Melihat Prospek Besar Pembibitan Tanaman Kayu Putih di Desa Purwajaya Kukar

Adi Sucipto bersama dengan bibit tanaman kayu putih hasil pengembangan benih 3 bulan terakhir ini. (Foto : Niaga Asia)

PURWAJAYA.NIAGA.ASIA – Kutai Kartanegara, memang kaya dengan potensi sumber daya alamnya. Bahkan tanaman kayu putih (Melaleuca Leucadendra), bisa tumbuh dengan baik, setelah pembibitan lebih dulu. Seperti yang ada di Dusun Jatah, Desa Purwajaya.

Dusun Jatah, berjarak sekira 24 kilometer dari pusat kota Samarinda, sebagai ibukota provinsi Kalimantan Timur. Ada lebih 1.000 bibit yang telah dikembangkan, dari penyemaian biji kayu putih 3 bulan lalu, di belakang kediaman Adi Sucipto (45), seorang pengurus Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kutai Kartanegara.

“Pengembangan bibit ini sudah usia 3 bulan, siap ditanam,” kata Adi, yang juga Ketua Bidang Tanaman Pangan dan Holtikultura KTNA Kutai Kartanegara, ditemui Niaga Asia, Kamis (26/11) sore.

Menurut Adi, biji atau benih tanaman kayu putih yang dia semai, dia dapatkan dari Jawa Tengah. Tanaman kayu putih, bisa tumbuh subur hingga lebih 10 meter. Bahkan, bibit yang dia kembangkan, lebih baik dari Jawa Tengah.

“Dulu, saya ambil benih di Jawa Tengah, 1 kilogram Rp 4 juta. Sekarang terbalik. Justru mereka sekarang ambil ke kita di sini,” ujar Adi.

“Di sini, menurut mereka (petani Jawa Tengah), benih justru tumbuh dengan baik. Tanaman kayu putih ini, cepat tumbuh tapi cepat juga bisa mati, kalau tidak tahu menjaga tumbuh kembangnya dengan baik,” tambah Adi.

Tidak hanya itu, bekerjasama dengan Universitas Mulawarman, Adi pun pernah memeriksakan bibit yang dia punya. “Kandungan minyak dari daunnya lebih bagus, lebih banyak minyaknya sehingga jadi minyak kayu putih,” terang Adi.

Adi memperlihatkan benih kayu putih di dalam toples. Hasil pembibitan justru tumbuh lebih bagus dari yang ada di Jawa Tengah. (Foto : Niaga Asia)

“Kami sudah sampaikan ke DPRD dan instansi terkait di Pemkab, bahwa areal bekas galian tambang batubara, bagus buat tumbuh tanaman kayu putih. Paling tidak 60-70 persen areal eks tambang, jadi areal tanam kayu putih. Kalau tanaman sengon, hasilnya untuk masyarakat tidak begitu maksimal menikmati asilnya,” ungkap Adi.

Usulan permintaan itu, bukan tanpa alasan. “Melalui kelompok tani yang ditunjuk pemerintah, bisa menyerap banyak tenaga kerja. Sepuluh hektare tanaman kayu putih di area eks tambang itu misalnya, bisa dikelola 5 orang, dengan pabrik penyulingannya,” ungkap Adi.

Adi mengkalkulasi, 2.500 bibit tanaman kayu putih, bisa untuk luasan 1 hektare lahan. Untuk 1 ton daun minyak kayu putih hasil penyulingan, bisa menghasilkan 4-6 liter minyak kayu putih. “Satu liter seharga Rp 600 ribu,” sebut Adi.

Namun sayang, potensi tumbuh kembang tanaman kayu putih, belum didukung adanya pabrik penyulingan. Kendati demikian, itu sudah dia sampaikan kepada Pemkab Kutai Kartanegara, bahkan dibawas di Badan Anggaran DPRD Kutai Kartanegara.

“Sudah kita sampaikan 4-5 tahun lalu. Dan waktu itu, Ibu Bupati Rita Widyasari sudah menyetujuinya. Yang jelas, budi daya tanaman minyak kayu putih ini, bisa menyerap banyak tenaga kerja, buat UKM,” ungkap Adi lagi.

Masih disampaikan Adi, bibit tanaman kayu putih yang dia kembangkan saat ini, adalah pesanan masyarakat sebagai pembeli. “Mau dicoba diambil dan ditanam di Sangkulirang (Kutai Timur), di areal 1 hektare. Kalau tumbuhnya bagus, kemudian akan ditambah kembali,” demikian Adi. (006)

Tag: