Kisah Hamidah Bertahan dari Ganasnya Kanker

hamidah
Hamidah hidup dengan kanker.

SAMARINDA.NIAGA.ASIA-Hamidah (42) sedang melayani pembeli saat Petugas Kantor Cabang Samarinda BPJS Kesehatan berkunjung ke toko tempatnya bekerja di Pasar Sungai Dama Samarinda. Senyum ramah ibu tiga anak ini menyambut kedatangan kami.

Setiap hari Hamidah bekerja membantu berjualan di toko sembako milik saudaranya. Ekonomi keluarga Hamidah tergolong tidak mampu dengan upah rata-rata Rp. 40.000,- per hari. Hamidah pun harus membantu suaminya Muhammad Zabir (38) untuk menghidupi keluarga dan memenuhi biaya sekolah kedua anaknya, dimana anak yang pertama sudah sekolah SMP kelas 2, anak kedua SD kelas 3, dan yang paling kecil masih berusia 5 tahun.

Raut muka Hamidah yang masih pucat, ada ruam di kulitnya, dan rambutnya rontok akibat kemoterapi yang sedang dijalani. Ya, dokter telah memvonis Hamidah terkena kanker payudara stadium 3 sehingga harus rutin untuk terapi. Hamidah menuturkan, sakitnya berawal pada tahun 2015.

Menurut orang kampung penyakit yang ia derita adalah penyakit kutukan, karena minimnya pengetahuan tentang penyakitnya Hamidah berobat menggunakan pengobatan ”kampung”. Karena tidak ada perkembangan pada bulan November 2016 Hamidah berobat ke RSUD IA Moies Samarinda dan diduga ada tumor di payudara, untuk pemerikasaan lebih lanjut Hamidah dirujuk ke RSUD A.W. Syahranie, berdasarkan hasil pemeriksaan didiagnosa kanker payudara stadium 3.

“Sejak divonis kena kanker payudara stadium 3, saya melakukan pengobatan rutin. Setiap 21 hari dilakukan kemoterapi sampai dengan saat ini, bila tubuh dalam kondisi stabil biasanya kemoterapi dilakukan mulai pukul 10 pagi sampai dengan 17 sore, namun apabila kondisi tubuh tidak stabil maka harus dirawat inap,” cerita Hamidah.

Penyakit yang diderita Hamidah termasuk penyakit katastropik artinya penyakit ini memerlukan biaya tinggi dalam pengobatannya. Sebagai peserta JKN-KIS dari segmen Penerima Bantuan Iuran APBN (PBI APBN), biaya pengobatan Hamidah pun ditanggung BPJS Kesehatan.

“Kalau tidak ada Program JKN mungkin saya sudah meninggal, lebih baik pasrah terhadap penyakit, daripada menghadapi biaya berobat yang mahal. Saya ucapkan terimakasih yang tak terhingga pada pemerintah yang membantu saya dan keluarga dengan JKN-KIS, mohon program ini terus dijalankan karena masih ada orang-orang seperti saya yang tidak mampu namun menderita penyakit yang memerlukan biaya mahal,” tutur Hamidah dengan mata berkaca-kaca.

JKN-KIS memberikan harapan besar dan motivasi untuk kesembuhan Hamidah karena tak adalagi kendala biaya pengobatan. Saat ini ia memiki keinginan kuat untuk sembuh, harapannya dapat menemani dan membesarkan anak-anaknya hingga tumbuh dewasa. (Jamkesnews)