Kukar: Guru Nanang Tak Melulu Ajari Murid Secara Daring di Masa Pandemi

Teras rumah pun jadi cara guru Nanang tetap bisa mengajari muridnya dengan tetap menjaga jarak. (Foto : HO/Tanoto Foundation)

KUTAI KARTANEGARA.NIAGA.ASIA – Nanang Nuryanto, seorang guru SDN 021 memilih metode blended dalam tahun ajaran baru ini, ketimbang pembelajaran daring (online) ataupun luring. Metode ini adalah menggabungkan daring dan luring, dalam menyampaikan materi mata pelajaran. Metode ini dipilih berdasarkan pendataan yang dilakukan Nanang.

Pendataan Nanang menunjukkan, 40% siswa yang mampu membeli paket dan mempunyai perangkat android, dan 60% siswa yang tidak bisa membeli paket tapi memiliki perangkat android. Berdasarkan kemapuan awal, hanya 20% siswa yang dapat membaca, 40% yang dapat mengeja, dan 40% tidak dapat membaca.

Bernyayi Sambil Berliterasi

Mengajak anak bernyanyi sambil bercerita, adalah salah satu hal yang sangat menyenangkan bagi murid kelas I dengan menampilkan gambar-gambar yang menunjukan simbol huruf kegiatan ini dilakukan saat luring. Penelitian dari Oxford, J. Launey membuktikan, bahwa menyanyi mengurangi stress, sehingga 40% siswa yang tidak dapat membaca berkurang.

Target Membaca

Orangtua diajak kerjasama untuk menyelesaikan target membaca berjenjang, dengan mengunakan buku-buku yang menarik. Dimana, orangtua akan mengajarkan membaca sebuah cerita kepada siswa di rumah, dan akan ada tagihan dari guru pada pertemuan minggu berikutnya.

Tanoto Foundation mengadakan pembuatan buku besar di bulan Juli 2020, di kabupaten Kutai Kertanegara, untuk materi kelas awal dan kelas lanjut, disesuaikan dengan relevansi mata pelajaran yang akan diajarkan.

Teras Rumah jadi Kelas

Pembelajaran dilangsungkan di teras rumah guru, dengan minimal siswa per pembelajaran hanya lima siswa ini. Belajar luring lebih menekankan membaca, mendengarkan, dan bercerita.

Metodenya, pertama, Nanang mengelompokkan siswa berdasarkan kemampuan membacanya, yaitu kelompok lancar membaca, kelompok mengeja, dan kelompok tidak bisa membaca. Anggota kelompok tidak melebihi 5 siswa. Lalu, kehadiran siswa diatur berdasarkan jadwal kelompok yang disepakati. Sehingga, proses pembimbingan membaca tepat sasaran.

“Siswa yang bisa membaca, lebih banyak melakukan kegiatan membaca buku cerita, diskusi sederhana dengan guru tentang cerita tersebut, menulis kebiasaan baik, dan bermain kalimat tersembuyi,” ujar Nanang, seperti dikutip Niaga Asia, dari keterangan tertulis Kamis (23/7).

Sedangkan, siswa yang hanya bisa mengeja dan tidak dapat membaca, mereka diajak untuk bermain huruf dan kata. Diharapkan, dengan kegiatan seperti itu, kemampuan membaca dan pemahaman siswa dapat berkembang di masa pandemi ini.

Sementara, bagi kelas lain, mereka belajar di teras guru sehari dua mata pelajaran dengan memfokuskan salah satunya mata pelajaran yang memiliki daya serap rendah di sekolah yaitu Matematika. Guru memberikan materi saat mengajar di teras rumah, dan juga memberikan tugas berupa proyek bersama orangtua. Tugas ini dikerjakan selama siswa di rumah dan sambil menunggu giliran kelompok mereka belajar Kembali di teras guru. Pembelajaran dilakukan selama 2 jam dari pukul 08.00 WITA.

Bagi guru mata pelajaran agama dan pendidikan Jasmani, melakukukan kegiatan yang sama namun sedikit berbeda. Dimana, penyampaian pembelajaran pengetahuan dilakukan secara daring memalui WhatsApp kelompok, untuk ketrampilan mereka dilakukan dengan luring.

Unjuk Karya

Unjuk kerja dilakukan setelah siswa menyelesaikan pembelajaran satu minggu satu hari di rumah guru, dan enam hari di rumah. Dimana, pemantauan dan umpan balik dari guru dilakukan melalui WhatsApp.

Nanang juga mengajak siswa untuk menampilkan karyanya melalui zoom meeting. Unjuk karya ini, dilakukan secara bergantian, dengan guru sebagi host. Sementara moderator memimpin jalannya kegiatan dan berdiskusi bersama. Guru juga mengundang beberapa orangtua murid, untuk berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.

“Saya sangat senang, karena anak saya dapat kembali belajar dengan bimbingan guru. Walaupun waktu dan tempatnya terbatas “ ujar Yuyun, salah satu orangtua siswa kelas II.

Tujuan kegiatan ini adalah agar terjadinya komunikasi yang baik antara guru, siswa, dan orang tua siswa. Kegiatan ini juga memperlihatkan kepada orangtua, bahwa perkembangan teknologi perlu diajarkan kepada siswa agar tidak ketinggalan zaman.

“Kegiatan yang kami lakukan ini merupakan cara kami SDN 021 Marangkayu untuk menghadapi pembelajaran di masa Covid-19 ini, merujuk dari evaluasi kegiatan pada semester dua kemarin. Dan, tentunya cara yang kami lakukan ini perlu kami evaluasi lagi di bulan kedua, untuk mengetahui kelemahan dan kekuarangan dari kegiatan yang kami lakukan,“ kata Kepala SDN 021 Marangkayu Badil, pada rapat bersama orang tua siswa, Senin (13/7).

“Dalam menyambut ajaran baru, fasilitator daerah Tanoto Foundation di garda depan untuk melatih 96 sekolah mitra Tanoto Foundation di 4 kota/ kabupaten di Kalimantan Timur. Kegiatan pelatihan ini berlangsung dari Juli hingga Agustus 2020. Total ada 512 guru SD/MI dan 480 guru SMP/MTs di Kalimantan Timur, yang mengikuti pelatihan jarak jauh, menyiapkan guru melaksanakan pembelajaran daring,” tutup Affan Surya, Koordinator Provinsi Tanoto Foundation Kalimantan Timur. (006)

Tag: