Menteri ESDM Dapati Mobil Mewah dan Truk Industri Menggunakan Solar Subsidi

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif (dua kiri) didampingi Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati (dua kanan) dan Wakil Gubernur Sumatera Utara (kiri) memberikan penjelasan kepada salah satu supir truk pengangkut kacang kedelai impor yang mengisi Bahan Bakar Minyak (BBM) Solar subsidi, di SPBU 11209108 Rest Area KM 65A, Kabupaten Serdang Bedagai, Medan, Sumatera Utara, Sabtu (9/4/2022).

JAKARTA.NIAGA.ASIA – Setelah memantau ketersediaan solar subsidi di Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, dan terakhir di Kota Medan, Sumatera Utara, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyimpulkan solar subsidi juga dipakai kelompok masyarakat yang sebetulnya tidak berhak.

“Berdasarkan hasil sidak, ditemukan kendaraan mewah masih ada yang mengkonsumsi solar bersubsidi,” katanya, Sabtu (9/4/2022).

Arifin mendapatkan mobil pribadi jenis Sport Utility Vehicle (SUV), Multi Purpose Vehicle (MPV), dan truk industri/pengangkut hasil pertanian yang mengisi BBM jenis Biosolar.

“Setiap SPBU diharapkan melakukan kegiatan promosi BBM non subsidi dengan baik, agar masyarakat menggunakan BBM nonsubsidi,”saran Arifin.

Pemerintah mengalokasikan solar subsidi untuk masyarakat yang perlu dibantu, bukan untuk industri-industri yang melakukan bisnis yang komersial.

“Kita mengimbau, industri yang masih menggunakan solar subsidi, ganti pakai BBM yang tidak bersubsidi. Supaya tidak mengurangi jatah masyarakat yang berhak mendapatkan alokasi BBM subsidi,” tegas Arifin.

Di SPBU 11209108 Rest Area KM 65A, Kabupaten Serdang Bedagai contohnya, Arifin mengingatkan keluarga yang sedang menggunakan mobil sewaan agar jangan menggunakan solar subsidi.

Demikian juga saat berbincang dengan Daf, supir truk yang membawa air mineral dari Binjai ke kota Padang, Arifin memberikan pemahaman bahwa BBM Subsidi hanya untuk masyarakat yang berhak.

“Bilang sama Bos, harusnya jangan pakai Biosolar, tapi pakai Pertadex,” ucap Arifin.

Menanggapi hal tersebut, Daf pun mengungkapkan bahwa dirinya hanya dibekali uang BBM untuk jenis biosolar. Ia mengaku sedikitnya tiga kali mengisi solar dengan jumlah masing-masing 100 liter, yaitu di Serdang Bedagai, Balige, Padangsidempuan, sebelum akhirnya kembali diisi setibanya di Padang.

Menurutnya, antrean kendaraan yang mengisi BBM kerap terjadi di wilayah Balige, hingga 2 jam lamanya. Tidak jarang setelah antre, dirinya tidak mendapatkan BBM sehingga harus membeli di pengecer dengan harga mencapai Rp7.500 per liter.

“Biasanya di SPBU Rp5.150, kalau di pengecer Rp7.500, tapi masih bisa dapat barangnya (solar),”

Selanjutnya, di SPBU 14201127, Jalan Sisingamangaraja XII, Kota Medan, kepada awak media Arifin menjelaskan perlunya pembatasan penggunaan solar subsidi. Hal ini dikarenakan adanya kenaikan harga minyak dunia dan suplai yang sulit.

“Kalau tidak bisa kita displinkan akan menyebabkan jumlah subsidi dan kompensasi Pemerintah akan besar. Setiap kenaikan USD1 per barel harga minyak bumi, memberikan dampak tambahan beban sebanyak Rp5,7 triliun,” ujar Arifin.

Harga minyak sekarang sudah di atas USD100 per barel, sedangkan patokan dalam APBN sekitar USD60 per barel, jadi kurang lebih USD40 dikalikan saja.

“Kita minta pengertian dari seluruh pihak, yang bukan haknya mengambil BBM subsidi, beli BBM tidak bersubsidi. Kita ingin anggaran subsidi bisa dipakai untuk menumbuhkan perekonomian,” tamban Menteri Arifin.

Sumber : Humas Kementerian ESDM | Editor : Intoniswan

Tag: