Menteri ESDM: Pengawasan dan Pengendalian BBM Bersubsidi Menjadi Prioritas

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif berbicara dengan salah seorang pengemudi truk yang sedang mengisi solar di  SPBU 63.706.01 di Jl. Ir. PM. Noor, Kemuning, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Kamis (7/4). (Foto Kementerian ESDM)

BANJARMASIN.NIAGA.ASIA– Pemerintah mengantisipasi permintaan yang meningkat karena kegiatan ekonomi yang juga meningkat. Insyaallah untuk bulan Ramadan dan Idulfitri juga cukup. Bahkan kalau diperlukan ditambah 10%.

Demikian dikatakan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif didampingi Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati di sela-sela kunjungannya ke SPBU 63.706.01 di Kecamatan Astambul, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, Kamis (7/4/2022).

Sepanjang hari hari Kamis, Arifin Tasrif didampingi  Nicke Widyawati inspeksi mendadak pasokan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan kelancaran penyaluran BBM di lima Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Samarinda, Kalimantan Timur dan melakukan pemantauan secara langsung terkait ketersediaan pasokan dan distribusi BBM di empat SPBU di jalur pertambangan dan perkebunan Kalimantan Selatan.

Arifin menyoroti pasokan dan konsumsi BBM bersubsidi jenis solar harus diperuntukkan secara tepat sasaran.

“Kami prioritaskan kendaraan-kendaraan yang memang mendapatkan solar subsidi bisa dipenuhi. Seharusnya mereka yang tidak berhak mendapatkan solar subsidi tidak menikmatinya biar tepat sasaran,” imbaunya.

Arifin memahami peralihan konsumsi masyarakat ke BBM bersubsidi akibat adanya disparitas harga yang tinggi dengan BBM non-subsidi. Ia pun membandingkan harga produk BBM dari Pertamina.

“Bandingkan saja Pertamina Dex (non-subsidi) dengan Biosolar (bersubsidi) sekarang bedanya sekitar Rp. 8.000 per liter. Cukup jauh bedanya. Akibatnya masyarakat yang seharusnya dapat (BBM subsidi) malah tidak kebagian,” jelasnya.

Salah satu faktor, sambung Arifin, yang membentuk adanya disparitas harga adalah gangguan suplai minyak global akibat konflik geopolitik Rusia dengan Ukraina sehingga harga minyak dunia melambung tinggi.

“Minyak-minyak Rusia diembargo tidak boleh keluar akibatnya terjadi ketidakseimbangan suplai sehingga harga minyak dunia tinggi dan susah didapat,” urai Arifin.

Menurut Arifin, harga BBM di Indonesia merupakan salah satu yang termurah dibandingkan negara-negara di kawasan Asia Tenggara.

“(Harga BBM) Negara ASEAN, tinggi-tinggi, bisa dua sampai tiga kali lipat dari di Indonesia,” tegas Arifin.

Sumber : Humas Kementerian ESDM | Editor : Intoniswan

Tag: