
SAMARINDA.NIAGA.ASIA — Meski Jembatan Mahulu Samarinda dinyatakan tidak mengalami kerusakan struktur berarti usai ditabrak kapal tongkang pekan lalu, Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas I Samarinda tetap memberlakukan pembatasan bagi kapal bermuatan berat dengan ukuran di atas 200 feet untuk melintasi kolong Jembatan Mahulu Samarinda.
Kebijakan ini berlaku hingga pemasangan kembali pengaman jembatan (fender) selesai dilakukan oleh PT Dharmalancar Sejahtera (DLS). Langkah itu diambil menyusul hilangnya tiga unit fender pada pilar VI Jembatan Mahulu akibat ditabrak tongkang.
Kondisi ini dinilai sangat berisiko karena jika terjadi benturan susulan, hantaman kapal akan langsung mengenai pilar utama jembatan, yang dapat mengancam struktur bangunan jembatan.
Kepala KSOP Kelas I Samarinda Mursidi menerangkan, pihaknya akan mengeluarkan edaran yang ditujukan kepada seluruh pengguna jasa pelayaran untuk tidak melakukan tambat dan labuh sementara waktu hingga fender terpasang kembali.
“Kapal yang bermuatan berat di atas 200 feet tidak diperbolehkan untuk berlabuh di daerah-daerah dekat jembatan Mahulu Samarinda,” kata Mursidi, ditemui di Hotel Aston, Jalan Pangeran Hidayatullah, Samarinda, Selasa 30 Desember 2025.
“Mayoritas rata-rata kapal tongkang batu bara yang melintas melewati Sungai Mahakam itu 300 feet,” tambah dia.
Selain itu, pihaknya juga akan memperkuat koordinasi terkait tanggung jawab Badan Usaha Pelabuhan (BUP) pemanduan. Mengingat wilayah perairan Sungai Mahakam mulai dari Muara Muntai hingga Muara Berau merupakan wilayah wajib pandu, maka seluruh aktivitas kapal harus dalam pengawasan pemanduan yang ketat, untuk mengantisipasi insiden penabrakan ini kembali terulang.
Sebagai tambahan pengamanan, KSOP juga akan memberlakukan penambahan kapal pengawal atau escort di luar assist, selama kapal melintas di kawasan Jembatan Mahulu.
“Kami juga mewajibkan penambahan kapal pengawal (escort) di samping kapal assist yang sudah ada. Pengamanan ini dilakukan secara kolektif bersama aparat penegak hukum dan pemerintah daerah,” jelasnya.
Terkait kronologi insiden penabrakan kapal ponton di Jembatan Mahulu sebelumnya, Mursidi mengungkapkan bahwa kepadatan labuh sebelum Jembatan Mahakam turut memicu terjadinya kecelakaan di Jembatan Mahulu.
Pada saat itu kapasitas labuh sudah penuh, sehingga kapal menunggu giliran pengolongan. Namun kapal tersebut tetap berupaya masuk melalui jalur pengolongan Jembatan Mahulu Samarinda.
“Ketika mendapat informasi Jembatan Mahakam masih penuh, kapal diminta untuk berbalik. Namun karena arus sungai cukup kuat. Kapal tidak sempat melakukan manuver dan akhirnya terbawa arus,” klaim Mursidi.
Kondisi itu diperparah dengan adanya sejumlah kapal yang berlabuh di sekitar Jembatan Mahulu, sehingga ruang gerak kapal terbatas dan manuver tidak optimal. Akibatnya kapal akhirnya kehilangan kendali dan menabrak struktur jembatan.
“Maka penambahan kapal escort ke depan perlu dilakukan untuk pengamanan,” demikian Mursidi.
Penulis: Nur Asih Damayanti | Editor: Saud Rosadi
Tag: Jembatan Mahulu DitabrakKSOP SamarindaSamarinda