Lestarikan Batik Barrau, TP PKK Gelar Pelatihan  

aa

aa
TP PKK Berau gelar pelatihan membatik khas Berau. (Foto Humas Pemkab Berau)

TANJUNG REDEB. NIAGA.ASIA-Kabupaten Berau memiliki batik khas yang kini semakin terkenal. Untuk mempertahankan dan mengembangkannya, Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Berau menggelar pelatihan membatik di Aula Sekretariat PKK Berau, Selasa (12/11) lalu. Pelatihan yang diikuti 20 peserta dibuka Wakil Ketua II TP PKK, Rohaini.

Ketua TP PKK Berau, Sri Juniarsih Muharram dalam sambutannya yang dibacakan Rohaini menyampaikan Berau, batik khas yang dikenal dengan sebutan Batik Barrau terdiri dari berbagai motif yang menggambarkan keunikan dan potensi sumber daya dari wilayah Kabupaten Berau.

“Meskipun Berau bukan daerah asal batik, namun  kabupaten  ini termasuk wilayah yang peduli pada pengembangan dan pelestarian batik yang telah ditetapkan UNESCO sebagai warisan kemanusian untuk budaya lisan dan nonbendawi (masterpiecea of the oral and intangible heritage of humanity) pada 2 Oktober 2009 silam,” kata Sri Juniarsih.

Kabupaten Berau pada 13 Nopember 2010 pertama kali memperkenalkan motif batik cawul. Selanjutnya kerajinan batik mulai berkembang di Kota Tanjung Redeb dan diikuti beberapa kampung yang telah memiliki motif batik dengan ciri khas masing masing, seperti motif kangkung balikit, rutun, kakao sulur, pari manta, ulin, biota laut, burung ruai, anggrek dan enggan, whale shark hingga mangrove dan berbagai motif lainnya.

aa
Batik kas Berau. Barrau. (Foto Humas Pemkab Berau)

Dalam perjalanannya industri kerajinan batik di Kabupaten Berau masih mengalami banyak kendala. Di antaranya masih terbatasnya jumlah pengrajin batik, bahan baku penunjang seperti pewarna sintetis, lilin malam dan soda ash masih harus didatangkan dari luar daerah. Serta rendahnya minat pasar terhadap batik tulis karena harga yang cukup mahal.

“Disamping itu,  produksi masih terbatas  untuk pasar lokal. Sehingga pengembangan batik Berau harus terus dibangkitkan sehingga tidak hanya skala lokal, namun batik berau diharapkan semakin memiliki daya tarik san bisa dipasarkan lebih luas lagi,” kata Sri Juniarsih.

Ia berharap para peserta yang mendapat kesempatan untuk menggali dan mengembangkan bakatnya, dapat lebih memahami bagaimana tata cara dalam membatik, termasuk pembuatan pola dan pewarnaan yang baik.

“Saya berpesan kepada peserta ikuti dengan baik, mari kita gali ilmu dan pengalaman dalam pelatihan ini,” ungkapnya. “Manfaatkan pelatihan ini dengan maksimal untuk mengembangkan potensi dan semakin meningkatkan desan dan produksi batik berau,” tandasnya

Pelatihan membatik ini dipandu oleh Enny Indartie dan Anis Sudardono Putri selaku narasumber dari UPT Rehablitasi Sosial Bina Karya Madiun, Jawa Timur. Sementara peserta yang didominasi ibu-ibu berasal dari kecamatan mengikuti serius pelatihan sekaligus praktek bersama-sama. (hms3/ana/adv)