
SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Jauh-jauh ke Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur dan duduk 9 jam dalam kendaraan roda 4, Komisi IV DPRD Kaltim harus sabar, setibanya di PT Kobexindo Cement diterima pejabat perusahaan setingkat Asisten General Manager, Mr. Jin Hui Long yang hanya lancar berbahasa Mandarin. Tak satupun level pejabat selevel direksi yang menampakkan diri.
“Mr. Jin Hui Long sendiri tak pandai berbahasa Indonesia. Apa yang ditanyakan anggota Komisi IV harus melalui penterjemah,” kata Darlis Pattalongi, Sekretaris Komisi IV DPRD Kaltim yang memimpin kunjungan monitoring ke PT Kobexindo Cement berbagai cerita di laman akun medsosnya, Sabtu (31/5/2025).
Menurut Darlis, kunjungan Komisi IV ke pabrik semen di Sangkulirang itu adalah untuk mengetahui kebijakan perusahaan dan apa yang sudah dilaksanakannya menjaga lingkungan hidup, keselamatan kerja, dan tanggung jawab sosialnya.
Apa yang sudah menjadi target kunjungan, tak tercapai sama sekali, karena Mr. Jin Hui Long tidak tahu apa-apa sama sekali. Solusinya, direksi PT Kobexindo Cement nanti yang datang ke DPRD Kaltim memaparkan kewajiban lingkungan, sosial dan ketenagakerjaan yang sudah dilaksanakan sejak mulai beroperasi sejak Agustus 2023.
”Kami sudah menyampaikan saat RDP dengan Komisi IV, direksi Kobexindo wajib membawa dokumen lingkungan hidup, laporan ketenagakerjaan, dan program kemasyarakatan yang sudah dilaksanakan,” kata Darlis yang melakukan kunjungan didamping pejabat Disnaker dan DLH Kaltim.
Kobexindo Cement merupakan bagian dari Hongshi Holding Group (salah satu raksasa bisnis semen di Cina). Pabrik semen ini berada di kawasan karst Sangkulirang – Mangkalihat dan menghadap pantai nan indah di desa Selangka Kecamatan Kaliorang – KabupatenKutai Timur.
Untuyk mendirika n pabrik semen di Kutai Timur, Hongshi Holding Group investasi lebih kurang USD1 Milyard (sekitar IDR 16 Trilyun/kurs IDR 16.000), produksinya ditarget 20.000 ton semen bermutu tinggi/hari, dan digadang-gadang sebagai pabrik semen terbesar di dunia.
Darlis mengatakan, keberadaan pabrik semen, Kobexindo, mutlak, wajib, dan harus diawasi bersama karena lokasi pabriknya berada di kawasan teramat sensitif. Berhimpitan langsung (untuk tidak mengatakan masuk) kawasan lindung karst atau Kawasan Bentang Alam Karst (KBAK). Sebuah kawasan yang ‘haram’ ditambang.
Bentang pengunungan karst Sangkulirang – Mangkalihat telah berusia ratusan tahun. Berdasar hasil kajian geohidrologi dan geologi Tim UGM, kawasan karst ini memiliki resistivitas rendah, yang berarti sumber airnya tinggi.
“Rusak dan hilangnya bentang batu gamping karst ini, bisa berakibat fatal. Setidaknya Kutim, Berau dan Bontang bisa mengalami krisis air,” ungkap Darlis.
Kemudian, industri semen Tanah Air sendiri sebetulnya tengah mengalami over supply. Utulisasi produksi semen di Indonesia hanya pada kisaran 55%. Tingkat produksi pabrik-pabrik semen dalam negeri mencapai 119,9 juta ton, sementara volume kebutuhan domestik hanya sebesar 65,5 juta ton.
”Artinya terjadi kelebihan pasokan 54,4 juta ton,” sambung Darlis.
Darlis menyatakan ada antagonis antara jenis produksi perusahaan dengan kondisi eksisting jalan umum di depannya Kobexindo. Bayangkan jalan poros desa Selangka yg masuk ke perusahaan sepanjang sekitar 6 km, tapi perlu waktu sekitar 30 menit untuk melewatinya, karena masih berupa jalan tanah dan tindak ditingkatkan perusahaan jadi jalan konstruksi beton.
Penulis: Intoniswan | Editor: Intoniswan | ADV DPRD Kaltim
Tag: Komisi IV DPRD Kaltim