
SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Legenda tenggelamnya sebuah kampung di pinggiran Sungai Segah, Berau yang bertajuk ‘Lamin Talunsur’ sangat dikenal hingga sekarang. Sehingga kisah itu dijadikan lagu oleh seniman Berau, Erson Susanto.
Tutur lisan yang dapat disebut legenda itu seolah benar-benar terjadi. Bahkan ada warga yang melewati kampung tenggelam yang berjarak 60 km dari Tanjung Redeb itu, mengaku melihat secara kasat mata meski agak samar beberapa lamin yang berada di dasar Sungai Segah.
‘Lamin Talunsur’ seperti dikutip buku Khazansa Seni Tradisi Kalimantan Timur terjadi ratusan tahun lalu. Di era dua kesultanan, Kesultanan GunungnTabung dan Kesultanan Sambaliung.
Tersebutlah dua orang anak yang memancing ikan di tepi Sungai Segah. Sejak pagi hingga petang tidak memperoleh seekorpun ikan. Namun menjelang senja, mata pancing mereka dipatuk ikan Haruan (Gabus). Karuan saja kedua anak itu gembira luar biasa.
Lantaran kelaparan, dengan menggunakan kuali yang mereka bawa, tanpa disiangi atau dibersihkan, ikan Haruan itu langsung direbus. Panasnya rebusan air itu membuat ikan Haruan menggelepar-gelepar. Beberapa kali mau meloncat ke luar tapi berhasil dicegah dua anak itu.
Keanehan terjadi, Haruan yang mengelepar kepanasan itu semakin lama semakin membesar. Sampai kuali itu pecah. Dua anak itu kebingungan, mereka memukul-mukul itu dengan rotan. Semakin keras pukulan semakin besar ikan itu. Dalam kepanikan, dua anak itu mengikat Haruan itu dipohon. Haruan semakin besar dan semakin kuat juga daya berontaknya.
Keanehan kembali terjadi, gerakan memberontak ikan itu membuat tanah bergoyang seperti kena gempa. Pohon-pohon bergoyang bahkan tercerabut dari akarnya. Ternyata bukan tanah dan pohonan yang berada di sekitar Haruan itu yang dilanda gempa. Goncangannya sampai ke rumah-rumah penduduk yang berbentuk Lamin.
Ikan Haruan berhasil lepas dari ikatan dan terjun ke sungai. Bersamaan dengan itu, terjadi keajaiban dan peristiwa luar biasa, gempa dan longsor terjadi, dalam sekejap kampung yang berada di situ tenggelam ke dasar Sungai Segah.
Penulis: Hamdani | Editor: Intoniswan
Tag: Legenda