Leadership dan Akuntabilitas Pemerintah Daerah jadi Kunci Atasi HIV, TBC dan Malaria

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat berbicara di New York, Minggu 18 September 2022 (handout/Kementerian Kesehatan)

NEW YORK.NIAGA.ASIA — Upaya pencapaian target pengendalian HIV/AIDS, Tuberculosis (TBC), dan Malaria akan terus dikejar hingga tahun 2024. ​​Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menyampaikan target ini dapat tercapai dengan dukungan kepemimpinan dan akuntabilitas pemerintah daerah provinsi dan kabupaten dan kota.

Leadership dan akuntabilitas pemerintah daerah di tingkat provinsi dan kabupaten dan kota adalah kunci keberhasilan Indonesia atasi HIV, Tuberculosis dan Malaria dalam sistem kesehatan yg terdesentralisasi di tanah air,” kata Budi dalam pertemuan Global Fund Replenishment Conference ke-7 di New York, Amerika Serikat, Minggu 18 September 2022.

Diharapkan pada akhir tahun 2024 target 90% penemuan dan 90% pengobatan HIV/AIDS bisa tercapai. Demikian juga target 90% penemuan kasus dan 90% pengobatan TBC.

Kondisi saat ini, pada tahun 2022, untuk kasus TBC baru 286 ribu dari 824 ribu kasus yang terdeteksi. Sisanya 537 ribu kasus belum terdeteksi.

Demikian halnya pada HIV/AIDS. Tahun ini, dari target 97 ribu kasus terdeteksi, baru 13 ribu (13%) yang ditemukan. Sementara untuk kasus positif malaria dan annual parasite index (API) cenderung meningkat, terutama di wilayah Indonesia timur. Dari tahun 2020 ke 2021 kasus positif malaria naik 50 ribu kasus.

Dalam mengejar target eliminasi HIV/AIDS, TB, Malaria, pemerintah dibantu oleh Global Fund (GF) sebagai mitra pembangunan kesehatan di Indonesia sejak 2003 hingga saat ini sebesar USD 1,45 Miliar (Rp 20,89 Triliun) diberikan kepada Kementerian Kesehatan dan komunitas khususnya untuk program penanggulangan HIV/AIDS, TBC, dan malaria.

Saat ini investasi The Global Fund untuk Indonesia merupakan yang terbesar ke-2 di Asia setelah India. Besarnya dana sesuai dengan beban penyakit dan tingkat ekonomi. Saat ini Indonesia berada pada posisi Middle-Level-Income Country dengan beban penyakit yang masih tinggi.

Dalam HIV/AIDS, GF membantu meningkatkan layanan HIV, temuan kasus, pengobatan ARV dan rawatan, serta penyuluhan lapangan. Hingga akhir Juni 2022, sebanyak 473.005 ODHIV ditemukan dan 163.562 ODHIV sedang berobat.

Dalam TBC, GF membantu pengadaan obat anti TBC lini pertama dan kedua, obat terapi pencegahan, alat diagnosis mikroskopis dan TCM, sampai akselerasi penemuan kasus TBC dengan skrining di fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes)pemerintah dan swasta di 80 kabupaten/kota pada 19 provinsi dengan beban kasus TBC tinggi dan jumlah Fasyankes swasta yang banyak.

Dalam malaria, GF membantu pemeriksaan Rapid Test (RDT), skrining ibu hamil di daerah endemis tinggi, pendirian pos malaria, peningkatan kapasitas SDM, serta distribusi 27 juta kelambu berinsektisida (LLINs) ke daerah endemis malaria

Dukungan terkini GF adalah membantu Kementerian Kesehatan dalam membangun kapasitas genome sequencing untuk identifikasi virus dan bakteri yang lebih akurat. Dengan Genome Sequencing maka akan didapatkan cetak biru genetik (genetic blueprint) dari genom, identifikasi mutasi baru, pelacakan asal, serta pencegahan penularan virus dan bakteri.

Kapasitas genome sequencing di tanah air jumlahnya direncanakan akan tersedia ssbanyak 57 mesin di akhir 2022, termasuk yang didukung Global Fund dan tersebar di berbagai provinsi.

“Ke depan, peralatan sekuensing akan digunakan untuk pengembangan layanan di rumah sakit, pengebangan deteksi HIV, deteksi kasus hepatitis acute with unknown etiology dan pada kasus acute kidney failure, dan komorbid lainnya.” tambah Menkes

The Global Fund mengumpulkan dan menginvestasikan uang dalam siklus tiga tahun yang dikenal sebagai Replenishment. Pendekatan tiga tahun ini diadopsi pada tahun 2005 untuk memungkinkan pembiayaan yang lebih stabil dan dapat diprediksi bagi negara-negara dan untuk memastikan kelangsungan program yang berkelanjutan.

Sumber : Kementerian Kesehatan | Editor : Saud Rosadi

 

Tag: