Kue Bulan, Simbol Persatuan dan Keharmonisan Bagi Masyarakat Tionghoa

Masyarakat Tionghoa memberikan penjelasan tentang Festival Kue Bulan kepada pengunjung, Sabtu 4 Oktober 2025 malam. (niaga.asia/Nur Asih Damayanti)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA — Setiap tahun pertengahan musim gugur, tradisi kuno masyarakat Tionghoa, Mooncake Festival atau Festival Kue Bulan ini menjadi daya tarik wisatawan lokal Samarinda maupun Kaltim. Festival ini identik dengan aktivitas menyantap kue bulan dengan berbagai rasa yang khas di setiap gigitannya.

Di Samarinda, festival kue bulan ini dilaksanakan pada 4 Oktober dan puncaknya di 6 Oktober 2025, di Maha Vihara Sejahtera Maitreya, Buddhist Centre, Jalan DI Panjaitan, Samarinda.

Festival setiap tahunnya tidak pernah sepi, di mana festival ini selalu dikunjungi puluhan ribu masyarakat dari berbagai etnis dan agama di Kaltim.

Festival ini menjadi ajang pengingat pentingnya menjaga kesatuan antar umat beragama, dan keharmonisan dalam kehidupan berkeluarga.

Di festival itu, pengunjung bisa melihat lebih dekat arsitektur dari pusat ibadah agama Budha. Ragam budaya Tionghoa terasa kental, ditambah gemerlap cahaya dari sembilan ribu lampion yang turut menghidupkan suasana.

Ketua Buddhist Centre Kaltim Hendri Suwito. (niaga.asia/Nur Asih Damayanti)

Namun di antara itu semua, salah satu yang paling dinantikan setiap tahunnya dalam perayaan kue bulan ini yakni mencicipi kue bulan atau yue bing dalam bahasa mandarinnya secara langsung. Cemilan manis berbentuk bulat ini melambangkan kebersamaan, keberuntungan, dan harapan akan kemakmuran.

Untuk kue bulan ini dibanderol dengan harga Rp55 ribu – Rp60 ribu per kotaknya dengan aneka rasa. Mulai dari durian, kacang hijau, kacang hijau dan jeruk, kacang hijau dan kuning telur, hingga rasa kacang tanah.

Selain itu, terdapat juga berbagai ragam kuliner vegetarian atau non daging, hingga pertunjukan atraksi barongsai dan tarian naga yang memukau ribuan pengunjung setiap malamnya.

Ketua Buddhist Centre Kaltim Hendri Suwito menjelaskan filosofi di balik makanan manis kue bulan ini. Dengan bentuk kuenya yang bulat, menggambarkan bentuk keluarga yang harmonis, rukun dan bahagia

“Kue ini diproduksi di tanggal 15 di bulan 8, di mana saat itu bulan berputar. dan bulat sempurna,” kata Hendri, ditemui Sabtu 4 Oktober 2025 malam.

“Festival kue bulan ini mengajarkan kita berhenti sejenak dari kesibukan, menatap bulan dan berkumpul dengan orang yang kita sayangi,” ujar dia.

Kue bulan menjadi simbol persatuan dan keharmonisan bagi masyarakat Tionghoa. (niaga.asia/Nur Asih Damayanti)

Selain kue bulan yang menjadi bintang utamanya, dalam perayaan festival mooncake ini, pengunjung juga dimanjakan dengan arsitektur megah Buddhist Centre yang memukau oleh gemerlap 9 ribu lampion aneka warna.

Keindahan lampion ini bukan sekadar hiasan, melainkan simbol harapan dan doa agar masyarakat Kaltim senantiasa bahagia.

“Lentera ini menjadi doa bahwa harmoni di Indonesia akan terus terjaga, dan persatuan kesadaran kita bisa bersinar sampai di seluruh penjuru dunia,” terang Hendri.

Seperti kue bulan yang memiliki lapisan rasa dan puluhan lampion yang beragam dan menyinari malam tersebut, Hendri melihat hal ini menjadi pengingat bahwa perbedaan suku, budaya, dan agama di Indonesia justru yang membuat bangsa semakin indah.

“Kita punya banyak perbedaan, tetapi perbedaan itu bukan alasan terpecah belah. Kiita bukan hanya menjaga kerukunan di antara bangsa, tapi menyebarkan pesan persaudaraan kepada dunia,” demikian Hendri Suwito.

Penulis: Nur Asih Damayanti | Editor: Saud Rosadi

Tag: