
SAMARINDA.NIAGA.ASIA — RSUD Abdoel Wahab Sjahranie Samarinda mulai membenahi pelayanan antrean rawat inap, setelah mencuatnya dugaan kurang transparannya ketersediaan tempat tidur di rumah sakit milik Pemprov Kaltim itu.
Kini rumah sakit rujukan pertama di Kalimantan ini mulai memperbaiki sistem pelaporan ketersediaan tempat tidur di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD), dan akan menghadirkan ruang transit atau ruang boarding untuk penanganan sementara bagi pasien rawat inap yang menunggu ketersediaan tempat tidur.
Wakil Direktur Medik dan Keperawatan RSUD AW Sjahranie Samarinda Nurliana Adriati Noor mengatakan, keseluruhan RSUD AW Sjahranie memiliki jumlah 549 tempat tidur.
Terdiri dari ruang VIP 67 tempat tidur, IPI 64 tempat tidur, kelas 1 sebanyak 104 tempat tidur, kelas 2 sebanyak 57 tempat tidur, kelas 3 sebanyak 199 tempat tidur.
Kemudian ruang luka bakar sebanyak 2 tempat tidur, ruang Perinatologi untuk menangani bayi baru lahir yang membutuhkan perawatan khusus sebanyak 10 tempat tidur, Stroke Centre 17 tempat tidur dan ruang isolasi sebanyak 25 tempat tidur.
RSUD AW Sjahranie mencatat, berdasarkan data tiga bulan terakhir sepanjang 2025, jumlah pasien rawat inap per bulannya yang masuk melalui IGD maupun Poliklinik, rata-rata mencapai 3.000-3.500 pasien.

Dirinci, bulan Juli 2025 sebanyak 1.398 pasien. Kemudian Agustus 1.394 pasien dan 1.116 pasien pada September 2025.
Kemudian pasien yang masuk dari IGD sebanyak 1.293 pasien bulan Juli, 1.275 pasien di Agustus, dan 1.435 pasien pada September 2025.
“Jadi kalau kita rata-ratakan per hari 86-87 pasien masuk ke ruang rawat inap,” kata Nurliana, saat konferensi pers di Ruang Buana RSUD AW Sjahranie, Senin 20 Oktober 2025.
Dari angka itu, faktanya pasien yang masuk perawatan tidak sebanding dengan pasien yang keluar selesai perawatan. Di mana pasien yang keluar per harinya kurang dari 86 orang. Maka otomatis ada pasien yang tidak kebagian tempat tidur.
Pasien sendiri baru bisa menempati tempat tidur rawat inap, ketika tempat tidur tersedia atau kosong.
“Pasien ini termasuk pasien rujukan dari rumah sakit lain. RSUD AW Sjahranie tidak bisa menolak semua pasien yang dirujuk, karena RSID AW Sjahranie merupakan rumah sakit rujukan tertinggi,” jelas Nurliana.

Permasalahan lain yang sering timbul adalah kurangnya pemahaman masyarakat terhadap ketentuan standar hak pasien, salah satunya larangan menggabungkan pasien perempuan dan laki-laki dalam satu ruangan yang sama, meskipun tempat tidur terlihat kosong.
“Kalau di IGD, saat ini 20 pasien dan 15 di antaranya laki laki, dan yang pulang adalah perempuan. Standarnya kita tidak boleh menggabungkan antara pasien perempuan dan laki-laki,” terang Nurliana.
Selain itu, meskipun 549 tempat tidur tersedia, peruntukannya sudah spesifik, seperti Ruang Mawar untuk ibu melahirkan, Ruang Lily untuk anak, atau Ruang Tulip untuk isolasi penyakit menular seperti HIV dan Tuberculosis (TB).
Maka dari itu, lanjut Nurliana, tidak bisa sembarangan pasien dengan penyakit berbeda, menempati ruang rawat inap yang tersedia.
“Kalau melihat ada ruangan yang kosong, ternyata itu ruangan infeksius khusus untuk pasien yang mengalami penyakit infeksi, seperti penyakit TB,” sebut Nurliana.
Permasalahan lainnya, disampaikan Nurliana, saat ini beberapa ruang rawat inap di RSUD AW Sjahranie tengah menjalani proses renovasi, sehingga sebagian ruang rawat inap di rumah sakit tidak bisa digunakan.

“Karena RS AWS ini kita tahu gedungnya sudah 60 tahun lebih, sehingga butuh renovasi agar pasien yang masuk merasa nyaman,” kata Nurliana.
Menyikapi masalah bertahun-tahun ini, RSUD AWS kini berupaya meningkatkan kenyamanan layanan. Langkah pertama dengan memperbaiki sistem pelaporan ketersediaan tempat tidur secara detail dan transparan, termasuk peruntukannya.
Seperti Ruang Flamboyan (perawatan penyakit dalam) kelas III terpakai 34 bed dan tersedia 2 bed kosong. Dengan informasi yang jelas ini, maka masyarakat tidak akan salah paham lagi dalam melihat ketersendiaan tempat tidur.
Tidak hanya itu, RSUD AWS juga akan segera menghadirkan Ruang Boarding atau Transit sementara buat pasien, sebelum masuk keruangan rawat inap.
“Sehingga kalau belum bisa masuk ke ruangan dan sudah lepas dari IGD, kami upayakan ruangan boarding ini mewakili kebutuhan pasien. Misalkan ketika datang ulu hati terasa berat, bisa terasa ringan. Jadi kita mau mencari ruang yang nyaman dan kita sedang berproses,” demikian Nurliana Adriati Noor.
Penulis: Nur Asih Damayanti | Editor: Saud Rosadi
Tag: KesehatanPelayanan PublikPemprov KaltimRSUD AW Sjahranie