Kongres GMKI XXXIX di Samarinda Ricuh, Panitia Minta Maaf dan Luruskan Fakta

Ketua Pelaksana Kongres GMKI XXXIX di Samarinda, Paulinus Dugis (tengah) menggelar Konferensi Pers terkait kericuhan uang terjadi di arena kongres, Selasa (20/5/2025). (Niaga.Asia/Lydia Apriliani)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Panitia pelaksana Kongres XXXIX Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) di Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim), akhirnya angkat bicara terkait kericuhan yang terjadi dalam forum kongres pada Senin malam (19/5).

Dalam konferensi pers yang digelar pada Selasa (20/5) siang di Plenary Convention Hall, panitia menegaskan bahwa mereka bersifat netral. Insiden keributan yang sempat terekam dan beredar luas di media sosial merupakan bagian dari dinamika wajar dalam forum mahasiswa.

Ketua Pelaksana Kongres, Paulinus Dugis, menyatakan,  pihaknya telah berusaha maksimal menyelenggarakan kongres secara terbuka dan adil untuk seluruh peserta dari 120 cabang GMKI se-Indonesia.

Ia juga menyampaikan permintaan maaf atas kalimat kasar yang sempat diucapkannya di tengah kericuhan malam sebelumnya, yang terekam dalam salah satu video viral di akun Instagram samarindacom dan kaltimcom.

“Saya minta maaf atas ucapan saya. Itu keluar spontan karena saya dilempar oleh salah satu peserta. Tapi sekali lagi, itu semua bagian dari dinamika biasa dalam forum kongres,” ujarnya.

Menurutnya, kericuhan yang terjadi saat proses rollcall atau registrasi peserta bukan hal luar biasa dalam forum sebesar kongres nasional organisasi kemahasiswaan.

“Hal-hal seperti ini tidak hanya terjadi di Kota Samarinda. Dalam sejarah kongres GMKI di tempat lain juga pernah terjadi. Semua peserta punya hak menyampaikan pendapat. Itu yang kadang-kadang membuat suasana memanas,” jelasnya.

Ia menegaskan bahwa panitia tidak berpihak pada calon manapun dan fokus menjalankan fungsi teknis agar Kongres GMKI XXXIX di Samarinda dapat berjalan hingga selesai.

“Kami menjunjung tinggi independensi. Tidak ada satu pun panitia, hingga saat ini, yang terlibat sebagai kandidat,” terangnya.

Wakil Ketua Kongres, Saiduani Nyuk, juga memberikan klarifikasi atas berbagai tudingan yang menyebut panitia berpihak pada kelompok tertentu.

“Banyak tudingan beredar di luar, bahkan yang menyebarkan seolah-olah panitia berpihak. Kami tegaskan sekali lagi, tidak. Tugas kami hanya memastikan agar kongres ini dapat berlangsung dengan tertib dan selesai tepat waktu,” katanya.

Saiduani menambahkan, panitia telah mengakomodasi kehadiran cabang-cabang dari seluruh Indonesia, meskipun tidak semua peserta dapat masuk ke ruang sidang utama karena keterbatasan kapasitas.

“Kami sudah selesaikan dinamika internal bersama peserta. Forum ini tetap berjalan. Target kita kongres selesai paling lambat 23 Mei, tapi semua tergantung dinamika sidang,” paparnya.

Hingga Selasa siang, jalannya kongres masih berada pada tahap pembahasan tata tertib (tatib). Saiduani menyebut, pembahasan baru mencapai setengah dari isi dokumen tatib.

Menjawab pertanyaan soal langkah antisipasi pasca-kericuhan, Paulinus mengatakan bahwa panitia telah melakukan evaluasi dan akan memperketat koordinasi pengamanan.

“Kami dibantu kepolisian selama 24 jam. Tapi panitia juga manusia. Kami terus belajar dari peristiwa kemarin malam agar tidak terulang. Harapan kami, sidang berjalan kondusif ke depan,” harapnya.

Panitia juga mengajak seluruh civitas GMKI, peserta kongres, serta masyarakat Samarinda untuk bersama-sama menjaga ketertiban selama kongres berlangsung.

“Ini forum mahasiswa, forum intelektual. Jangan ada yang memprovokasi atau memperkeruh suasana. Mari kita jaga bersama agar kongres ini melahirkan keputusan terbaik bagi organisasi,” tutup Saiduani.

Penulis: Lydia Apriliani | Editor: Intoniswan

Tag: