Longsor di Teluk Bajau Samarinda, Bukti Pemerintah Putus Asa

Kondisi longsor dari Ampera menuju Mangkupalas nyaris menutup badan jalan, Senin (12/4) pagi. (Foto : istimewa)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Akses jalan Ampera di Palaran menuju Mangkupalas di Samarinda Seberang, nyaris tertutup longsor. Kondisi itu merugikan warga. Penanganan longsor seadanya dinilai masyarakat pengguna jalan menunjukkan pemerintah sudah putus asa.

Longsor itu sendiri sudah terjadi sejak pertengahan tahun 2020 lalu. Mulai dari longsoran kecil, belum ada penanganan serius. Imbas hujan deras mengakibatkan longsor semakin parah, dan berbulan-bulan tidak ditangani dengan serius.

“Iya, pemerintah seperti menyerah, seperti putus asa. Kami warga yang jelas dirugikan,” kata Riqi (40), warga Handil Bakti Palaran, kepada Niaga Asia, Senin (12/4).

Kemacetan di akses jalan Teluk Bajau terjadi setiap hari (Foto: istimewa)

Riqi menerangkan, akses jalan di Teluk Bajau, menjadi jalan utama dari Palaran ke Samarinda Seberang. Meski ada Jembatan Mahkota II, tidak serta merta dilalui warga karena harus memutar jalan lebih jauh dari Palaran ke Samarinda Kota.

“Ada jalan alternatif lewat stadion Palaran. Tapi itu juga berbahaya karena setiap hari juga dilewati truk kontainer dan alat berat. Jalannya rusak,” ungkap Riqi.

Niaga Asia sendiri sempat melewati jalur longsor di Teluk Bajau Sabtu (10/4) siang. Mesti antre hampir tembus 30 menit untuk lolos dari kemacetan dari arah Ampera, menuju ke Mangkupalas, maupun sebaliknya.

Di lokasi hanya ada 1 alat berat ekskavator. Akses di kedua lajur pun, dilakukan buka tutup, untuk melalui badan jalan yang nyaris tertutup total oleh longsor.

Penanganan seadanya dinilai warga pengguna jalan menunjukkan pemerintahan di Samarinda putus asa (Foto : istimewa)

“Apalagi saya setiap hari, kantor di Sungai Kunjang. Benar-benar merugikan karena longsor ini juga tidak ditangani serius pemerintahan di Samarinda. Baik provinsi, maupun kota,” ungkap Riqi.

Keluhan warga di sejumlah media sosial, dan grup WhatsApp Messenger, disampaikan hampir setiap hari. Sebab, selain kerap terjebak kemacetan pada pagi, siang dan sore hari bahkan malam hari, tidak jarang pengguna jalan pun tergelincir di badan jalan yang dikotori tanah, dan lumpur bercampur air.

Keluhan yang mengemuka sejak 2020 lalu itu juga, tidak menggugah pemerintah untuk gerak cepat menangani longsor. Yang ada, longsor semakin parah. Ditambah lagi, diperparah guyuran hujan deras.

“Selamat pagi. Pagi ini teluk bajau longsor lagi. Itu ada mobil pikap sepertinya sudah tidak bisa lewat lagi. Kalau bisa ditutup saja sekalian ini. Tutup saja biar fokus ngerjainnya (menangani longsor). Pikap tertanam (di lumpur) itu, tidak bisa (lewat),” kata warga pengguna jalan mengabadikan kondisi longsor teluk bajau pagi tadi sekitar pukul 07.00 WITA.

 

Penulis : Saud Rosadi | Editor : Saud Rosadi

Tag: