Krisis Venezuela: ‘Mengapa Saya Tetap Setia kepada Nicolas Maduro’

aa
Angela Villarreal, 24 tahun, berasal dari keluarga dengan ideologi politik yang terpecah: ibunya seorang pendukung pemerintah; sang ayah bukan.( Hak atas foto Fabiola Ferrero Image caption)

TAK  mudah bagi Angela Villarreal untuk menjadi chavista (pro-pemerintah) di Venezuela belakangan ini. Meski demikian, perempuan berusia 24 tahun itu tetap menjadi pendukung setia Presiden Nicolas Maduro, di tengah krisis ekonomi parah dan tuduhan korupsi serta pelanggaran HAM yang ditujukan kepada pemerintah.

Negara itu juga terperosok dalam kekacauan politik dan kelembagaan setelah Juan Guaido mendeklarasikan diri sebagai presiden sementara Venezuela pada 23 Januari lalu.Keluarga Villarreal sendiri – di Guatire, pinggiran ibu kota Caracas – terpecah belah secara politik. Ibunya seorang chavista, sementara sang ayah bukan.

Villarreal berasal dari keluarga profesional kelas menengah. Ia tengah menyelesaikan studi di jurusan sosiologi, bekerja di lembaga publik, dam merupakan anggota partai pemerintah – PSUV (Partai Persatuan Sosialis Venezuela).

Dalam wawancara dengan BBC, ia menjelaskan alasannya tetap setia kepada pemerintahan Maduro dan bagaimana, menurutnya, kebuntuan politik saat ini akan berakhir.

Sebuah solusi untuk krisis yang terjadi

Saya merasa bahwa musuh sesungguhnya dari chavismo(dikenal juga dengan istilah chavezism: ideologi politik sayap kiri yang mengacu pada gaya pemerintahan mantan presiden Venezuela Hugo Chavez) adalah chavismo itu sendiri. Kita tidak punya satu pun kandidat untuk berkampanye menghadapi pemilu.

Saya rasa solusi masalah saat ini adalah suara pemilih (elektoral): kita akan menang, bahkan jika mereka yang membuat peraturannya dan mengganti pejabat komisi pemilihan umumnya.Ya, saya rasa kita akan menang bahkan dengan pemilu terbuka dengan semua kandidat dan partai yang ada. Banyak orang di luar negara kami yang tak memahami itu.

Akan sulit bagi mereka (pihak oposisi) untuk memanfaatkan ketidakpuasan yang mereka rasakan, sementara kami, chavista, lebih disiplin: kami memilih seorang kandidat dan itu cukup. Untuk memenangkan pemilu, Anda memerlukan usaha dari organisasi dan masyarakat akar rumput, dan saya tidak yakin pihak oposisi memiliki itu semua.

Chavismo telah merubah budaya masyarakat Venezuela. Saya tak mau membahas apakah perubahan itu menjadi semakin baik atau sebaliknya. Orang-orang itu (pihak oposisi) tidak memahami undang-undang (baru) negara ini. Pemerintahan Maduro memiliki hubungan yang terputus (dengan masyarakat), namun begitu juga pihak oposisi.

Krisis ekonomi dan ketidakpuasan

Banyak sekali amarah yang muncul dan banyak orang telah meninggalkan chavismo. Bukan hanya pengikut, chavismo juga kehilangan energi. Beberapa orang mengatakan: “Saya seorang chavista, tapi menyakitkan bagi saya mengakuinya.”

Para migran, masyarakat yang meninggalkan (negeri ini), sudah tidak percaya dengan chavismo dan merasa kecewa, tetapi lebih dari sekadar menentangnya, mereka tidak peduli lagi dengan apapun dan memilih membiarkan negara ini jatuh dalam kesedihan. Mereka meninggalkan segalanya dan kehilangan segalanya.

Oposisi ‘meninggalkan’ politik

Polarisasi sosial sudah ada di Venezuela sejak dulu dan apa yang Hugo Chavez lakukan adalah menggiringnya ke ranah politik. Perbedaan adalah hal yang esensial dalam demokrasi mana pun. Bagi saya, masalahnya pihak oposisi sudah memutuskan untuk keluar dari arena politik, sebagai akibatnya, Nicolas Maduro saat ini tidak memiliki oposisi. Pada tahun 2015 (ketika pihak oposisi memenangkan suara mayoritas Majelis Nasional), beberapa orang mengatakan: “Ayo kita usir si gila (Maduro) dari Istana Kepresidenan.”

Lalu Maduro mengajukan Majelis Konstituen Nasional pada tahun 2017 dan mereka (pihak oposisi) tidak ikut terlibat. Mereka memutuskan untuk meninggalkan sebuah ruang kosong, dan dalam politik, tak ada ruang kosong. Kami punya ribuan masalah. Kami membahas masalah-masalah lama kami, tetapi kami bahkan tidak pernah memperdebatkan masalah demokrasi. Masyarakat di negara maju membahas isu aborsi, hak-hak perempuan. Kami tidak mencapai titik itu, karena beberapa pejabat lupa tentang politik.

Dugaan pelanggaran hak asasi manusia

Investigasi terhadap Pasukan Keamanan Nasional Venezuela sedang dilakukan, tapi saya rasa proses tersebut terhambat penundaan-penundaan yang seperti biasa terjadi dalam sistem peradilan Venezuela. Saya rasa penyiksaan bukan dilakukan secara sistemik maupun (atas) kebijakan pemerintah.

Pembunuhan terhadap orang-orang di daerah miskin oleh pasukan keamanan? Saya tidak percaya berita-berita yang beredar tahun ini. Saya merasa bahwa satu-satunya krisis yang ada tahun ini adalah pers, karena saya tidak melihat mereka di lapangan. Ini terjadi di Suriah, ini terjadi di Irak. Saya berkeliling Caracas dan saya merasa ini tidak nyata.

aa
PBB memperkirakan tiga juta orang telah meninggalkan Venezuela sejak tahun 2015 akibat krisis ekonomi dan politik yang mendera negara itu. (Hak atas foto Fabiola Ferrero Image caption)

Masalah ini tidak diselesaikan oleh chavismo, yang meyakini bahwa dengan memberikan lingkungan sosial yang lebih baik, maka tingkat kekerasan dapat berkurang. Ini tidak terjadi, sebaliknya, justru semakin buruk. Ada daerah-daerah di mana pemerintah tidak berkuasa.

Pasukan bersenjata pro-pemerintah

Saya tidak akan menyangkal bahwa mereka ada. Masyarakat yang tinggal di luar negeri tak akan mengerti dari mana mereka berasal. Saya tidak membenarkan mereka dan saya pikir Anda tidak perlu senjata untuk berpolitik. Tapi orang-orang ini menggunakan pistol sejak Caracazo (pemberontakan tahun 1989 yang direpresi secara kejam oleh pasukan keamanan). Ini cara orang Venezuela berpolitik. Mereka membela diri.

Saya tidak terima diberitahu bagaimana caranya saya mengurus diri saya sendiri. Itu sebabnya saya tidak berani pergi ke 23 de Enero (kawasan masyarakat chavista miskin di Caracas) untuk memberitahu apa yang seharusnya mereka lakukan. Anda harus memahami Venezuela.

Meskipun kami diberitahu (pemerintah-pemerintah sebelumnya) bahwa kami adalah sebuah negara dengan demokrasi yang sempurna dan bahwa ketika terjadi surplus minyak (di tahun 1960-an dan 1970-an) kami mencapai stabilitas ekonomi yang bagus sekali, kami punya utang sejarah yang harus diselesaikan.

Penyelundupan di perbatasan dan valuasi berlebihan mata uang bukanlah masalah baru.  Ketika mereka bertanya kenapa saya seorang chavista, alasan saya karena secara politik tak ada pilihan lain.

Tuduhan korupsi

Kita harus bergerak menuju transparansi yang lebih baik dalam prosesnya, karena kurangnya transparansi akan menciderai legitimasi.  Korupsi terasa sangat mengganggu karena sekarang sudah sangat sedikit uang yang beredar. Tetapi pun jika uang beredar lebih banyak, maka korupsi pun lebih subur. Sekarang kita menyadarinya karena kita tidak punya uang.

Selama 20 tahun terakhir telah terjadi korupsi di tubuh PDVSA (perusahaan minyak negara) tetapi tak ada edukasi masyarakat yang gratis (tentang hal itu).

Kenapa saya seorang chavista

Saya merasa (chavista) adalah orang-orang seperti saya, orang-orang yang menghormati saya. Saya bisa mengunggah apa saja di blog saya dan saya tidak diserang karenanya. Di balik konflik dan berbagai masalah, kami berbagi impian dan gagasan yang jelas tentang negara kami. Saya selalu suka politik dan (chavismo) membukakan banyak pintu bagi saya untuk berpasrtisipasi di dalamnya ketika saya masih di bangku SMA.

Banyak sekali orang-orang intoleran di pihak oposisi. Bukan berarti kami orang baik dan mereka orang jahat. Chavismo adalah penginterpretasian ulang atas apa artinya menjadi masyarakat dan hal ini lah yang sulit dipahami oposisi.

Anggota keluarga saya pernah berharap saya mati saja karena mereka bilang saya mendukung sistem kediktatoran. Saya bukan orang yang jahat, kejam, jelek atau bagian dari kelompok eksklusif, seperti yang orang-orang anggap atas kami chavita. Mungkin jika pihak oposisi lebih terbuka, saya tidak akan menganut chavismo.

Saya menganggap diri saya berhaluan kiri. Saya bukan penganut marxisme, sosialis sayap kiri. Saya percaya pada kemaslahatan masyarakat. Saya dari sayap kiri yang sangat berbeda dari chavismo, tetapi saya merasa chavismo paling mewakili diri saya.

Kritik terhadap chavismo

Saya merasa chavismo ini monolitik (sistem yang besar, kuat, dan tak mudah berubah), ia tak menerima pandangan lain. Itulah mengapa ia kehabisan tenaga. Chavismo, contohnya, hanya memahami anak-anak muda dengan satu pola pikir: mereka adalah pemuda yang bekerja untuk ibu pertiwi.Pemuda pemudi sebenarnya tidak harus bekerja untuk ibu pertiwi.

Chavez menyebut generasi saya sebagai generasi emas. Ia membangun banyak universitas dan banyak orang yang berkuliah dan mempersiapkan diri mereka dan akan segera berusia 25 tahun, seperti saya, dan akan berkeinginan untuk memiliki mobil, karena, seperti di negara lainnya, jika saya seorang profesional dan saya hebat di bidang yang saya geluti, saya bisa mendapat penghasilan yang cukup untuk membeli sebuah mobil.

Sekarang gaji orang-orang bahkan tak cukup untuk membeli bahan-bahan dasar makanan.

Chavismo juga terlalu konservatif dalam memandang sebuah keluarga. Tak ada hal lain bagi seorang perempuan kecuali menjadi seorang ibu. Saya benci hal itu.

Jika Anda seorang progresif atau berpaham sayap kiri, Anda harus berjuang untuk mengubah itu. (Chavismo) adalah sebuah kekuatan politik dengan representasi politik perempuan yang paling besar, namun di saat yang bersamaan program-program sosialnya hanya mendukung kaum ibu.

Kemungkinan campur tangan militer AS

Entah apakah saya terdengar arogan, tapi saya tak merasa (ketegangan politik saat ini) akan menyebabkan konsekuensi yang parah. Negara-negara Amerika Latin sayap kiri sangat berharap Amerika menyerbu kami dan semua orang berpikir demikian.

Saya pikir gringos (Amerika) bertaruh di sini, mereka memainkan kartu yang sangat penting dengan memberikan banyak tekanan, namun tak ada kebencian mendalam di Venezuela, lain halnya dengan di Suriah, Libya, Sunni dan Shiite. Kami tidak saling bunuh. Banyak sekali aksi intoleransi, jauh lebih banyak dari sebelumnya, tapi kami tidak saling membunuh dan itu tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Solusinya pasti suara pemilih (elektoral).

Sumber: BBC News Indonesia