MadGamelan Dan Caraka Laras Tampil di Monasterio Real de San Lorenzo de El Escorial

MadGamelán bersama Caraka Laras dan duo penari Nike dan Naya memainkan sembilan lagu dan empat tarian tradisional dari Jawa. (Foto KBRI Madrid)

MADRID.NIAGA.ASIA – KBRI Madrid bekerja sama dengan kelompok Gamelán Internacional de Madrid (MadGamelán) dan Caraka Laras  menyajikan pengalaman menarik kepada ratusan warga Madrid memenuhi biara kerajaan Monasterio Real de San Lorenzo di El Escorial untuk mendengar lantunan gamelan dan menyaksikan tari khas Indonesia,Selasa  (05/07/2022).

Indonesia mendapat apresiasi dan penghargaan dari panitia penyelenggara yang disampaikan langsung oleh Wakil Walikota San Lorenzo del Escorial, Dinas Warisan Budaya El Escorial, Ketua Program Seni dan Budaya Kursus Musim Panas Universitas Complutense Madrid serta masyarkat Spanyol yang hadir.

Dalam rangkaian agenda budaya kursus musim panas Universidad Complutense de Madrid, MadGamelán bersama Caraka Laras dan duo penari Nike dan Naya memainkan sembilan lagu dan empat tarian tradisional dari Jawa.

Halaman kereta kencana (patio de carruajes) biara yang sehari-harinya disinggahi turis dirangkai menjadi pertunjukan dengan udara terbuka. Penampilan berdurasi 90 menit tersebut juga diselipkan informasi pengenalan gamelán dan aspek sosial budaya yang hidup di masyarakat Indonesia. Respon positif sekitar 400 penonton tersebut dilanjutkan dengan mencoba memainkan gamelan dan angklung serta berpose bersama alat musik dan pemain.

Grup Madgamelán dibentuk pada tahun 2014 oleh Iván Caramés Bohigas sebagai direktur dan David González Tejero sebagai Komposer. Dengan Suyanto sebagai pengarah, grup Madgamelán merupakan salah satu kelompok musik tradisional Indonesia binaan KBRI Madrid di Spanyol.

David merupakan mengajar di Conservatorio Superior de Música de Madrid sementara Iván menjadi tenaga pengajar di Conservatorio Superior de Música de Aragón. Ketertarikan Iván pada gamelán dimulai saat mempelajari musik kontemporer di California Institute of the Arts.

Pertunjukan bertema “suara kosmos” dibuka dengan pukulan gong yang bergema mengikuti akustik dan arsitektur halaman kereta kencana Monasterio Real de San Lorenzo. Penonton kemudian menikmati lagu gansarang, udan mas, tari jejer gandurung kreasi, slulu sluku, tari kebo giro, ayun ayun, tari manyar sewu, gugur gunung, tari jaipong daun pulus keser bojong.

Terdapat dua kreasi kontemporer berjudul wengi (la noche) dan ditutup segara (el mar) dengan dentuman angklung dan suling Bali, garapan Iván.

Alunan gamelan menjadi pengalaman unik tersendiri bagi masyarakat Spanyol.

Ketika ditanya mengenai sejauh mana masyarakat Spanyol mengenal alat musik Indonesia, Ivan menjelaskan, secara umum, disini musik Asia belum banyak dikenal. Secara bunyi, musik Tiongkok terdengar lebih familiar di telinga orang Spanyol karena skala pentatoniknya mirip.

“Suara Gamelan sangat eksotis namun sulit didengar bagi telinga orang Barat karena tangga nadanya sangat tidak lazim, oleh karenanya perlu diiringi dengan sajian visual agar lebih mudah diterima,” lanjut David.

Sumber: KBRI Madrid | Editor: Intoniswan

Tag: