Mentan: Neraca 11 Komoditas Pangan Sampai Juni dalam Kendali Pemerintah

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyampaikan keterangan pers usai mengikuti rapat terbatas di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (4/12) sore. (Foto: Rahmat/Humas)

JAKARTA.NIAGA.ASIA – Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo, menyampaikan bahwa neraca pangan sampai dengan Juni dari 11 komoditi yang disampaikan dalam kondisi yang aman dan dalam kendali Pemerintah yang cukup baik.

“Mudah-mudahan tidak ada aral melintang dari segi distribusi dan lain-lain yang bisa berakibat tentu saja dinamika lapangan bisa membuat harga tidak stabil di beberapa tempat,” ujar Mentan saat memberikan keterangan pers usai Rapat Terbatas (Ratas), Selasa (5/5), seperti dilansir laman setkab.go.id

Sesuai pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi), lanjut Mentan, bahwa data yang dimiliki Kementerian Pertanian, Menko Perekonomian, Presiden sendiri sampai dengan Gubernur sampai ke bawah adalah satu yang digunakan yakni berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS).

Oleh karena itu, Mentan sampaikan bahwa yang disampaikan oleh Presiden terhadap defisit beberapa provinsi, ada 7 provinsi yang dikatakan defisit, katakanlah contohnya beras, adalah data juga yang sama dengan Kementan yakni data BPS.

“Yang saya sampaikan tadi neraca pangan dasar kita yang 11 komoditi itu adalah neraca nasional. Kalau dalam suatu negara ada provinsi yang defisit seperti yang disampaikan oleh Bapak Presiden yang harus dihati-hati atau mendapatkan perhatian khusus oleh semua pihak. Tidak lain adalah mengingatkan kita terhadap distribusi dan tidak ada lock transportasi dalam kondisi Covid-19 ini begitulah,” imbuh Mentan.

Untuk itu, Mentan tegaskan tidak akan berani membohongi Presiden dan akan sangat hati-hati menyajikan data apalagi untuk kepentingan publik.

“Kemudian tadi juga kepada kami diminta oleh Bapak Menko atas penegasan Bapak Presiden untuk mewaspadai kekeringan yang panjang dan warning  FAO selain dengan Covid-19 ini. Oleh karena itu, agenda yang kami akan lakukan yaitu agenda pada existing terhadap lahan-lahan yang sudah harus masuk pada penanaman berikut atau musim tanam dua,” ungkap Mentan.

Menurut Mentan, musim tanam kedua itu akan dimulai pada bulan Mei ini sehingga yang sudah panen raya bulan Mei ini, kemudian sesudah itu segera dilakukan upaya penanaman. “Kenapa kita mengejar, masih ada sisa-sisa air hujan yang ada atau sisa-sisa air tanah dari lahan yang ada,” terang Mentan.

Percepatan itu, menurut Mentan, akan tersedia pada lahan existing atau pada lahan irigasi teknis atau kalau dalam istilah pertanian LP2B April-September 5,6 juta hektare.

”Percepatan bantuan penyediaan benih untuk 2 juta hektare dan lain-lain. Pupuk dan obat-obatan terus kita gulirkan lebih cepat Pak Menko dan kemudian penyiapan alsintan terutamanya pompa dan pipanisasi low storage atau parit kecil untuk mengalirkan air harus dilakukan,” ujarnya.

Lebih khusus, Mentan  berharap nanti ada backup dari Menko Perekonomian ada untuk menyiapkan lahan-lahan yang di luar dari existing atau lahan-lahan ekstentifikasi itu.

”Kalau Pak Menko setuju dan Bapak Presiden sudah bisa mempersiapkan anggaran, kita tentu masuk pada kurang lebih 600.000 hektare yang ada untuk menjadi cadangan,” imbuhnya.

Musim kering ini, menurut Mentan, pertanian itu sangat rentan dengan cuaca, bencana, dan hama sehingga tiga hal itu harus diwaspadai. ”Oleh karena itu, kita berkejaran dengan prediksi-prediksi dan analisa akademik dari agroklimaks yang terjadi secara nasional,” tandasnya.

Menggarisbawahi pernyataan Mentan, Menko Perekonomian menambahkan bahwa produksi Mei-Juni ini meningkat yang diperkirakan produksi padi, beras bisa di bulan Mei dan Juni akan melampaui dari konsumsi. ”Dan Pemerintah di bulan Mei dan Juni itu sekitar 3,6 juta ton produksi berasnya. Juni 2,3 dan diperkirakan bulan Agustus sekitar 3 juta sehingga relatif sampai akhir tahun stok beras itu aman,” ungkap Menko Perekonomian. (006)

Tag: