Lewati Tiongkok dan Korsel, PMI Manufaktur Indonesia Naik jadi 53,7

Presiden Joko Widodo saat meresmikan Pelepasan Ekspor ke Pasar Global Tahun 2020, Jumat (04/12/2020) secara virtual dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat. (Foto: Biro Pers Setpres/Rusman)

JAKARTA.NIAGA.ASIA – Industri pengolahan nonmigas di tanah air masih menunjukkan geliatnya pada awal tahun 2022. Hal ini ditandai dari hasil Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia bulan Januari yang berada di level 53,7 berdasarkan survei IHS Markit. Indeks di atas 50 menandakan bahwa industri manufaktur dalam tahap ekspansif.

Capaian pada bulan pertama tahun 2022 ini naik dibanding Desember tahun lalu yang berada di level 53,5 dan melampaui PMI Manufaktur rata-rata negara ASEAN yang sebesar 52,7; Malaysia 52,8; Filipina 50,0; Korea Selatan 51,9; Rusia 51,8; dan Tiongkok 49,1.

“Kami sangat bersyukur dan berterima kasih kepada para pelaku industri manufaktur di tanah air. Kabar baik ini merupakan sinyal atau indikator bahwa pelaku industri makin optimistis terhadap kondisi ekonomi saat ini,” kata Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita, di Jakarta, Rabu (02/02/2022).

Menperin menegaskan, pemerintah bertekad untuk terus menciptakan iklim usaha yang kondusif, meskipun di tengah tekanan gelombang ketiga pandemi COVI-19.

“Berbagai kebijakan strategis telah dijalankan pemerintah dalam mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional, termasuk memberikan stimulus bagi pelaku industri agar bisa berproduksi dan berdaya saing,” paparnya.

Agus meyakini, sektor industri manufaktur tetap memainkan peranan penting bagi perekonomian nasional.

“Peran penting ini dapat dilihat dari kinerja makro sektor industri manufaktur di beberapa indikator, misalnya dari realisasi investasi, capaian ekspor, dan penambahan tenaga kerja,” ungkapnya.

Dari sisi ekspor, industri manufaktur terus memberikan kontribusi yang paling besar. Nilai ekspor industri manufaktur pada tahun 2021 sebesar 177,10 miliar Dolar AS atau menyumbang hingga 76,49 persen dari total ekspor nasional. Capaian tersebut melampaui nilai ekspor manufaktur sepanjang tahun 2020 sebesar 131 miliar Dolar AS dan bahkan lebih tinggi dari capaian ekspor tahun 2019 yang berada di angka 127,38 miliar Dolar AS. Sementara itu, realisasi investasi di sektor manufaktur pada tahun 2021 tercatat sebesar Rp325,4 triliun atau naik 19,24 persen dari nilai investasi tahun 2020.

Pada aspek ketenagakerjaan, sektor industri manufaktur menunjukkan pemulihan dari segi penyerapan tenaga kerja. Seiring dengan bangkitnya sektor industri pengolahan dari dampak pandemi, ada tambahan penyerapan tenaga kerja sebanyak 1,2 juta orang di tahun 2021 sehingga jumlah total tenaga kerja di sektor ini kembali meningkat ke angka 18,64 juta orang

Menurut IHS Markit, sektor manufaktur Indonesia terus berekspansi pada tingkat solid di awal 2022. Kondisi permintaan secara umum menguat, sebagian karena catatan kenaikan pada penjualan asing yang mendukung kenaikan lebih tajam pada output manufaktur. Hal ini kemudian mendorong kenaikan aktivitas pembelian dan aspek ketenagakerjaan.

Sentimen secara keseluruhan di sektor manufaktur Indonesia bertahan positif pada bulan Januari, dengan perusahaan secara umum berharap bahwa situasi COVID-19 akan terus membaik, yang dapat memungkinkan perekonomian terus bertumbuh.

Sumber : Humas Sekretariat Kabinet | Editor : Saud Rosadi

Tag: