MAKASSAR.NIAGA.ASIA – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan meminta agar Unhas mampu membuka jurusan baru yang berhubungan dengan metalurgi.
Permintaan itu disampaikan Luhut saat memberi kuliah umum dihadapan civitas akademika Universitas Hasanuddin Makassar, Jum’at (19/8/2022).
Wikipedia menjelaskan, metalurgi adalah salah satu bidang ilmu dan teknik bahan yang mempelajari tentang perilaku fisika dan kimia dariunsur-unsur logam, senyawa-senyawa antarlogam, dan paduan-paduan logam yang disebut aloi atau lakur.
Metalurgi juga adalah teknologi logam, yakni penerapan sains dalam produksi logam dan rekayasa komponen-komponen logam untuk digunakan pada produk-produk yang ditujukan bagi konsumen dan industri-industri manukfaktur.
Produksi logam meliputi kegiatan mengolah bijih untuk mengekstrasi kandungan logamnya, dan kegiatan memadu logam, kadang-kadang dengan unsur-unsur nonlogam, untuk menghasilkan aloi.
Metalurgi terbagi menjadi metalurgi besi-baja (ilmu logam hitam) dan metalurgi bukan besi-baja (ilmu logam aneka warna). Metalurgi besi-baja meliputi cara-cara mengolah unsur besi dan membuat logam-logam paduan berunsur dasar besi. Sementara metalurgi bukan besi-baja meliputi cara-cara mengolah dan membuat logam-logam paduan berunsur dasar logam selain besi. Produksi besi-baja menguasai 95 persen dari produksi logam dunia.
Menurut Luhut, jurusan yang berhubungan dengan metalurgi diharapkan mampu mengakomodasi adanya kebutuhan sumber daya manusia untuk mempercepat berbagai macam target Indonesia sebagai negara maju sebelum 2045, dalam rangka menggerakkan hilirisasi industri di berbagai bidang, khususnya pertambangan.
“Saya minta nanti kepada Unhas, supaya barang ini jadi. Kita butuh sumber daya manusia yang mumpuni untuk menggerakkan hilirisasi industri ini, terutama di kawasan Indonesia bagian tengah dan timur. Potensi dari berbagai energi baru dan terbarukan ini sangat banyak di sini, jadi kalau tidak dimanfaatkan, sayang sekali,” tegasnya.
Dipaparkan Luhut, Indonesia sebagai negara maritim dapat berkontribusi untuk pertumbuhan blue economy nasional, regional, dan internasional. Indonesia kaya dengan terumbu karang, padang lamun, hingga mangrove, serta keanekaragaman hayati di laut yang berkontribusi bagi pertumbuhan blue economy.
Berkaitan dengan blue economy ini, Luhut bicara mengenai potensi nilai karbon sebesar 33 gigaton dari mangrove, 20,2 gigaton dari lahan gambut, dan 25,18 gigaton dari hutan hujan tropis menjadikan Indonesia sebagai negara yang mampu mendukung tercapainya net zero emission pada 2060 atau lebih cepat.
Selain itu Luhut juga memaparkan mengenai potensi energi terbarukan yang besar dan dapat dimanfaatkan.
“Kita punya energi baru dan terbarukan seperti dari kelautan, geotermal, bioenergi, angin, matahari, air. Dari total yang ada sebanyak 437,4 giga watt, kita baru hanya pakai 10,4 giga watt saja atau 2,5%. Bayangkan kalau kita bisa memaksimalkan ini,” kata Luhut.
Dengan banyaknya potensi ini, ada tiga hal penting dalam pemanfaatan energi baru dan terbarukan secara maksimal, yaitu hilirisasi industri, digitalisasi, dan pengembangan sumber daya manusia.
Menurut Luhut, Indonesia harus terus melakukan perbaikan dan hal ini hanya bisa dilakukan melalui hilirisasi industri dan peningkatan efisiensi melalui digitalisasi. Tidak hanya itu, sumber daya manusianya juga harus didukung.
“Dalam hal ini, saya minta Universitas Hasanuddin bisa berperan dalam pengembangan sumber daya manusia dan dalam risetnya,” pungkasnya.
Dalam pemaparannya pada kuliah umum ini, Menko Luhut juga turut didampingi oleh Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan, Nani Hendiarti, Plt. Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi, Rachmat Kaimuddin, dan Penasehat Menteri Bidang Carbon Trading Edo Mahendra.
Sumber: Humas Kemenko Marves | Editor: Intoniswan
Tag: Luhut B Pandjaitan