
SAMARINDA.NIAGA.ASIA — Wanita paruh baya bernama Nyami, 50 tahun adalah salah satu di antara lima korban selamat dari musibah longsor, yang terjadi di Jalan Gerilya Gang Keluarga, Selasa 27 Mei 2025 lalu.
Peristiwa longsor itu menyisakan kegetiran buat dia. Hari nahas itu dimulai dengan hujan intensitas tinggi tiada henti mengguyur Samarinda sejak pukul 04.00 Wita.
Meski terlihat lelah, Nyami bercerita tentang peristiwa yang hampir merenggut nyawanya itu.
Longsor terjadi tepat pukul 12.20 WITA, sesaat setelah azan Zuhur berkumandang. Suara gemuruh gemeretak memekakkan telinga, terdengar dari arah lereng bukit yang berada dibagian utara dari jalanan sempit bertuliskan ‘Bukit Rejeki’.
Sebelum kejadian, Nyami sedang berbaring di kamar, sibuk dengan ponselnya, sembari menjaga cucunya yang berusia jalan lima tahun.
“Saya waktu itu di dalam rumah. Sebelumnya saya sempat bersih-bersih di luar. Kemudian saya masuk ke dalam rumah, dan baring di kamar sambil main handphone, rencana mau tidur siang,” kata Nyami mengawali perbincangan bersama niaga.asia.
Dari dalam kamar, sayup suara gemuruh itu semakin mendekat, membuat Nyami sempat mengira itu adalah angin puting beliung. Namun tak berselang lama, bagian depan rumahnya ambruk, terhantam ambruknya rumah tetangga setelah terdorong longsoran tanah di sekitar tempat tinggalnya.

“Posisinya rumah saya itu terebah rumah dari sebelah. Jadi rumah saya bagian depan yang kena duluan. Posisinya saya saat itu di dalam kamar, hampir ketiduran,” ujar Nyami.
“Pas kejadian saya langsung lindungi cucu saya yang tidur, supaya nggak tertimpa apa-apa. Kemudian cucu saya diambil mbaknya (kakak perempuan) langsung,” jelas Nyami.
Nyami berusaha bangkit dari kasur untuk keluar dari kamar. Namun, nasib berkata lain. Tubuhnya langsung tertimpa reruntuhan kayu dari plafon dan patahan beton tembok.
“Saya waktu itu jatuh tengkurap, tertimpa kayu dari atas plafon. Tangan saya kena reruntuhan, dan kaki saya tertimpa patahan tembok yang rapuh,” ucapnya.
Beruntung dari insiden itu, Nyami selamat. Dia hanya mengalami memar di tangan, kaki, dan punggung.
“Tulang saya Alhamdulilah masih aman, cuman memar. Terus saya diangkat bapaknya (suami Nyami), dan lari keluar lewat pintu belakang. Kalau Bapak nggak angkat, saya bisa tertimbun (longsoran tanah) kemarin itu,” terangnya
Musibah longsor ini mengakibatkan enam rumah terdampak dan mengalami rusak parah. Saat kejadian, ada tujuh anggota keluarga Nyami berada di dalam rumah. Termasuk anak, cucu, dan suami.
“Alhamdulillah keluarga saya semua selamat,” sebutnya lirih.
Meskipun memar dan nyeri, Nyami tidak sampai mendapatkan penanganan medis di rumah sakit. Karena tulangnya tidak mengalami cedera serius dan masih bisa digerakkan.

“Saat kejadian itu saya mau ikut ke Rumah Sakit, tapi dari PMI bilang nggak apa-apa kalau nggak kerumah sakit. Tulangnya nggak apa-apa, jadi nggak perlu ke rumah sakit karena masih bisa digerakkan. Jadi cuman dikasih salep aja sama di suruh kompres, ini sudah mulai berkurang bengkaknya dibandingkan awal,” terangnya.
Pascakejadian, Nyami yang sudah mendiami rumahnya selama 20 tahun terakhir ini, hanya bisa berharap ada uluran tangan dari pemerintah untuk menyediakan tempat tinggal untuk para korban longsor.
“Kita masyarakat kecil kalau mau bikin rumah butuh waktu lama, harapannya ada bantuan rumah. Tadi ada ditanyain Pak Wakil Gubernur (Seno Aji), solusinya mau dipindahkan lokasi dan dibangunkan rumah atau gimana?” ucapnya.
“Kalau dipindahkan lokasi kemudian dibangunkan rumah, saya bersedia. Tapi syaratnya mencicil, kata Pak Wagub tadi. Berarti sama aja seperti kita mengambil rumah,” tambahnya.
Bagi Nyami, skema mencicil sama saja dengan membeli rumah baru. Nyami merasa situasi itu akan memberatkan dia, di tengah kondisi ekonomi yang tidak stabil saat ini.
“Kalau seumuran seperti saya berat kalau mencicil. Kalau masih muda, tidak apa-apa. Penginnya, disediakan rumah pengganti tapi tanah di sini tetap menjadi milik kita. Klau nggak layak dibangun rumah, bisa untuk ditanami (berkebun),” demikian Nyami mengakhiri perbincangan.
Penulis: Nur Asih Damayanti | Editor: Saud Rosadi
Tag: Bencana AlamLongsorPeristiwaSamarindaTanah Longsor