Lanal Nunukan Dirikan Rumah Pintar untuk 80 Anak Putus Sekolah di Mamolo

Anak-anak pekerja rumput laut yang putus sekolah mengikuti pendidikan di rumah Pintar  yang didirikan Lanal Nunukan. (foto Istimewa/Niaga.Asia)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA – Pangkalan TNI Angkatan Laut (Lanal) Nunukan mendirikan Rumah Pintar (Rumpin) sebagai sarana untuk terus mendapatkan pendidikan bagi 80 anak-anak putus sekolah yang sehari-hari bekerja mengikat rumput laut.

“Rumpin adalah fasilitas yang dibangun Lanal dalam upaya mencerdaskan anak bangsa di perbatasan Indonesia,” kata Komandan Lanal (Danlanal) Nunukan Letkol (P) Arief Kurniawan Hertanto pada Niaga.Asia, Senin (20/06/2022).

Lewat program klaster edukasi yang diciptakan Lanal Nunukan, anak-anak putus sekolah dapat mengikuti pendidikan kejar paket A ataupun B dan C, dengan cara inilah anak-anak yang sibuk bekerja bisa memiliki ijazah kelulusan.

Rumpin dibangun di Perkampungan Bahari Nusantara, Mamolo, Kecamatan Nunukan Selatan. Perkampungan Bahari Nusantara sendiri adalah permukiman penduduk di pesisir laut Mamolo dengan komunitas warga sebagian besar berprofesi sebagai nelayan rumput laut dan pekerja pengikat rumput laut (Mabentang).

“Budidaya rumput laut di kampung Mamolo sekarang lagi meningkat karena harganya bagus, sehingga banyak anak-anak usia pelajar SD dan SMP putus sekolah bekerja lalu mengikat rumput laut,”  kata Arief.

Lanal Nunukan bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Nunukan launching Rumah Pintar bagi anak-anak yang putus sekolah karena bekerja sebagai pekerja rumput laut di Mamolo. (foto Istimewa/Niaga.Asia)

Menurut Arief, keputusan anak-anak memilih bekerja ketimbang bersekolah sangat tidak baik untuk masa depan. Pasalnya, usaha rumput laut yang sedang berkembang dengan harga cukup tinggi tidak selalu stabil menghasilkan uang banyak.

Melihat dari phenomena itu, Lanal Nunukan berinisiatif mendirikan Rumpin dilengkapi buku-buku, fasilitas jaringan internet dan tempat belajar yang cukup layak tanpa dipungut biaya pendidikan.

Guna mendukung penyelenggaraan Rumpin, Lanal Nunukan berusaha mencari tenaga pengajar baik bekerja sama degan Dinas Pendidikan maupun Sumber Daya Manusia (SDM) yang siap bekerja dalam program sosial.

“Saat ini ada berkunjung KKN Universitas Borneo Tarakan ke Rumpin Mamolo, mereka membawa tema meningkatkan minat baca dan literasi warga,” terangnya.

Danlanal menuturkan, jumlah anak putus sekolah dan bekerja mengikat rumput laut berjumlah sekitar 80 orang. Upah kerja yang cukup menjanjikan antara Rp 50.000 – Rp 100 ribu per hari membuat anak-anak terkena dalam pekerjaan itu.

Bagi anak – anak usia sekolah, mendapatkan upah kerja Rp 100 ribu per hari sangatlah besar. kendala ekonomi bukanlah alasan utama anak-anak meninggalkan sekolah, terkecuali bagi keluarga pendatang dan eks Pekerja Migran Indonesia.

“Pikiran mereka, sekolah untuk mendapatkan kerja, kalau sudah bekerja untuk apa lagi sekolah,” bebernya.

Selain program Rumpin, Lanal Nunukan menciptakan klaster pertahanan dengan memanfaatkan perahu-perahu nelayan rumput laut sebagai mata dan telinga dalam mengawasi perairan perbatasan Indonesia Kabupaten Nunukan.

Puluhan perahu rumput laut diberikan cat warna dan nomor lambung serta kartu tanda bahwa perahu milik warga Mamolo, hal ini bertujuan untuk memudahkan pengawasan di laut sekaligus sebagai kontrol ketika ada perahu lain masuk.

“Kita bekerjasama dengan petani rumput laut menginformasikan ketika ada dugaan pelanggaran kapal asing atau ada aktivitas ilegal di perairan Indonesia,” terang Danlanal

Penulis : Budi Anshori | Editor : Rachmat Rolau

Tag: