Lima Hal Baru di AICIS 2023

Dirjen Pendidikan Islam Ali Ramdhani. (Foto Kemenag)

SURABAYA.NIAGA.ASIA – Dirjen Pendidikan Islam Ali Ramdhani mengatakan Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2023 berbeda dibandingkan dengan gelaran pada tahun-tahun sebelumnya. Pasalnya, ada lima hal baru yang disiapkan dalam AICIS 2023.

Hal ini disampaikan Kang Dhani panggilan akrabnya dalam laporan dihadapan Menag Yaqut dan undangan yang hadir saat pembukaan AICIS 2023 di Sport Center UIN Sunan Ampel Surabaya.

“Pertama, pemilihan tema utama yang diangkat pada AICIS tahun ini, merupakan wujud respon atas tantangan yang pernah disampaikan oleh Gus Menteri pada gelaran AICIS, baik di Solo Tahun 2021 maupun AICIS di Mataram Tahun 2022,” ujar Ali Ramdhani, Selasa (2/5/2023) malam.

AICIS 2023 mengangkat tema “Recontextualizing Fiqh for Equal Humanity and Sustainable Peace”. Forum AICIS didorong memberikan rekomendasi nyata dan empirik terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat demi terwujudnya perdamaian yang berkelanjutan.

Forum AICIS ke-22 ini menampilkan 180 paper pilihan yang terbagi menjadi 48 kelas paralel. Selain diikuti para ahli fikih dari kalangan pesantren, forum ini juga menghadirkan cendekiawan muslim internasional.

AICIS ke-22 ini berlangsung di Surabaya, 2-5 Mei 2023. Acara ini juga akan membahas empat sesi pleno.

Pertama, Sesi Pleno: “Rethinking Fiqh for Non-violent Religious Practices”. Sesi ini akan melibatkan tiga pembicara kunci: Dr. (HC). K. H. Yahya Cholil Staquf dari Indonesia, Prof. Dr. Siti Ruhaini Dzuhayatin, MA dari Indonesia, dan Prof. Abdullahi Ahmed An Na’im dari Amerika Serikat.

Kedua, Sesi Pleno: “Recounting Fiqh for Religious Harmony”. Ada empat pembicara dalam sesi ini, yaitu: Prof. Dr. Usamah Al-Sayyid Al Azhary dari Universitas Al Azhar di Mesir, Muhammad Al Marakiby, Ph.D dari Mesir, Dr. Muhammad Nahe’i, MA dari Indonesia, dan Prof. Dr. Rahimin Affandi Bin Abdul Rahim dari Malaysia.

Ketiga, “Maqashid al-Syariah as a Reference and Framework of Fiqh for Humanity.” Sesi ini akan melibatkan tiga pembicara: Prof. Mashood A. Baderin dari Inggris, Dr. (HC) K. H. Afifuddin Muhajir dari Indonesia, dan Prof. Dr. Şadi Eren dari Turki.

Keempat, “The Negotiated Shari’ah: Between Religiosity and Humanity in Current Development of Indonesia.” Sesi ini akan melibatkan tiga pembicara: Prof. Tim Lindsey Ph.D dari Australia, Prof. Dr. Mohd. Roslan Bin Mohd Nor dari Malaysia, dan Ning Allisa Qotrunnada Wahid dari Indonesia.

Menurut Ali Rhamdani , jika AICIS sebelumnya menekankan sharing ideas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkembang di lingkungan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam sehingga tema yang diangkat cenderung lebih luas.

“AICIS 2023 dirancang sebagai forum indept discussion di bidang ilmu fikih, sehingga temanya lebih fokus, ” sambungnya.

Kedua lanjut Kang Dhani, AICIS 2023 mengintegrasikan kajian teoritis dengan pengalaman empiris, tentang pentingnya nilai-nilai kemanusiaan dan spirit perdamaian dalam kehidupan beragama, dengan mempertemukan para pelaku di lapangan dan akademisi ternama.

Ketiga, baru pertama kali ini, penyelenggaraan AICIS berkolaborasi dengan 10 Jurnal PTKI Terindeks Scopus dari 55 Jurnal Terindeks Scopus yang mendaftar sebagai mitra AICIS. Sebagai tindak lanjutnya, naskah yang terpilih yang dipresentasikan, selanjutnya akan dikelola sesuai standar penanganan naskah jurnal, dan akan dipublikasikan di Jurnal terindeks Scopus.

Keempat, jika AICIS sebelumnya lebih berorientasi pada apresiasi kinerja akademik, AICIS 2023 lebih berorientasi pada policy recommendation.

Kelima, dalam rangka mendukung program transformasi digital Kementerian Agama, penyelenggaraan AICIS 2023 dilandasi oleh spirit dan mindset digital, sehingga semua aspek penyelenggaraan berbasis digital. Seluruh produk yang dihasilkan dari AICIS terutama Manual Book dan kumpulan Abstrak Papers dapat diakses melalui Aplikasi Pusaka Superapps.

“Kita berharap semoga konferensi AICIS 2023 ini bermanfaat, dan menghasilkan rumusan Surabaya Charter yang nanti akan dideklarasikan bersama,” ujarnya.

“AICIS bukan sekedar forum akademik yang eksklusif dan teoretik, tetapi AICIS menjadi bagian dari forum akademik yang merumuskan berbagai solusi atas tantangan riil pada permasalahan-permasalahan nyata kemasyarakatan,” tutupnya.

Sumber: Siaran Pers Kementerian Agama | Editor: Intoniswan

Tag: