Menlu Rusia Walks Out dari Pertemuan G20 di Bali

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov saat berada di Nusa Dua, Bali, Indonesia, Jumat 8 Juli 2022 ©Layanan Pers Kementerian Luar Negeri Rusia/TASS

NUSA DUA.NIAGA.ASIA — Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov keluar dari pertemuan menteri luar negeri G20 di Nusa Dua, Bali, Jumat, di tengah seruan Rusia segera mengakhiri perang di Ukraina. Rusia menilai Barat menyia-nyiakan kesempatan untuk mengatasi masalah ekonomi global.

Invasi Rusia ke Ukraina dan dampaknya terhadap ketahanan pangan dan energi mendominasi pertemuan tertutup itu, yang berakhir tanpa pernyataan bersama, dan tidak ada pengumuman kesepakatan yang dicapai.

Forum itu adalah pertemuan tatap muka pertama antara Rusia dan para kritikus perang yang paling sengit.

BACA JUGA :

Terdengar Teriakan Hentikan Perang di Pertemuan Menlu G20 di Bali

Sanksi ke Rusia adalah Deklarasi Perang Ekonomi oleh Barat

Sorotan tertuju pada Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, yang kedatangannya pada pertemuan hari Jumat itu disambut dengan teriakan “Kapan Anda akan menghentikan perang” dan “Mengapa Anda tidak menghentikan perang” saat ia disambut oleh Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi.

Lavrov muncul dari sesi pertama dengan teguran keras dari rekan-rekan negara Barat yang katanya “segera menyimpang” dari topik diskusi “ke hiruk pikuk kritik Federasi Rusia”.

“Agresor”, ‘penjajah’, ‘penjajah’ – kami mendengar banyak hal hari ini,” kata Lavrov kepada wartawan, dikutip niaga.asia dari REUTERS, Sabtu.

Pada sesi berikutnya, Lavrov membaca sebuah pernyataan lalu pergi, tanpa mendengar yang lain. Menurut kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell, menggambarkan tindakan itu sebagai tindakan “tidak terlalu hormat”.

BACA JUGA :

Jubir Menlu AS: Tidak Ada Pertemuan dengan Menlu Rusia di G20 Bali

Lavrov pada hari Kamis menghadiri resepsi penyambutan, yang mana tidak ikut dihadiri menteri kelompok G7.

Rusia menyebut perang itu sebagai “operasi militer khusus” untuk Ukraina dan membasmi orang-orang yang disebutnya sebagai nasionalis berbahaya.

Ukraina dan pendukung Baratnya mengatakan Rusia terlibat dalam perampasan tanah bergaya kekaisaran tanpa pembenaran atas invasinya.

Sumber : Kantor Berita REUTERS | Editor : Saud Rosadi

 

Tag: