KSSK: April 2020, Volatilitas Global Mulai Mereda, Sektor Keuangan Domestik Terjaga

Infografis Pelaksanaan anggaran saat pandemi Covid-19. (Sumber: Kemenkeu)

JAKARTA.NIAGA.ASIA – Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani, sebagai salah satu anggota Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menyampaikan bahwa volatilitas global sudah mulai mereda di bulan April 2020.

Perekonomian Tiongkok mulai menunjukkan pemulihan seiring penurunan tingkat penyebaran Covid-19, setelah terkontraksi cukup dalam pada triwulan I – 2020.

Purchasing Managers’ Index (PMI) Tiongkok sudah mulai meningkat di bulan Maret 2020 seiring dengan mulai dibukanya kembali berbagai aktivitas ekonomi.

“Pendapatan APBN mencapai 16,8% persen tumbuh 7,7% namun penerimaan pajak pertumbuhan negatif 2,5 persen. penyerapan Belanja Negara mencapai 17,8% atau tumbuh 0,1%, sementara defisit tercatat sebesar Rp76,4 triliun atau 0,45% terhadap PDB. Pemerintah akan terus melakukan pemantauan terhadap perkembangan indikator ekonomi tersebut,” terang Menkeu melalui keterangan pers secara virtual, Senin (11/5), dilansir setkab.go.id

Dari sisi asesmen perkembangan sektor keuangan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencermati stabilitas sektor jasa keuangan hingga April tercatat masih dalam kondisi terjaga dengan tendensi pelemahan sektor riil dan potensi pelemahan sektor keuangan melalui tunggakan pembayaran pokok dan bunga meskipun beberapa indikator intermediasi sektor jasa keuangan yang membukukan kinerja positif dan profil risiko industri jasa keuangan tetap terkendali.

Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) mengalami penurunan namun masih cukup tinggi pada Maret 2020 sebesar 21,72 persen (Desember 2019: 23,31 persen) dan risiko kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) gross sedikit meningkat namun masih terjaga di 2,77 persen (Desember 2019: 2,53 persen).

Indikator kecukupan likuiditas juga menunjukkan kondisi yang cukup baik sebagaimana terlihat dari rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) per 22 April 2020 terjaga di 22,36 persen (Desember 2019: 20,86 persen), masih berada di atas ambang batas (threshold).

Sementara itu, kinerja intermediasi lembaga jasa keuangan hingga Maret 2020 masih didukung ketahanan perbankan, likuiditas, dan stabilitas pasar uang.

Kredit perbankan tumbuh sebesar 7,95 persen yoy (Desember 2019: 6,08 persen yoy) terutama berasal dari pertumbuhan kredit valas, diiringi pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 9,54 persen yoy (Desember 2019: 6,54 persen yoy).

Piutang Perusahaan Pembiayaan sedikit termoderasi namun tumbuh sebesar 2,49 persen yoy (Desember 2019: 3,66 persen yoy). Di dalam pipeline terdapat 53 emiten yang akan melakukan penawaran umum dengan total indikasi penawaran sebesar Rp21,2 triliun.

“Saat ini terus dilakukan evaluasi setiap minggu oleh Presiden melalui sidang kabinet. Pertumbuhan ekonomi Kuartal 1 seperti yang sudah dipublikasikan BPS lebih lambat dari yang sebelumnya kita perkirakan. Oleh karena itu, ini menimbulkan kehati-hatian yang makin tinggi bagi kita di dalam mengelola ekonomi ke depan dan dan dampaknya terhadap keuangan pertumbuhan ekonomi yang melambat pada triwulan 1 mungkin akan diikuti triwulan 2,” ujarnya.

Asesmen atas berbagai indikator tersebut masih menunjukkan adanya risiko yang sangat tinggi mengingat penyebaran Covid-19 masih eskalatif baik di global maupun domestik.

Keberhasilan langkah penanganan masalah Covid-19 ini sangat mempengaruhi berbagai risiko rambatan (domino effect) dampaknya ke perekonomian dan sektor keuangan. Konsistensi dan kerja sama seluruh komponen bangsa menjadi faktor penting keberhasilan penanganan krisis kesehatan ini.

KSSK akan terus melakukan koordinasi dan langkah-langkah yang ekstensif dan sinergis di bidang ekonomi dan sektor keuangan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan serta dalam upaya pemulihan ekonomi nasional dari dampak Covid-19. (006)

Tag: