Korea Utara Kembali Tembakkan Rudal, AS Meradang

Seorang pria menonton layar TV yang menampilkan program berita yang melaporkan tentang rudal Korea Utara dengan rekaman file di stasiun kereta api di Seoul, Korea Selatan, Rabu, 5 Januari 2022. (AP Photo/Lee Jin-man)

SEOUL.NIAGA.ASIA – Korea Utara kembali menembakkan rudal balistik jarak pendek, Kamis. Peluncuran itu memicu kecaman Amerika Serikat karena uji coba itu menjadi yang keenam bulan ini

Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (Joint Chiefs of Staff/JCS) mengatakan telah mendeteksi peluncuran yang diduga sebagai dua rudal balistik sekitar pukul 8 pagi (2300 GMT) dari dekat Hamhung, di pantai timur Korea Utara. Jelajah kedua rudal itu menempuh sekitar 190 km dengan ketinggian 20 km.

Korea Utara bulan ini mengatakan akan memperkuat pertahanannya terhadap Amerika Serikat dan mempertimbangkan untuk melanjutkan “semua kegiatan yang ditangguhkan sementara“, sebuah referensi yang jelas untuk moratorium uji coba senjata nuklir dan rudal jarak jauh.

Peluncuran itu dilakukan setelah Korea Utara menembakkan dua rudal jelajah ke laut di lepas pantai timurnya pada hari Selasa, menambah ketegangan situasi atas pengujiannya.

Awal bulan ini, Korea Utara juga telah menguji coba peluru kendali taktis, dua “rudal hipersonik” yang mampu kecepatan tinggi dan bermanuver setelah lepas landas, dan sistem rudal yang bisa dibawa oleh kereta api.

“Rezim (Kim Jong Un) sedang mengembangkan keragaman senjata ofensif yang mengesankan meskipun sumber daya terbatas dan tantangan ekonomi yang serius,” kata Leif-Eric Easley, seorang profesor hubungan internasional di Universitas Ewha di Seoul., dikutip Niaga Asia dari Reuters, Kamis.

Tes tertentu itu menurut Easley, bertujuan untuk mengembangkan kemampuan baru, terutama untuk menghindari pertahanan rudal. Sementara peluncuran lainnya dimaksudkan untuk menunjukkan kesiapan dan keserbagunaan pasukan rudal yang telah dikerahkan Korea Utara.

“Beberapa pengamat telah menyarankan bahwa peluncuran yang sering dilakukan rezim Kim adalah seruan untuk diperhatikan. Tetapi Pyongyang berlari keras dalam apa yang dianggapnya sebagai perlombaan senjata dengan Seoul,” kata Easley.

Dalam pidatonya di Konferensi Perlucutan Senjata yang disponsori PBB pada hari Selasa, Duta Besar Korea Utara untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa di Jenewa, Han Tae Song, menuduh Amerika Serikat melakukan ratusan “latihan perang bersama” sambil mengirimkan peralatan militer ofensif berteknologi tinggi ke Korea Selatan dan senjata strategis nuklir masuk ke kawasan.

“(Ini) sangat mengancam keamanan negara kita,” kata Han.

Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengutuk peluncuran itu sebagai pelanggaran terhadap beberapa resolusi Dewan Keamanan PBB dan ancaman bagi tetangga Korea Utara dan komunitas internasional.

Amerika Serikat tetap berkomitmen untuk pendekatan diplomatik dan menyerukan Korea Utara untuk terlibat dalam dialog, kata juru bicara itu.

Komando Indo-Pasifik militer AS mengatakan bahwa peluncuran itu tidak berjalan stabil, dan tidak menimbulkan ancaman langsung ke wilayah atau personel AS, atau sekutunya.

Perkembangan luar biasa” Korea Utara baru-baru ini dalam teknologi nuklir dan rudal tidak dapat diabaikan. Menurut Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Hirokazu Matsuno dalam sebuah pengarahan.

Dewan Keamanan Nasional Korea Selatan mengadakan pertemuan darurat. Dikatakan, peluncuran rudal itu “sangat disesalkan” dan bertentangan dengan seruan untuk perdamaian dan stabilitas di kawasan itu. Demikian gedung kepresidenan dalam sebuah pernyataan.

Pemerintahan Presiden AS Joe Biden memberikan sanksi kepada beberapa individu dan entitas Korea Utara dan Rusia bulan ini, atas tuduhan mereka membantu program senjata Korea Utara. Namun demikian China dan Rusia menunda upaya AS untuk menjatuhkan sanksi PBB pada lima warga Korea Utara.

Pada hari Rabu, Wakil Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Jepang dan Korea Mark Lambert mengatakan bahwa Washington “tidak keberatan” berbicara dengan Korea Utara dan bersedia bertemu di mana saja dan membicarakan apa saja.

“Kita harus melakukan diskusi serius tentang denuklirisasi Korea Utara, dan jika Korea Utara bersedia melakukan itu, segala macam hal yang menjanjikan bisa terjadi,” katanya dalam seminar online yang diselenggarakan oleh Center for Strategic and International Studies.

Korea Utara telah membela uji coba misilnya sebagai hak berdaulat untuk membela diri. Mereka juga mengatakan sanksi AS membuktikan bahwa bahkan ketika Amerika Serikat mengusulkan pembicaraan, ia mempertahankan kebijakan “bermusuhan“.

“Uji coba senjata jenis baru baru-baru ini adalah bagian dari kegiatan untuk melaksanakan rencana jangka menengah dan panjang untuk pengembangan ilmu pengetahuan nasional,” kata utusan Korea Utara untuk PBB, Han, dalam pidatonya pada hari Selasa.

“Itu tidak menimbulkan ancaman atau kerusakan pada keamanan negara-negara tetangga dan kawasan,” sebut Han menambahkan.

Korea Utara belum meluncurkan rudal balistik antarbenua (ICBM) jarak jauh atau menguji senjata nuklir sejak 2017, melainkan mulai menguji sejumlah rudal jarak pendek setelah pembicaraan denuklirisasi terhenti usai pertemuan puncak yang gagal dengan Amerika Serikat pada 2019 lalu.

Sumber : Reuters | Editor : Saud Rosadi

 

Tag: