarkan dokumen-dokumen tugas dan hasil kerja siswa dari paparan Covid-19, termasuk selalu mencuci tangan setelah maupun sebelum bersentuhan dengan dokumen dimaksud, dan mensterilkan dokumen.

“Peran kepemimpinan kepala sekolah menjadi kunci efektivitas pembelajaran yang sedang menjadi kecenderungan di tengah pandemi ini,” tutup Makin. (*/006)

Tag: