Menteri Luar Negeri ASEAN Perkuat Kerja Sama Pangan, Energi dan Rantai Pasok

Menlu Retno LP Marsudi (Dokumentasi Biro Pers Sekretariat Presiden)

PHNOM PENH.NIAGA.ASIA – Pertemuan para menteri luar negeri ASEAN Plus Three (APT) yang diselenggarakan di Phnom Penh, hari ini, Kamis (4/8/2022) membahas  penguatan kerja sama di bidang ketahanan pangan, energi, keuangan, dan memba​ngun rantai pasok yang lebih kokoh.

APT merupakan mekanisme untuk bertahan dan juga merupakan safety-net bagi masyarakat yang hidup di 13 negara  (10+3). Oleh karena itu, penting bagi APT  untuk meningkatkan koordinasi guna memperkuat upaya nasional dalam menghadapi krisis pangan, energi dan keuangan.

“Kita perlu memperkuat Chiang Mai Initiative Multilateralization (CMIM) agar dapat secara lebih baik mengantisipasi krisis keuangan di Kawasan ini,” kata Menteri Luar Negeri RI, Retno yang hadir di pertemuan APT.

Lebih jauh Menlu Retno sampaikan pentingnya melakukan revitalisasi APT Emergency Rice Reserve (APTERR), misalnya dengan cara menambah jenis komoditas, misalnya gandum, kedelai dan jagung.

Mengenai rantai pasok, Menlu Retno tekankan pentingnya kerja sama memperkuat rantai pasok mengingat hal ini merupakan salah satu kunci bagi pemulihan ekonomi.

“Beberapa hal yang penting untuk dikerjasamakan antara lain perkuatan infrastruktur logistik dan diversifikasi basis pasokan,” katanya.

Terakhir, Menlu Retno sampaikan pentingnya dukungan APT bagi penguatan industri hilirisasi di negara-negara ASEAN. Pertemuan menyepakati Program Kerja ASEAN Plus Three untuk lima tahun ke depan.

Selain akan memperkuat mekanisme untuk ketahanan pangan dan stabilitas keuangan, APT juga akan memperkuat ASEAN+3 Macro Economy Research Office untuk memantau berbagai kecenderungan ekonomi dan keuangan Kawasan, serta pembahasan mengenai APT Reserve of Essential Medial Supplies.

ASEAN-Canada

Pada bagian lain Retno mengatakan, sebagai ketua negosiator, Indonesia mengharapkan  bahwa putaran pertama negosiasi ASEAN-Canada Free Trade Agreement (FTA) dapat dilakukan pada akhir Agustus 2022.

“FTA ini akan merupakan tonggak baru bagi kerja sama ASEAN-Kanada dan menunjukkan komitmen Kanada untuk meningkatkan kerja sama ekonomi dengan ASEAN. Melalui FTA, diperkirakan akan terjadi peningkatan USD 7.8 milIar dalam perdagangan kedua pihak,” kata Retno.

Selain berbicara mengenai negosiasi FTA, Menlu RI juga menyinggung mengenai pentingnya upaya untuk memperkuat ketahanan pangan di Kawasan. Kanada merupakan salah satu eksportir pangan besar ke Kawasan.

“Nilai impor pangan ASEAN mencapai USD 61 Miliar setiap tahun.  Dari itu diharapkan pasokan ekspor pangan Kanada tetap berjalan lancar,” ujarnya.

Selain itu, untuk jangka panjang, kerja sama ketahanan pangan penting untuk diperkuat. Rencana Aksi ASEAN-Kanada untuk tahun 2021-2025 menjadi dasar yang kuat untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan meningkatkan investasi di bidang teknologi dan infrastruktur pertanian.

 Sumber: Kemlu RI | Editor: Intoniswan

Tag: