Menengok Hutan 5.000 Hektare di Tuana Tuha yang Masuk Program Kampung Iklim

Perwakilan World Bank Kunjungi Desa Tuana Tuha, September 2019 lalu. (rian/humasprovkaltim)

KENOHAN.NIAGA.ASIA – Kabupaten Kutai Kartanegara patut berbangga. Dari 193 desa, 23 diantaranya, masuk program kampung iklim. Di Desa Tuana Tuha, kecamatan Kenohan misalnya. Hutan seluas 5.000 hektare, masuk dalam program dunia untuk penurunan emisi karbon.

“Benar. Luasan hutan yang masuk program kampung iklim plus ada sekitar 5.000 hektare di desa kami,” kata Kepala Desa Tuana Tuha, Tommy, kepada Niaga Asia, Selasa (24/11).

Tommy menerangkan, dengan masuknya Desa Tuana Tuha itu, menjadikan pemerintah desa, mendapatkan izin pengelolaan di hutan yang memiliki tanaman gambut.

“Kalau di wilayah lain kan cuma hutan. Kalau kita, hutan ada gambutnya. Kita mendapatkan SK Kementerian Kehutanan, untuk pengelolaan hutan 25-30 tahun,” ujar Tommy.

Menindaklanjuti itu, lanjut Tommy, pemerintah desa membentuk Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD). “Tempo hari, kita dapatkan SK dari Kementerian,” tambah Tommy.

“Ada pendampingan dari NGO (Non Government Organization), kira-kira apa uang mau dilakukan di hutan itu. Pendampingan diberikan kepada LPHD, kira-kira apa yang mau dikembangkan nantinya? Itu yang mereka (NGO) bantu,” jelas Tommy.

Selain itu, untuk menjaga hutan itu tetap lestari, Bank Dunia pun turut memberikan pendampingan, membawa donatur dari pemerintah Norwegia, yang komitmen terhadap penurunan emisi.

“Sementara, pendampingan masih sosialisasi kepada LPHD itu. Misalnya, kedepan mau budidaya ikan misalnya. Nanti, tim pendampingan menyampaikan kepada instansi atau pihak terkait,” terang Tommy.

Tommy sendiri mengapresiasi program kampung iklim plus itu. “Karena dulu kan sering kebakaran hutan. Sekarang berkurang. Karena, kalau membakar, kan daun kratom yang tumbuh liar, yang sekarang jadi salah satu sumber penghasilan masyarakat bisa ikut terbakar,” jelas Tommy.

“Jadi, dengan adanya komitmen menjaga hutan, warga jadi takut juga untuk membakar. Karena, ada penghasilan juga dari hutan (tanaman liar kratom), selain sektor perikanan,” ungkapnya lagi.

Masih disampaikan Tommy, program kampung iklim plus itu, sejatinya berbarengan dengan ditemukannya tanaman kratom yang tumbuh liar. “Jadi, ya itu, warga pun jadi berpikir kalau bakar lahan. Posisi tumbuh kratom ada di dalam hutan, dan itu cukup membantu ekonomi masyarakat,” papar Tommy.

Tommy memastikan, komitmen masyarakat menjaga hutan, diserahkan ke LPHD. “Sementara, dari 5 negara yang akan berkunjung ke desa kami, baru Norwegia yang datang,” sebutnya lagi.

Masuknya Tuana Tuha dari 23 desa terpilih sebagai kampung iklim plus, jadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat desa. “Nanti, akan ada reward dari Bank Dunia, dan tentu akan kembali ke masyarakat desa, atas komitmen masyarakat desa menjaga hutannya,” demikian Tommy. (adv/006)

Tag: