Krayan di Kaltara Bisa jadi Desa Wisata di Batas Negara

Suasana perbatasan Indonesia di Kecamatan Krayan, Nunukan, Kalimantan Utara. (Foto : istimewa/niaga.asia)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA – Suasana asli alam hutan tropis serta adat dan budaya masyarakat di Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan, memiliki keunikan tersendiri yang selama ini menjadi destinasi wisata yang sulit ditemukan di daerah lain.

“Destinasi wisata alam dan budaya Krayan menjadi faktor pembeda dengan wisata-wisata lain,” kata Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Nunukan Serfianus, Senin (7/3).

Sebagai putra daerah kelahiran Krayan dan pernah menjabat sebagai Camat di wilayah perbatasan Indonesia itu, Serfianus menyatakan Krayan memiliki potensi besar dalam menarik minat wisatawan mancanegara dan domestik.

Masyarakat Krayan masih memegang kuat adat istiadat dan mempertahankan alam hutannya. Gambaran itu sendiri sudah ada sejak puluhan tahun lalu. Di maan keunikan seperti itu sangat langka dan mungkin sulit ditemukan di tempat lain, di era kemajuan teknologi.

“Masyarakat Bario, Malaysia yang wilayahnya berbatasan dengan Lembudut, Krayan, sudah lama mengembangkan desa wisata. Mereka sadar ada potensi wisata di sana,” ujar Serfianus.

Pengembangan wisata di Bario, Malaysia, memanfaatkan agen-agen travel, yang jumlah kedatangan wisatawannya mencapai ribuan orang setiap tahun tahunnya. Turis-turis dari Eropa datang menikmati wisata alam yang tidak ada di negaranya.

Kedatangan wisatawan yang menginap di pedesaan Bario, Malaysia, menghasilkan pendapatan bagi masyarakat setempat. Semua itu tidak lepas dari dukungan pemerintah yang menyiapkan sarana dan fasilitas.

“Wisata berpromosi di sana (di pedesaan Bario Malaysia) didukung bandara udara yang jadwal penerbangan yang cukup banyak memudahkan wisatawan masuk dan keluar,” terangnya.

Melihat dari keberhasilan Malaysia memanfaatkan destinasi wisatanya, Serfianus berpendapat wisata alam Krayan akan biasa setara dengan Bario apabila Pemerintah Kabupaten Nunukan bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara.

Selain kabupaten dan provinsi, promosi wisata alam Krayan perlu dukungan Kementerian Pariwisata, dalam rangka pembangunan fasilitas dan sarana prasarana sektor pariwisata Krayan.

“Pemerintah juga harus menyediakan sumber daya manusia dengan pelatihan-pelatihan. Kalau semua itu terpenuhi, saya yakin Krayan bisa kedatangan wisatawan mancanegara,” terangnya lagi.

Serfianus mengakui, kedatangan wisatawan di Krayan maupun Bario, Malaysia, mulai menurun sejak tahun 2020 bersamaan pandemi Covid-19. Hal itu pula yang menghambat rencana strategis pengembangan pariwisata Krayan.

Terlebih lagi pintu-pintu perbatasan RI – Malaysia, seperti di Long Bawan dan Lembudut ditutup sejak kebijakan lockdown di negara tetangga. Kondisi itu juga berpengaruh terhadap distribusi perdagangan perbatasan.

“Kita optimis Krayan memiliki prospek besar sebagai destinasi wisata. Banyak potensi dan spot-spot seperti beras organik adan, buah buahan lokal, garam gunung,” terangnya.

Keyakinan tersebut semakin dipastikan dengan adanya Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Long Midang, yang saat ini dalam proses pembangunan dengan harapan memudahkan bagi wisatawan Malaysia dan negara lainnya masuk ke Krayan.

“Kalau jalan Malinau – Krayan sudah terbuka, ini akan semakin membuka peluang pengembangan pariwisata,” demikian Serfianus.

Penulis : Budi Anshori | Editor : Rachmat Rolau

Tag: