Kisah Penggali Makam Khusus Covid-19 di Samarinda yang Teringat Bayi Usia 1 Hari

Dua penggali makam di TPU Raudhatul Jannah, di Serayu, Tanah Merah, Samarinda Utara. (Foto : Niaga Asia)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Pemakaman jenazah dari pasien kasus Covid-19, di pemakaman Raudhatul Jannah, di Tanah Merah, Samarinda, sudah lebih 170 orang. Penggali makam teringat jelas momen pemakaman bayi usia sehari, yang sebelumnya didiagnosa positif Covid-19.

Taman Pemakaman Umum (TPU) Raudhatul Jannah di Serayu itu, berjarak sekitar 14-15 kilometer dari pusat kota Samarinda. Lokasinya, 3 kilometer dari pinggir jalan poros Samarinda arah ke kota Bontang.

Niaga Asia, menyambangi pemakaman, yang berada di kawasan perbukitan, sore kemarin. Deru mesin alat berat buldoser terlihat sibuk meratakan areal makam, yang jadi calon lokasi blok kelima areal makam.

Di sekitar, dua petugas gali makam, Triono (40) dan Nur (34), tak kalah sibuknya menggali makam untuk pemakaman jenazah dari pasien kasus Covid-19 berikutnya.

Sejenak, mereka melepas lelah, duduk santai di pinggir lubang makam yang mereka gali. Saat itu, jarum jam menunjukkan pukul 15.47 Wita. Cuaca bergelayut awan mendung cukup menyejukkan suasana saat itu.

“Itu (aktivitas Buldoser) menyiapkan areal pemakaman berikutnya,” kata Nur, mengawali perbincangan bersama Niaga Asia.

Seteguk air mineral, cukup bagi Nur dan rekannya, melepas dahaga. Tim penggali makam di Raudhatul Jannah sendiri, ada 7 orang. Ya, termasuk Nur dan Triono diantaranya.

Pemakaman Raudhatul Jannah yang khusus ditujukan bagi pasien meninggal akibat Covid-19. (Foto : Niaga Asia)

“Selama ini, tidak ada sukanya (bertugas menggali makam pemakaman khusus Covid-19). Duka terus. Kalau bisa setop lah, tidak ada yang meninggal lagi karena Covid-19,” ungkap Nur sambil memeluh keringatnya.

Sekarang ini, hampir setiap hari petugas gali makam, menggali lubang makam. Yang ada, hanya sedih setiap hari. “Sedihnya terus yang ada. Karena hari-hari (ada yang meninggal),” ujar Nur lagi.

Cuaca terik panas matahari, maupun hujan, sudah jadi hal biasa bagi keduanya. Bahkan, dalam sehari, penggalian makam nyaris nonstop. “Pernah paling banyak dalam sehari ada 6 jenazah. Itu artinya, 6 makam kami siapkan,” sebut Nur.

“Paling awal yang meninggal ya sekitar bulan Mei kemarin. Tapi tinggi-tingginya yang meninggal sejak 2 bulan terakhir. Sekitar Juli dan Agustus. Ya, sekitar itu,” ungkap Triono sambil menunjuk ke arah makam pertama kali di TPU Raudhatul Jannah.

Memang, saat-saat ini, pemakaman seolah rutinitas sehari-hari, yang sudah barang tentu tidak mereka harapkan. “Kami siapkan makam, paling tidak 1 jam sebelum dimakamkan, makam sudah harus siap,” terang Nur.

Nur sempat terhenti sejenak berbicara. Dia mengingat persis pemakaman seorang anak bayi yang dikabarkan baru usia sehari. “Saya ingat betul itu, ada bayi usia sehari tidak salah, juga dimakamkan di sini. Ada juga anak-anak, ya sedih lah mas,” sebut Nur melanjutkan perbincangan.

Tentu, jauh di benak kedua petugas gali makam itu, pandemi ini segera berakhir, tidak ada lagi yang meninggal karena Covid-19. “Itu pasti mas, kalau sedih pasti. Kalau meninggal biasa tidak masa Covid, pasti sudah takdir namanya manusia pasti kembali ke sini. Tapi kalau karena Covid ini bagaimana ya. Semoga saja pandemi ini segera berakhir,” kata Nur menutup perbincangan. (006)

Tag: